Pilihan

#NewsFlash: Prediksi Euro: Spanyol vs Jerman 5 Juli 2024 - Bola.net - Google Berita

Hingga Triwulan Pertama 2023, Tercatat Ada 321 Kasus TBC di Bantul - Tribunjogja

 

Hingga Triwulan Pertama 2023, Tercatat Ada 321 Kasus TBC di Bantul - Tribunjogja.com

Penulis: Santo Ari | Editor: Muhammad Fatoni
Hingga Triwulan Pertama 2023, Tercatat Ada 321 Kasus TBC di Bantul
Dok. Istimewa
Ilustrasi : Penyakit Tuberkulosis atau TBC 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul mencatat ada 321 kasus Tuberkulosis (TBC) di Kabupaten Bantul hingga triwulan pertama 2023.  

Sekretaris Dinas Kesehatan Bantul, Sri Wahyu Joko Santoso, memaparkan sejauh ini temuan kasus TBC lebih banyak berasal dari upaya tenaga kesehatan dalam melakukan penelusuran, bukan dari hasil pemeriksaan mandiri oleh masyarakat.

“Semakin sering kita melakukan penelusuran kepada orang-orang yang dicurigai, hasilnya dimungkinkan akan bertambah," ujarnya Rabu (31/5/2023).

Ia menjelaskan, di tahun 2022 kemarin target penemuan kasus TBC sebesar 2.830 dan hanya tercapai 1.491 kasus atau terealisasi 53 persen.

Pada tahun ini, Dinkes Bantul menargetkan 1.950 temuan TBC.

"Tapi hingga triwulan pertama tahun 2023, dari target 1.950 baru tercapai 321 kasus atau 16 persen," ujar pria yang kerap disapa Okky ini.

Menurutnya, capaian treatment coverage yang belum mencapai target dikarenakan dua permasalahan utama.

BERITA TERKAIT
3 Contoh Naskah Pidato Amanat Pembina Upacara di Hari Lahir Pancasila 2023, Bertema Gotong Royong - Halaman 4Tribunnews.com

Pertama, masih adanya kasus yang belum ditemukan, dan yang kedua kasus yang sudah ditemukan tetapi belum dilaporkan.

Adapun treatment coverage adalah jumlah kasus TBC yang diobati dan dilaporkan pada tahun tertentu dibagi dengan perkiraan jumlah insiden kasus TBC pada tahun yang sama dan dinyatakan dalam persentase.

Sementara itu, Kepala Sub Sub Recipient (SSR) Sinergi Sehat Indonesia Kabupaten Bantul, Nurkolis Majid, mengungkapkan bahwa 50 persen kasus TBC yang ditemukan di Bantul menyasar anak-anak.

Dengan capaian tersebut, menandakan bahwa Tuberkulosis paling besar bukan di anak-anak.

"Karena anak-anak itu tertular bukan dia menularkan. Artinya ada orang dewasa yang menularkan. Jadi misal di ponpes ada satu kasus tuberkulosis berarti ada orang dewasa sekitarnya yang sedang kena tuberkulosis," ucapnya.

Menurutnya, ada dua golongan yang rentan terpapar TBC. Pertama adalah golongan lansia dan kedua orang-orang yang terkena kencing manis.

Sisanya adalah keluarga dari orang yang punya masalah kekebalan tubuh seperti HIV dan kanker.

Menurutnya, dengan screening reguler yang dilakukan tenaga kesehatan hingga kader kesehatan, bukan tidak mungkin hal itu dapat menambah temuan kasus TBC di Bantul.

"Sayangnya screening tuberkulosis di kalangan petugas kesehatan, kader, tidak berjalan secara reguler. Jadi harus lebih agresif lagi mendorong penyelesaian tuberkulosis,” imbuhnya.

Sementara dari catatannya, saat ini baru 70-80 persen kasus TBC yang ditemukan tiap tahunnya.

Ia menilai, jika temuan kasus terus meningkat, maka hal itu dapat memicu kesadaran masyarakat akan screening TBC secara mandiri.

"Artinya kita masih utang 20-30 persen, kenapa tidak bisa 100 persen karena gerakan kita belum masif. Padahal kalau secara masif nanti akan berdampak pada kesadaran masyarakat akan pemeriksaan mandiri," ucapnya.

Selain itu, stigma masyarakat juga berdampak pada sedikitnya temuan kasus TBC.

Padahal TBC bisa disembuhkan selama rutin mengonsumsi obat-obatan.

"Karena saat ini banyak yang pemberhentian (pengobatan), jadi kalau orang kena TB cukup pakai masker dia berobat rutin dan dalam dua bulan sudah tidak menular lagi. Empat bulan sembuh, dan pengobatan itu semua ditanggung negara," terangnya.(*)

Komentar

Baca Juga (Konten ini Otomatis tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Antaranews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsitek