Dicecar Anggota DPR, Eks Bos KCI Beberkan Alasan Impor Kereta Bekas Jepang - detik

 

Dicecar Anggota DPR, Eks Bos KCI Beberkan Alasan Impor Kereta Bekas Jepang

Dwi Andayani - detikNews
Senin, 27 Mar 2023 17:19 WIB


Mantan Direktur Utama KCI yang saat ini menjabat Direktur Pengembangan INKA, Roppiq Lutzfi Azhar, (Tangkapan layar)
Jakarta -

Rencana PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mengimpor kereta bekas Jepang menuai sorotan. Lantas, apa penjelasan alasan impor tersebut?

Diketahui dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI bersama PT KAI, anggota Komisi VI Andre Rosiade mempertanyakan alasan KAI memilih impor barang dari Jepang dari pada melakukan retrofit. Padahal, menurut Andre, PT INKA mampu memproduksi dengan waktu 18 bulan.

Pertanyaan serupa juga muncul dari Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Mohamad Hekal yang merupakan pemimpin rapat. Ia meminta penjelasan mantan Direktur Utama KCI yang saat ini menjabat Direktur Pengembangan INKA, Roppiq Lutzfi Azhar, yang disebut meminta dukungan INKA untuk melakukan impor.

"Tuduhan Pak Andre ini cukup serius. Bahkan ada omongan yang dimaksud Dirut KCI (Roppiq) yang bilang dukung dulu impor kita. Jadi Bapak memberi tahu orang-orang INKA, Bapak sekarang direksi loh di INKA, 'tolong dukung KCI impor dulu baru kita mau buka order di INKA. Benar tidak itu?" tambahnya.

Menanggapi hal tersebut, Roppiq menyebut apa yang disampaikan tidak tepat. Ia mengatakan, saat menjabat Direktur Utama KCI, dirinya mencoba mencari solusi dan berkomunikasi baik dengan INKA

"Saya waktu itu selaku dirut KCI mencari alternatif solusi dalam keterbatasan KCI secara korporasi dalam mengadakan KRL ini. Sebenarnya apa yang disampaikan Pak Andre tadi mungkin mohon izin Pak Andre itu kurang tepat. Jadi kita mencari solusi bukan mengancam atau seolah-olah kalau INKA tidak mendukung saya tidak memesan, bukan begitu mohon izin," kata KCI.

Roppiq mengatakan KCI saat itu mengalami masa-masa yang berat akibat pandemi COVID-19 dan secara korporasi pihaknya tidak mampu menyediakan KRL. Jadi pihaknya hanya berfokus kepada langkah menunjang operasi di 2025-2026.

"Komitmen itu ada yang tertuang dalam LoI di 2019 bahwa di sana ada satu pasal, minimum order 500 pak. Jadi 2019 sudah tetuang di LoI antara INKA, KAI, dan Stadler. Kami tidak diam pak, kami koordinasi membentuk spesifikasi teknis. Proses itu ada, sampai kejadian di Maret terus berlanjut, koordinasi terus-menerus. Maret 2020 pandemi," terangnya.

Mendengar pernyataan Roppiq, Andre Rosiade lantas menanyakan alasan KCI memilih impor dibandingkan retrofit. Padahal, menurut Andre, KCI memiliki waktu yang lama.

"Kan Bapak mencari solusi Bapak tahu 2023 barang Bapak, kenapa nggak kepikir melakukan retrofit? Kenapa Bapak pilih impor barang Jepang? Waktunya longgar loh Pak, 2 tahun," tanya Andre.

Menanggapi hal ini, Roppiq mengaku upaya retrofit atau memperbarui sistem pada barang lama telah dicoba. Ia juga menyebut telah mengundang PT INKA saat itu.

"Jadi dalam skema stategisnya KCI itu ada 3 Pak, satu membeli KRL baru, bukan baru, kemudian ketiga retrofit atau modernisasi. Kami mengundang INKA waktu itu Pak, datang mengambil seluru apa yang INKA butuhkan. Satu terkait proporsi, SIP kami dibawa, motor taksi kami dibawa, dibongkar oleh INKA," ujarnya.

Namun, Roppiq menuturkan para perusahaan manufaktur juga mengalami kendala saat pandemi. Roppiq juga mengatakan hingga saat ini PT INKA belum merespons terkait penawaran retrofit.

"Tapi sampai saat itu mungkin Pak, kami memahami manufaktur-manufaktur saat COVID itu nggak mudah. Sehingga INKA waktu itu sampai sekarang tidak bisa membalas, merespons, terkait penawaran kami terhadap retrofit itu," ujarnya.

"Jadi bukan hanya sama INKA, kami dengan Garuda Maintenance Facility (GMF), kami buka ruang, kami buka juga dengan Pindad. Jadi KCI bukan menutup itu tapi membuka itu, tapi belum sampai respons," sambungnya.




(dwia/imk)

Baca Juga

Komentar