Angka Kasus TBC di Sleman Terus Meningkat, Waspadai Gejalanya
Harianjogja.com, SLEMAN—Angka kasus Tuberkulosis (TBC) di Sleman terus mengalami kenaikan. Warga diminta segera melapor ke Puskemas bila mengalami sejumlah gejala TBC.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Cahya Purnama menjelaskan angka tuberkulosis di Sleman terus naik. Bahkan Cahaya menyebut jika Sleman menjadi wilayah penyumbang kasus terbesar tuberkulosis di DIY. "Untuk DIY memang penyumbang terbesar adalah dari Sleman," ujarnya pada Rabu (31/5/2023).
Dengan kondisi padat penduduk, pengendalian tuberkulosis di Sleman perlu dinilai Cahya harus ditanggulangi secara bersama. Cahya mencatat angka prevalensi temuan kasus tuberkulosis di Sleman sebesar 65/100.000 penduduk.
"Sleman karena memang padat penduduk, memang kita kasusnya naik terus. Sehingga ini memang kita perlu lakukan pemberdayaan bersama untuk Tuberkulosis ini supaya bisa dikendalikan," katanya.
Penyebab tingginya kasus TBC di Sleman diutarakan Cahya dapat berasal dari sejumlah faktor. Stigma masyarakat soal TBC menjadi salah satu aspek yang menjadi sorotan dalam pertimbangkan angka TBC di Sleman.
"Salah satunya stigma di masyarakat, mereka masih kurang memahami tentang bahaya dari tuberkulosis ini. Padahal kalau mereka tahu, tuberkulosis ini bisa dikendalikan," ungkapnya.
Sinergi antar organisasi perangkat daerah (OPD), komunitas maupun masyarakat untuk menanggulangi TBC sejatinya telah dilakukan. Bahkan upaya jemput bola untuk mendeteksi dan mendampingi pasien TBC pun juga sudah diimplementasikan. "Kita lakukan jemput bola. Jadi tidak zamannya lagi TBC itu harus datang ke Puskemas ke Rumah Sakit," ujarnya.
"Kami yang akan mendatangi ke masyarakat. Kami kerja sama dengan tenaga pendamping sosial Kalurahan yang tahu betul di wilayahnya, nanti mereka akan bergerak bersama kader mencari kontak TB tadi atau investigasi kontak yang terduga TBC tadi," katanya.
Bila ditemukan pasien TB, Dinkes Sleman dalam hal ini Puskemas akan mendatangi pasien atau jemput bola ke lokasi pasien. Tim akan memeriksa kondisi dan status terkini kesehatan pasien.
"Jadi ini kita balik. Kalau 2018 dulu sampai sekarang kita melalui passive case finding, itu hasilnya jelek. Jadi yang memeriksakan diri sedikit," jelasnya.
Kini skema active case finding yang justru digunakan dengan menerjunkan langsung tim ke lapangan. "Masalah kita utama adalah menghindari stigma. Masyarakat Harus melapor kalau ada gejala [TB]," ungkapnya.
Beberapa gejala TBC yang patut dicermati masyarakat ialah batuk lama, batuk disertai darah, penurunan berat badan dan keringat malam hari.
"Keringat malam hari, meskipun tidak panas tapi kalau dia berkeringat hati-hati. Ini laporkan saja. Satu dari gejala ini muncul, laporkan ke Puskemas. Nanti akan kita datangi," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Komentar
Posting Komentar