Percaya Nggak Dahulu Gurun Sahara Pernah Hijau Lho, Cek Faktanya
Sahara saat ini dikenal dengan dataran dengan iklim ekstrem. Meski begitu, banyak flora dan fauna yang meninggali gurun itu. Dilansir dari detikEdu mengutip World Wildlife Fund, ada sekitar 500 jenis tumbuhan, 70 jenis mamalia, 90 spesies burung, dan 100 spesies reptil yang menghuni Sahara.
Juga telah diketahui bahwa gurun ini menutupi hampir seluruh bagian utara Benua Afrika. Tapi sebetulnya, di mana sih Gurun Sahara berada?
Gurun Sahara adalah gurun yang membentang sejauh 9,4 km2 di 10 negara. Mulai dari Algeria, Chad, Mesir, Libya, Mali, Mauritania, Maroko, Nigeria, Sudan, dan Tunisia. Disebut dalam Live Science, air merupakan benda langka di Gurun Sahara.
Berkebalikan dengan fakta di atas, sebetulnya Sahara dilewati dua sungai permanen. Yakni Sungai Nil dan Niger, serta 20 danau musiman. Hal ini tentu membantu makhluk hidup yang tinggal di situ. Sebab, suhu Gurun Sahara bisa menjadi sangat ekstrem.
Suhu Gurun Sahara pada musim panas bisa mencapai 49 derajat celsius dan turun hingga -18 derajat celsius pada musim dingin. American Meteorological Society juga melaporkan salju kerap turun pada wilayah yang lebih tinggi. Se-ekstrim itulah suhu udara di Gurun Sahara.
Gurun Sahara Pernah Berwarna 'Hijau'
Sekitar 11.000-5.000 tahun yang lalu, Gurun Sahara tidak seperti gurun yang kita kenal sekarang ini. Tumbuh-tumbuhan hijau tumbuh di atas bukit pasir. Gua-gua gersang yang meliputi Sahara berubah menjadi danau berkat peningkatan curah hujan.
Alhasil, wilayah Afrika Utara berubah menjadi hijau. Menarik hewan-hewan seperti kuda nil, antelope, gajah, dan auroch tinggal di situ. Periode ini disebut dengan Periode Lembab Afrika.
Apa Penyebabnya?
Periode Lembab Afrika disebabkan oleh rotasi orbit Bumi yang terus berubah di sekitar porosnya. Menurut Kathleen Johnson, seorang profesor sistem Bumi di University of California, Irvine, pola ini berlangsung setiap 23.000 tahun sekali.
Sahara Hijau terjadi karena kemiringan bumi berubah. Sekitar 8.000 tahun yang lalu, kemiringan Bumi mulai bergerak dari 24,1 derajat dan hari ini menjadi 23,5 derajat. Kemiringan itu memunculkan perbedaan besar.
Perubahan kemiringan bumi yang menyebabkan peningkatan radiasi matahari di belahan bumi utara selama bulan-bulan musim panas. Kenaikan radiasi matahari memperkuat angin monsun Afrika. Meningkatnya panas di atas Sahara menciptakan tekanan udara rendah yang mengantarkan uap air dari Samudra Atlantik ke gurun tandus Sahara.
Uap air atau kelembaban yang meningkat inilah yang mengubah Sahara yang sebelumnya berpasir menjadi padang rumput. Para ilmuwan mengatakan, fenomena ini sangat menarik sebab sangat tiba-tiba muncul dan menghilang.
Butuh waktu 200 tahun untuk mengubah Sahara Hijau menjadi Sahara gersang yang kita kenal sekarang ini. Johnson menjelaskan, perubahan radiasi matahari akibat pergeseran Bumi terjadi secara bertahap, tetapi posisi lanskap Bumi berubah secara tiba-tiba.
"Ini adalah contoh perubahan iklim yang tiba-tiba pada skala besar," katanya dikutip dari situs Live Science
Apakah Gurun Sahara Bisa 'Hijau' Kembali?
Ilmuwan mengatakan, Gurun Sahara bisa saja hijau kembali. Tapi, emisi gas rumah kaca sepertinya bisa menjadi penghalang.
Gas rumah kaca yang disebabkan manusia menyebabkan perubahan iklim yang tak terkendali. Hasilnya, tidak jelas kapan Sahara akan kembali menjadi padang rumput yang hijau.
Simak Video "Langit Spanyol Berubah Jadi Oranye Akibat Badai Celia"
[Gambas:Video 20detik]
(dpe/iwd)
Komentar
Posting Komentar