Kisah Panembahan Senopati, Larang Keturunannya Naik Kuda Merah usai Pertempuran Madiun - inews

 

Kisah Panembahan Senopati, Larang Keturunannya Naik Kuda Merah usai Pertempuran Madiun 

Avirista Midaada 
Kisah Panembahan Senopati, Larang Keturunannya Naik Kuda Merah usai Pertempuran Madiun 
Kisah perempuran Kerajaan Mataram. (ilustrasi).

SURABAYA, iNews.id - Pertempuran sengit Kerajaan Mataram dengan pasukan Madiun dan Ponorogo sengit membuat Panembahan Senopati bersedih. Penyebabnya, kuda Puspa Kencana kesangannya tewas dalam pertempuran itu. 

Saking sedihnya, Panembahan Senopati melarang keturunannya menunggangi kuda berwarna cokelat kemerahan seperti Puspa Kencana. 

Baca Juga

Pada buku "Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung, tulisan De Graaf dikisahkan, sebelum bertempur dengan pasukan Madiun, Panembahan Senopati bertemu dengan Sunan Kalijaga untuk memperoleh pusaka keramat berupa baju Kiai Gundil atau Antakusuma. Pusaka itu konon bisa membuat seseorang bisa kebal dari benda-benda tajam. 

Pusaka tersebut merupakan salah satu dari empat pusaka kerajaan besar sebagaimana diambil dari Babad Tanah Djawi. 

Baca Juga

Mengenai pertempuran di Madiun Babad Tanah Djawi dikisahkan, Senopati melihat sebagian musuh pulang yang dalam keadaan kurang waspada. Dia lantas memerintahkan penyerangan dari tiga arah sebelum fajar. 

Senopati dengan baju Kiai Gundil, di atas kuda Puspa Kencana, turut serta dalam pertempuran yang seru itu. Kuda Senapati sudah mati menjelang pukul 9, tetapi masih sanggup melayani majikannya sampai pukul 12, dan baru pada saat itu Mandaraka menyadari bahwa kudanya sudah tewas. 

Baca Juga

Semenjak itu tidak seorang pun keturunan Senopati yang boleh naik kuda berwarna kemerahan. Lalu Senopati memutuskan memasuki keraton.

Sedangkan Serat Kandha memiliki deskripsi yang lebih lengkap mengenai pertempuran antara Senopati dengan Madiun-Ponorogo. Awalnya, Senopati terlebih dahulu menyerang pasukan Ponorogo sambil memaki-maki pasukan Madiun yang telah meninggalkan mereka begitu saja. 

Pada hari berikutnya terjadi pertempuran melawan Pangeran Surabaya dan pengikutnya. Mereka itu menyeberang sungai, tempat pasukan Senopati sudah menunggunya dalam posisi yang baik.

Pangeran Mangkubumi di sayap kiri, Pangeran Singasari dengan pasukan Demak di sayap kanan, sedangkan Adipati Mandaraka dengan para adipati dari Pati dan Pajang di tengah. Senopati memerintahkan pasukan tengah menunggu, sedangkan sayap kiri dan kanan bergerak maju. 

Dia sendiri dengan 100 orang pasukan berkuda menyerang musuh yang bergerak maju dari belakang. Lewat siasat itu, seluruh tentara Jawa Timur digempur habis. 

Setelah itu orang Mataram melakukan penjarahan dan bergerak maju menuju keraton. Konon para pertempuran itu pasukan Mataram menang mutlak karena pusaka keris dan tombaknya.

Editor : Ihya Ulumuddin

Follow Berita iNewsJatim di Google News

Bagikan Artikel:
line sharing button

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita