Analisis Detik-detik Terakhir Kapal Selam Titan Meledak
London, Beritasatu.com - Kecelakaan kapal selam Titan berpenumpang lima orang di Samudera Atlantik Utara menyisakan sejumlah tanda tanya. Titan hancur menjadi puing. Lima penumpangnya tewas.
Salah satunya pertanyaan yang banyak muncul di ruang publik, apakah para korban tersiksa di ujung kematiannya? Bagaimana detik-detik terakhir hingga kapal itu pecah karena tekanan?
Pertanyaan ini sangat umum muncul manakala terjadi kecelakaan kapal selam. Yang terbayang pertama kali adalah bagaimana panik dan kacaunya para awak kapal selam yang terjebak dalam “tabung baja”.
Penumpang kapal selam terjebak bukan saja oleh ruang kapal, melainkan juga oleh samudera raya karena lokasinya jauh di bawah permukaan laut.
Bila bukan kelelap air yang memenuhi palka, kecelakaan di bawah laut acap dihubungkan dengan persediaan oksigen yang terus menipis.
Gambaran tersebut sudah betebaran di beragam film Hollywood. Situasi seperti itu menjadi bekal orang awam dalam menduga-duga apa yang terjadi pada Titan dan para penumpangnya.
Untuk memberi gambaran bagaimana situasi dan perasaan seorang manusia yang terancam di bawah permukaan laut, fisikawan sekaligus mantan reporter televisi Michael Guillen memberikan kesaksiannya.
Guillen adalah manusia yang berhasil lolos dari maut dalam sebuah insiden kapal selam.
Sama dengan Titan, kapal selam mini yang ditumpangi Guillen pada tahun 2000 juga tengah menjelajahi bangkai kapal Titanic.
Guillen ketika itu menjadi koresponden TV pertama yang melaporkan dari lokasi bangkai kapal Titanic, yang terletak sekitar 3,8 kilometer di bawah permukaan air di laut lepas pantai Newfoundland, Kanada.
Sial, kapal selam yang ditumpanginya terbawa arus bawah laut yang sangat kuat hingga tersangkut di baling-baling besar bangkai kapal Titanic.
Guillen kepada GBNews Kamis (22/6/2023), mengungkapkan secara emosional, "Saya mengalaminya. Saya tahu bagaimana rasanya dikubur hidup-hidup dalam kaleng di dasar Samudra Atlantik. Menakutkan... menakutkan.” Pernyataan Guillen itu disampaikannya terkait dengan kapal selam Titan yang dikabarkan hilang kontak dan kemungkinan ditemukan utuh semakin menipis.
Guillen masih hidup. Satu jam lebih kapal selam yang ditumpanginya terjebak namun kemudian berhasil melepaskan diri dari baling-baling raksasa kapal Titanic, dan menurut Guillen, dia pikir mereka akan mati.
Apakah perasaan yang sama sempat menghinggapi lima penumpang Titan di saat-saat terakhir mereka?
Lima penumpang itu adalah miliarder Inggris Hamish Harding (58), pengusaha Inggris Shahzada Dawood (48), putranya Suleman Dawood (19), CEO OceanGate Stockton Rush (61), dan pilot kapal selam Prancis Paul-Henri Nargeol (77).
Tak ada yang bisa menjawab karena kelima korban sudah tewas. Yang tersisa hanyalah perkiraan dengan asumsi.
Sejumlah narasumber menyebut bahwa kelima penumpang Titan kemungkinan besar meninggal seketika ketika kapal selam itu hancur karena tekanan air di kedalaman samudera. Mereka tidak menderita karena ledakan kapal terjadi dalam sekejap.
Titan hilang pada hari Minggu (18/6/2023) dan diduga meledak pada hari yang sama. Pasalnya saat itu terdapat anomali yang terdeteksi oleh sistem akustik Angkatan Laut AS. Namun pihak berwenang tidak menganggap suara dentuman itu sebagai sebuah informasi yang pasti. Karena itu upaya pencarian internasional tetap dilanjutkan.
Pasukan Penjaga Pantai Amerika baru mengumumkan kematian kelima penunmpang akibat kapal selam meledak pada Kamis waktu setempat atau beberapa saat setelah menemukan puing Titan di dekat bangkai kapal Titanic, 3.800 meter di bawah permukaan laut.
Para ahli telah memperingatkan bahwa di bawah tekanan kuat pada kedalaman ekstrem, lambung Titan dapat meledak, yang akan mengakibatkan kematian seketika bagi siapa pun yang berada di kapal tersebut.
"Ledakan itu mengeluarkan setiap benda di dalam kapal selam dan benar-benar mencabik-cabik segalanya,” kata Bob Ballard kepada ABC News. Ballard adalah anggota tim yang menemukan bangkai kapal Titanic pada 1985.
Josh Dean, seorang jurnalis yang banyak menulis tentang eksplorasi laut dalam termasuk ekspedisi OceanGate dan CEO-nya Stockton Rush, mengatakan, penumpang sepertinya tidak punya waktu untuk bereaksi terhadap ledakan.
“Ini adalah hal yang sangat tragis dan mengerikan. Saya sering mendengarnya digambarkan terjadi lebih cepat daripada otak memproses apa yang terjadi,” kata Dean kepada People.
Profesor robotika laut di University of Sydney, Australia, Stefan B Williams mengungkapkan, kapal selam wisata itu hancur kemungkinan besar disebabkan oleh kegagalan ruang pengatur tekanannya.
“Kegagalan besar dari sistem tekanan akan menjadi seperti bom kecil yang meledak," kata Williams kepada The Guardian.
Hal senada diungkapkan Direktur Shipbuilding Hub di Universitas Adelaide Australia, Profesor Eric Fusil. Kendati Titan memiliki lambung komposit dengan sensor bawaan yang dapat menahan tekanan tinggi di dekat dasar laut, kerusakan kecil dapat mengakibatkan ledakan seketika dalam waktu kurang dari 40 milidetik.
Arun Bansil, seorang profesor fisika Universitas Northeastern Amerika, mengatakan, “Para penumpang mungkin tidak tahu apa yang terjadi.”
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Komentar
Posting Komentar