Ortu Santri Tewas Harap Kejadian Gontor Tak Terjadi Lagi: Cukup di Anak Saya - detik

 

Ortu Santri Tewas Harap Kejadian Gontor Tak Terjadi Lagi: Cukup di Anak Saya

Tim detikSumut
4-5 minutes


Surabaya -

Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) menyampaikan permohonan maaf atas meninggalnya salah satu santrinya AM (17) karena diduga mendapat penganiayaan. Permohonan maaf disampaikan secara resmi oleh Juru Bicara Pondok Modern Darussalam Gontor Ustaz Noor Syahid pada Senin (5/9).

Mendengar permintaan maaf ini, Soimah ibu dari AM pun menerima permohonan maaf itu. Meski begitu permohonan maaf tersebut, Soimah meminta agar kasus hukum tetap berjalan. Dia meminta kasus tersebut diusut tuntas.

"Terkait dengan permohonan maaf pihak Gontor yang sudah di-publish, walaupun permintaan maaf secara pribadi ke Soimah belum ada, tapi secara manusia biasa permohonan maaf itu diterima Soimah," kata Titis Rachmawati, kuasa hukum Soimah, seperti dilansir detikSumut, Selasa (6/9/2022).

"Tapi, dengan permohonan maaf itu bukan berarti permasalahan ini selesai," lanjutnya.

Untuk pendampingan, Titis mengaku berkolaborasi dengan pengacara kondang Hotman Paris. Titis dipastikan akan mendampingi Soimah melanjutkan proses hukum kasus ini.

"Jadi dia tetap akan melanjutkan proses kasus ini ke jalur hukum. Mengingat proses kematian anaknya banyak sekali kejanggalan-kejanggalan," ungkap Titis.

Menurut Titis ada sejumlah kejanggalan yang ingin diungkap. Sebab Soimah ingin kejelasan terkait penyebab kematian anaknya itu.

Menurut Titis, Soimah mengaku kecewa karena anaknya AM disebut meninggal karena sakit. Tak hanya dari keterangan Gontor tapi juga dokter yang menangani.

"Karena dari proses meninggalnya menurut Bu Soimah, itu pukul 06.45 terus diberi tahu pada pukul 10.00, dengan penyebab kematian tersebut kata dokter yang mengeluarkan surat dokter Mukhkis Hamidi itu dari rumah sakit Yaspen Darussalam Gontor, AM meninggalnya karena sakit," katanya.

Karena merasa ada yang janggal, saat itu Soimah lantas menanyakan kepada salah satu pengantar dari pihak Gontor. Lagi-lagi Soimah mendapat kejanggalan. Karena sebelumnya anaknya disebut sakit. Namun saat ditanya sakit apa disebut jatuh dari kamar mandi.

"Soimah mempertanyakan dengan apa yang disampaikan ketujuh pengantar jenazah perwakilan dari pondok pesantren tersebut bahwa anaknya dikatakan meninggal karena sakit. Faktanya di tubuhnya ditemukan sejumlah memar, lebam, diduga bekas penganiayaan benda tumpul, ada juga darah yang terus mengucur dari bagian mulut dan hidung," jelasnya.

"Katanya kan karena sakit, terus ditanya Soimah sakit apa, dijawabnya karena anaknya jatuh di kamar mandi. Dari situlah kecurigaan Soimah semakin menjadi dan ingin tahu lebih jelas sebab meninggalnya," bebernya.

"Aku berharap kondisi seperti ini tidak terjadi lagi, cukup di anak saya. Cukup di anak saya," kata Soimah sambil menangis, Selasa (6/9/2022).

Di samping itu, Soimah juga berharap dunia pendidikan ke depannya setelah kejadian ini lebih baik lagi, tidak terjadi lagi kekerasan terhadap anak yang sedang menempuh pendidikan. Sementara itu, Soimah berharap kasus kekerasan yang ada di dunia pendidikan tak terulang lagi. Ia kemudian menyebut cukup anaknya saja yang menjadi korban terakhir.

"Aku kepingin di dunia pendidikan tidak ada kekerasan, jangan pakai fisik, cukup di anak saya," sambungnya.

Sedangkan terkait proses penyelidikan kasus tersangka yang kini sedang dilakukan Polres Ponorogo, Soimah sendiri enggan berkomentar banyak. Hal itu, karena Soimah masih sangat syok atas kejadian ini.

Soimah menyarankan untuk menanyakan langsung ke penasihat hukumnya, Titis Rachmawati. Termasuk apakah dia akan melaporkan langsung dengan berangkat ke Jawa Timur atau tidak, ke depannya.

"Mungkin kalau untuk proses itu (Penyelidikan kepolisian) kami serahkan ke pengacara. Saya serahkan juga (soal laporan polisi) prosesnya ke Pengacara," tutup Soimah.

(abq/iwd)

Baca Juga

Komentar