Sejarah Alun-Alun Kidul Jogja, Dulu Jadi Tempat Latihan Prajurit Keraton - inews

 

Sejarah Alun-Alun Kidul Jogja, Dulu Jadi Tempat Latihan Prajurit Keraton

 Sejarah Alun-Alun Kidul Jogja, Dulu Jadi Tempat Latihan Prajurit Keraton
Pohon beringin kembar di tengah Alun-Alun Kidul Yogyakarta. (Foto : Dok jogjaprov.go.id)

YOGYAKARTA, iNews.id- Bagi masyarakat Yogyakarta, tentu tak asing lagi dengan Alun-Alun Kidul.  Warga Jogja sering menyebutnya dengan Alkid

Alun-alun Selatan atau disebut juga Alun-alun Pengkeran dahulu sangat sepi, menakutkan, angker. Kondisinya sangat berbeda dengan sekarang. Alikd saat ini sudah berubah menjadi tempat yang ramai, bersih, terang, dan menjadi kawasan wisata favorit bagi warga Yogya untuk nongkrong. 

Baca Juga

Saat sore atau hingga malam, Alkid selalu penuh dengan masyarakat. Apalagi di akhir pekan atau hari libur. Di tempat ini banyak disediakan aneka permainan seperti becak-becakan hingga sepeda yang bisa disewa. 

Tak hanya itu, di kawasan Alkid juga juga banyak pedagang kuliner hingga malam hari. Mulai dari wedang ronde, rati bakar, jadah tempe dan lain sebagainya. Selain pasangan anak muda yang nongrkong menikmati suasana malam di kaki lima, banyak keluarga yang mengajak anak kecil di lokasi ini. Mereka bermain becak-becakan, mobil-mobilan keliling alun-alun.

Baca Juga

Selain itu banyak juga yang mencoba permainan masangin atau masuk di antara dua pohon beringin ditengah alun-alun dengan mata tertutup. Di lokasi ini banyak pedagang yang menyewakan penutup mata dari kain berwarna hitam untuk digunakan masuk di antara pohon beringin.

Sejarah Alun-Alun Kidul
Alun-Alun Kidul atau Alun-alun Pengkeran berseberangan dengan Alun-Alun Lor atau Alun-alun Utara. Alun-Alun Kidul dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I pada masa pemerintahannya tahun 1755 -1792 M. 

Baca Juga

Alun-alun ini berbentuk tanah lapang luas berpasir yang luasnya sekitar 160m x 160 m. Alun-alun ini dikelilingi pagar tembok batu bata setinggi 2,20 m tebal pagar tembok 30 cm, sudah banyak yang runtuh dan rusak. 

Sedangkan pagar tembok yang dapat disaksikan sekarang adalah pagar tembok baru, yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono ke VII pada masa pemerintahannya tahun 1877 -1921 M. Saat ini antara tembok dengan tanah lapang terdapat jalan aspal yang melingkar.
   
Dari zaman dulu jalan keluar masuk Alun-alun Selatan yang berjumlah 7 buah. Sampai saat ini letaknya juga masuh sama. Di pagar sebelah selatan ada jalan masuk masuk ke arah utara selatan, disebut Plengkung Nirbaya atau Plengkung Gadhing. 

Sementara di pagar tembok sebelah timur ada jalan keluar ke arah timur disebut Jalan Langenarjan di sebelah utara dan Jalan Langenastran di sebelah selatan. 

kemudian ke arah utara sebelah barat dan timur Siti Hinggil ada Jalan Pamengkang, dua-duanya menuju ke arah Kagungan Dalem Kamandhungan Kidul. Di bagian barat juga ada dua jalan keluar yaitu Jalan Ngadisuryan di sebelah utara dan Jalan Patehan di sebelah selatan. Di antara kedua jalan tadi ada kandang gajah dengan tiga buah tiang untuk mengikat gajah. Pada zaman dulu  gajah milik raja ada tiga ekor. 

Di sebelah utara Alkid terdapat Sasana Hinggil Dwi Abad. Ini adalah bangunan bersejarah dan cagar budaya. Sementara di sisi barat laut terdapat nDalem Prabukusuman. Ini adalah tempat tinggal  GBPH Prabukusumo, salah satu putra dari Sri Sultan HB IX.

Di tengah-tengah Alkid juga terdapat pohon beringin kembar yang disebut supit urang. Masing-masing pohon beringin ini diberi pagar berupa jeruji sebagai gambaran busur dan anak panah. 

Konon Alun-Alun Kidul atau Alun-Alun Selatan digunakan untuk berbagai keperluan seperti untuk gladhen (berlatih) bagi para prajurit keraton. Prajurit Keraton menggelar gladhen menjelang upacara adat tradisi budaya Garebeg, yang setiap tahun diadakan tiga kali, yaitu Garebeg Mulud, Garebeg Sawal, dan Garebeg Besar. Menurut cerita zaman dulu Alkid juga digunakan untuk berlatih olah keprajuritan bagi para prajurit keraton.

Di masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwono VII, di Alun-Alun Selatan diadakan pertandingan panahan, adu harimau melawan kerbau, serta hiburan berupa prajurit rampogan menangkap harimau. Dahulu sampai dengan sekitar tahun 1980 M, Alun-Alun Selatan jadi tempat yang sepi, kecuali hari-hari tertentu ada kegiatan seperti latihan para prajurit, pisowanan, mubeng beteng, atau latihan panahan.

Editor : Ainun Najib

Follow Berita iNewsYogya di Google News

Bagikan Artikel:
line sharing button

Baca Juga

Komentar