4 Warga Maluku Utara Korban Konflik Sudan Tiba di Ternate
Ternate, Beritasatu.com - Sebanyak 4 orang Warga Negara Indonesia (WNI) asal Maluku Utara (Malut) yang dipulangkan oleh pemerintah akibat konflik di Sudan, tiba di Bandara Sultan Baabullah, Ternate, Sabtu (6/5/2023).
Empat warga asal Maluku Utara yang tiba di Kota Ternate, yakni Muhammad Rasid Ridha (26) tahun, Nur Adillah Muhahmmad Kasuba (23) tahun, Muhammad Husen Ghiyats Maswara, seorang bayi (6) bulan dan Khalifah Putri andaini (19) tahun.
Mereka dijemput langsung oleh sejumlah pejabat daerah Maluku Utara, yakni Asisten II Setda Provinsi Maluku Utara Sri Hartati Hatari, Kepala Biro ADPIM Rahwan Kasuamba, Wali Kota Ternate M Tauhid Soleman, dan Wakil Bupati Halmahera Selatan, Hasan Ali Bassam Kasuba.
Kepala Badan Penghubung Maluku Utara K.R.N.S Lestari menyampaikan, WNI yang dipulang pemerintah Indonesia asal Maluku Utara berjumlah 5 orang namun baru 4 orang yang diba di Ternate, sementara 1 orang masih di Jakarta dan masih menjalani pengurusan adiministrasi.
Empat orang tersebut berasal dari Kabupaten Halmahera Selatan yankni yaitu Muhammad Rasyid Ridha Mas (26) tahun, Nur Adillah Muhahmmad Kasuba (23) tahun, Muhammad Husen Ghiyats Maswara, seorang bayi (6) bulan, yang juga merupakan satu keluarga. Sedangkan Khalifah Putri Andaini (19) tahun asal Ternate.
"Asal Maluku Utara ada 5 orang. 3 dari Halmahera Selatan dan 2 dari Ternate, untuk 1 orang lagi asal Ternate akan dipulangkan pada tanggal 25 Meni nanti karena dia masih mengurusi adiministrasi yang berkaitan dengan sekolah,” ungkapnya.
Pemerintah Daerah Maluku Utara kemudian menyerahkan empat orang tersebut kepada masing-masing pihak keluarga. Suasana haru terlihat. Pasalnya, pihak keluarga telah menanti kedatangan mereka sejak konflik pecak di Sudan.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Didampingi Walikota Ternate, M. Tauhid Soleman dan kedua orang tuanya, Khalifah Putri Andaini (19) mahasiswa asal Ternate, menceritakan situasi yang dirasakan saat terjadi konflik di Sudan.
Putri mengaku sering mendengar dentuman senjata dan melihat langsung roket-roket yang melintas di atas tempat tinggal di Sudan.
"Kaget biasanya kalau demo tidak ada tembakan dan bom seperti itu sehingga mulai khawatir, tetapi belum kabarin langsung ke orang tua karena khawatir bisa panik. Berlangsung hingga tiga hari masih terus tembak-tembakan saampa kita di evakuasi oleh KBRI dan haru menempuh perjalan 19 jam,” kata Khalifah Putri Andaini.
Setelah bertemu kedua orang tuanya dirinya merasa senang dan bahagi karena selama berada di Sudan diselimudti ketakutan bahkan ancaman peluru nyasar pun sering terjadi akibat peperangan tersebut.
"Soalnya kamp tentara ada di depan jalan rumah, jadi kelihatan asapnya, kelihatan rudalnya terbang. Ketakutan paling atas itu peluru nyasar tapi tidak apa-apa. Alhamdulillah senang sekali ketemu orang tua,” ujarnya.
Suasana mencekam juga diceritakan oleh Muhammad Rasyid Ridha Mas (26) tahun asal Halmahera Selatan. Ia bersama isteri dan anaknya tak menduga akan terjadi peperangan di Sudan.
"Kejadian pertama 15 April kurang lebih jam 9 pagi, pertama kali tembak-tembakan di sport center kurang lebih 1 kilometer dari kediaman kami. Biasa sering demo tapi tidak seperti sekarang, ini dengan rudal pesawat tempur, pokoknya banyaklah,” ungkapnya.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Komentar
Posting Komentar