Anak Obesitas Jangan Dianggap Lucu, Dokter: Itu Penyakit | Republika Online

 

Anak Obesitas Jangan Dianggap Lucu, Dokter: Itu Penyakit | Republika Online

5-6 minutes

Untuk mencegah anak obesitas, kuncinya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat.

Red: Qommarria Rostanti

Rep: Antara

Anak obesitas (ilustrasi). Dokter meminta anak yang mengalami obesitas jangan dianggap lucu karena itu adalah sebuah penyakit.

www.freepik.com Anak obesitas (ilustrasi). Dokter meminta anak yang mengalami obesitas jangan dianggap lucu karena itu adalah sebuah penyakit.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso, SpA(K) mengingatkan orang tua untuk tidak menganggap lucu anak yang terlalu gemuk atau obesitas. Kondisi tersebut sebenarnya merupakan suatu penyakit.

"Obesitas adalah suatu penyakit, jangan dianggap itu adalah kondisi sehat atau anaknya jadi lucu, jangan jadi idaman semua orang tua," kata Piprim pada Rabu (22/2/2023).

Menurut Piprim, obesitas bisa menjadi salah satu gejala sindrom metabolik selain hipertensi, gula darah tinggi, trigliserida tinggi, dan rendahnya kadar kolesterol HDL. Dia menjelaskan, beberapa tahun kemudian, sindrom metabolik itu dapat berubah menjadi penyakit degeneratif seperti strok, serangan jantung, keganasan atau kanker, diabetes melitus, dan lain-lain.

Scroll untuk membaca

Untuk itu, Piprim menyarankan untuk segera membawa ke dokter jika anak mengalami obesitas. Adapun cara mengetahui anak yang obesitas menurut laman resmi Kementerian Kesehatan, salah satunya adalah dengan mengukur Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI).

Rumusnya adalah berat badan dalam satuan kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam satuan meter. Anak dapat dikatakan kelebihan berat badan jika IMT lebih dari 22,9, dan dikatakan obesitas I jika IMT berada di angka 25-29,9 dan obesitas II jika IMT lebih dari 30.

Piprim menjelaskan, untuk mencegah anak mengalami obesitas, kuncinya adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat. "Setop makanan ultraproses, junk food tinggi gula dan tinggi tepung, kembali ke real food yang kaya akan protein hewani dan sayuran hijau. Kembali ke makanan yang tanpa barcode agar hidup keluarga kita lebih sehat," ujar Piprim.

"Jangan lupa juga, jadikan olahraga rutin sebagai budaya sehat keluarga," dr Piprim mengingatkan.

Seperti diberitakan, viral di media sosial seorang balita berusia 16 bulan di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, yang memiliki berat badan 27 kilogram. Berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi obesitas pada balita sebanyak 3,8 persen sedangkan obesitas usia 18 tahun ke atas sebanyak 21,8 persen.

Berita Terkait

Jangan Biarkan Anak Anda Obesitas, Lakukan 4 Hal Ini Sesegera Mungkin

health - 19 jam yang lalu

Anda Suka Makan Martabak Manis Jelang Tidur? Ini Bahayanya Menurut Dokter Tirta

health - 22 February 2023, 04:10

Anda Generasi Rebahan? Ini Bahaya yang Mengancam

happening - 21 February 2023, 14:54

Punya Kolesterol Tinggi? Segera Turunkan dengan 4 Pola Makan Ini

health - 17 February 2023, 18:22

'Malas Gerak' Rugikan Kesehatan, Salah Satunya Picu Risiko Kematian Dini

health - 16 February 2023, 15:51

Berita Rekomendasi


[Category Opsiin, Media Informasi]

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya