Subsidi Kendaraan Listrik Dianggap Ideal untuk Atasi Harga BBM - Viva

 

Subsidi Kendaraan Listrik Dianggap Ideal untuk Atasi Harga BBM

Minggu, 28 Agustus 2022 - 13:25 WIB
Oleh :
Proses perakitan mobil listrik Wuling Air ev di Indonesia.
Sumber :
  • Istimewa
Share :

VIVA Otomotif – Tahun ini beberapa produsen otomotif mulai mengenalkan kendaraan listrik, yang sama sekali tidak membutuhkan bahan bakar minyak atau BBM. Selain bisa menghemat biasa operasional, kehadiran alat transportasi ini juga menjadi solusi untuk mengurangi polusi udara.

Harga kendaraan listrik yang selama ini dianggap terlalu mahal, juga sudah mulai diatasi dengan menghadirkan model yang ukurannya kecil sehingga bisa dipasarkan dengan banderol cukup terjangkau.

Baca Juga :

Bahkan harga dari kendaraan listrik bisa lebih terjangkau lagi, apabila ada subsidi dari pemerintah seperti yang dilakukan oleh negara-negara lain. Hal itu diungkapkan oleh pakar energi dari Institut Teknologi Bandung, Dr Yuli Setyo Indartono.

Adanya subsidi tersebut, menurut Yuli bisa mengatasi masalah semakin membengkaknya subsidi untuk BBM akibat naiknya harga minyak dunia sebagai dampak dari konflik Rusia dan Ukraina.

Antrean kendaraan di SPBU.

Photo :
  • Dok: JMRB

“Insentif bagi rakyat di tengah kenaikan harga BBM tidak hanya berupa Bantuan Langsung Tunai atau Bantuan Sosial, tetapi bisa juga dilebarkan sehingga mencakup kompor listrik atau kendaraan listrik,” ujarnya saat webinar Moya Institute, dikutip Minggu 28 Agustus 2022.

Yuli juga menekankan perlunya eksplorasi dan peningkatan penggunaan energi bauran dan energi terbarukan, guna menanggulangi krisis energi saat ini. Apalagi, tidak ada jaminan harga BBM tidak naik lagi di masa mendatang. 

"Kendaraan elektrik juga opsi yang tepat. Norwegia misalnya sudah mencapai 94 persen, dan subsidinya pun menyasar segmen masyarakat yang tepat,” tuturnya.

Pemerhati isu-isu strategis, Prof Imron Cotan sependapat dengan opini Yuli. Ia menyatakan, sudah waktunya penggunaan energi bauran serta energi baru dan terbarukan ditingkatkan guna menggantikan energi fosil yang tidak berkesinambungan.

"Energi fosil ini tidak berkesinambungan, dan juga tak ramah lingkungan karena emisi karbon yang dihasilkannya,” ungkap Imron.

Direktur Eksekutif Moya Institute Hery Sucipto menjelaskan bahwa konflik Rusia-Ukraina membuat harga minyak dunia terkerek naik hingga di atas US$100 per barel. Hal itu membuat pemerintah Indonesia harus memikirkan ulang harga BBM bersubsidi, yang berlaku saat ini. 

"Wajar apabila harga BBM bersubsidi ini ditinjau kembali, sebab kenaikan  harga minyak dunia berpotensi menguras keuangan negara apabila penyesuaian harga BBM bersubsidi tak dilakukan,” jelasnya.

Baca Juga :

Baca Juga

Komentar