Sejarah Jalur Pantura yang Dibangun Paksa oleh Daendels Pakai Kerja Rodi - inews

 

Sejarah Jalur Pantura yang Dibangun Paksa oleh Daendels Pakai Kerja Rodi

Ajeng Wirachmi 
Sejarah Jalur Pantura yang Dibangun Paksa oleh Daendels Pakai Kerja Rodi
Sejarah Jalur Pantura (Foto: iNews.id)

JAKARTA, iNews.id - Jalur Pantura atau Pantai Utara merupakan salah satu jalur favorit pemudik jelang Lebaran. Ternyata, sejarah jalur Pantura juga sangat panjang dan penuh hal menarik. Apa itu?

Jalur Pantura Melewati Kota Mana Saja?

Jalur Pantura membentang sepanjang 1.316 km dan melewati 5 provinsi, seperti Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Tak cuma itu, jalur ini juga menghubungkan 2 pelabuhan besar di Indonesia, yakni Pelabuhan Merak yang berada ujung Barat Pulau Jawa dan Pelabuhan Ketapang di ujung Timur Pulau Jawa.

Baca Juga

Siapa yang Bangun Jalur Pantura?

Keberadaan Jalur Pantura tentunya tak bisa dipisahkan dari pembangunan Jalan Raya Pos di masa Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Herman Willem Daendels di tahun 1808. Dalam buku Dua Abad Jalan Raya Pantura: Sejak Kerajaan Mataram Islam hingga Orde Baru (2018) disebutkan bahwa pembangunan jalan tersebut dilakukan Daendels demi mempermudah pengangkutan hasil pertanian dan perkebunan.

Baca Juga

Mengapa Herman Daendels Membuat Jalan Pantura Pulau Jawa?  

Selain itu, jalan tersebut juga dimanfaatkan untuk memperlancar pengiriman barang dan menghadapi ancaman musuh. Dibentuk pula Dinas Pos Pada masa itu, untuk mempermudah pengiriman barang. Dinas Pos tersebar di 3 kota besar, yakni Batavia (Jakarta), Semarang, dan Surabaya. 

Baca Juga

Daendels memerintahkan untuk mengangkat seorang kepala pos tingkat keresidenan. Stasiun pos dilengkapi juga dengan kereta pos, kuda, dan kandang kuda.

Jalur Pantura atau yang dikenal dengan Jalan Daendels atau Jalan Raya Pos ini menjadi penghubung wilayah di sekitar pantai dan pedalaman. Meskipun masih berupa jalan kecil, namun keberadaan jalur tersebut sangat membantu dalam aktivitas pendistribusian barang. 

Berdasarkan sejarah jalur Pantura, jalan raya Daendels sebenarnya tidak seluruhnya melalui Pantai Utara Jawa, namun ada sebagian jalan yang melewati pedalaman Jawa Barat, seperti Bogor, Depok, Bandung, Sumedang. Jadi, jalan tersebut tidak bisa dikatakan sebagai satu unit kesatuan transportasi darat di Pantai Utara Jawa. 

Selama pembangunan jalur ini, bukan rahasia lagi bisa banyak korban jiwa yang berjatuhan. Pasalnya, Daendels menerapkan sistem kerja paksa atau yang lebih dikenal dengan nama kerja rodi.

Pembangunan jalur dibagi atas 2 tahap. Tahap pertama, Daendels membuat jalur dari Pelabuhan Merak ke Ujung Kulon pada tahun 1808. Kemudian, pembangunan jalan dari Anyer, Batavia, hingga Merak dilaksanakan.

Setahun berikutnya, ia kembali membangun jalur yang menghubungkan Pandeglang dan Semarang. Terakhir, Daendels membangun jalur antara Semarang dan Demak. Peran penting jalur warisan Daendels itu terasa hingga kini, ratusan tahun usai jalan dibangun.

Melansir laman Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Jalur Pantura memiliki status sebagai jalan nasional dengan fungsi artileri. Sudah pasti, volume kendaraan yang melewati jalan ini juga sangat tinggi.

Rata-rata, sebanyak 33 ribu kendaraan per hari terpantau melewati Jalur Pantura. Jumlah tersebut sudah pasti akan meningkat hingga ratusan ribu kendaraan per harinya jika masuk musim mudik Lebaran.

Wah, semoga informasi sejarah jalur Pantura bisa menambah wawasan kita ya!

Editor : Puti Aini Yasmin

Follow Berita iNews di Google News

Bagikan Artikel:
line sharing button

Baca Juga

Komentar