Bocah 6 Tahun Meninggal Setelah Suntikan Obat di RS Prasetya Husada Malang - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Bocah 6 Tahun Meninggal Setelah Suntikan Obat di RS Prasetya Husada Malang

Share This

 

Bocah 6 Tahun Meninggal Setelah Suntikan Obat di RS Prasetya Husada Malang

Sabtu, 24 Juni 2023 | 11:57 WIB
Didik Fibrianto / RZL
Imam Jazuli saat berada di makam anaknya Alvito korban meninggal dunia setelah disuntik perawat Rumah Sakit Prasetya Husada, Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Imam Jazuli saat berada di makam anaknya Alvito korban meninggal dunia setelah disuntik perawat Rumah Sakit Prasetya Husada, Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur. (Beritasatu.com / Didik Fibrianto)

Malang, Beritasatu.com - Seorang bocah berusia 6 tahun bernama Alvito, putra pasangan suami istri Imam Jazuli dan Vera Oliniawati, warga Jalan Pertamanan Desa Kepuharjo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang, dikabarkan meninggal dunia secara tidak wajar setelah diberi suntikan cairan obat oleh perawat Rumah Sakit Prasetya Husada di Karangploso, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Korban meninggal dunia setelah diberi suntikan cairan obat oleh salah seorang perawat, setelah sebelumnya didiagnosis oleh seorang dokter mengalami sakit lambung. Imam Jazuli, ayah korban, menceritakan kejadian sebelum anaknya meninggal dunia, diduga karena kesalahan medis yang dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit Prasetya Husada, yang menyebabkan kematian anaknya.

Ia mengatakan bahwa kejadian tersebut berawal dari anaknya yang mengeluh sakit kepala pada hari Senin (12/6/2023). Anak tersebut diberikan obat penurun panas oleh neneknya. Namun, keesokan harinya, pada Selasa (13/6/2023) malam, kondisi kesehatan anaknya semakin memburuk, dan akhirnya mereka membawanya ke Rumah Sakit Prasetya Husada sekitar pukul 22.30 WIB.

Advertisement

Imam mengaku bahwa saat dirinya, bersama istri dan anak bungsunya, pergi ke rumah sakit, Alvito memilih untuk berjalan kaki saat akan naik mobil menuju Rumah Sakit Prasetya Husada.

"Saat tiba di rumah sakit, anak saya langsung menjalani observasi di ruang IGD dan ditanyai mengenai keluhannya. Dokter menduga bahwa anak saya mengalami sakit lambung. Untuk DB atau tifus, katanya masih harus dibuktikan dengan laboratorium. Anak saya dipasang nadi, dan saat proses itu, nadi anak saya lemah. Namun, setelah infus dimasukkan, saya merasa lega karena dalam waktu satu menit kondisinya terlihat membaik," jelasnya kepada wartawan, Selasa (20/6/2023) lalu.

Saat sedang mendapatkan infus selama 5 menit, korban mengeluh ingin muntah. Namun, tiba-tiba seorang perawat datang membawa dua alat suntik berisi cairan obat. Tanpa memberitahu atau meminta persetujuan dari kedua orang tua korban, perawat tersebut langsung memberikan suntikan cairan obat melalui injeksi.

"Waktu itu, perawat tersebut hanya mengonfirmasi tanpa meminta persetujuan dari saya, dan menjelaskan jenis obat yang diinjeksikan ke anak saya. Saat itu, infus baru berlangsung selama lima menit, belum ada observasi, belum diketahui penyebabnya, langsung saja dia memberikan injeksi dengan dua obat tersebut," paparnya.

Imam mengungkapkan bahwa tidak lama setelah cairan obat tersebut disuntikkan, anaknya langsung mengalami kejang-kejang dan mulutnya menjadi biru. Imam dan istrinya panik, dan mereka berteriak meminta pertolongan kepada petugas yang berjaga agar memanggil dokter.

Ironisnya, permintaan bantuan mereka tidak segera ditanggapi oleh petugas jaga yang mengaku sedang mencari alat. Padahal, kondisi anak mereka sudah sangat kritis.

"Saat itu, anak saya sudah lemas, detak jantungnya berhenti. Dokter menyatakan bahwa anak saya telah meninggal dunia," kata Imam.

Tidak menerima kematian anaknya, Imam menanyakan hasil rekam medis dan prosedur pemberian suntikan injeksi melalui infus. Ketika dia bertanya, pihak rumah sakit menjelaskan bahwa suntikan injeksi melalui infus seharusnya dilakukan setelah 20 menit.

"Tapi saat itu baru 5 menit anak saya mendapatkan infus, dan langsung diberikan suntikan cairan," ungkapnya.

Kesal dengan tindakan rumah sakit Prasetya Husada, Imam mengaku sempat meminta agar rekam medis direvisi. Bahkan, dia meminta bukti rekaman dari CCTV. "Awalnya, pihak rumah sakit menolak, namun kemudian mereka setuju," ucapnya.

Namun, saat hendak mengambil rekam medis, hasil yang diberikan tidak ada yang diubah atau tetap sama seperti saat diberikan pertama kali. Bahkan, rumah sakit menyatakan bahwa CCTV mati saat kejadian tersebut.

"Saya hanya ingin mendapatkan kejelasan dari rumah sakit mengenai penyebab kematian anak saya," jelasnya.

Menghadapi keganjilan yang dilakukan oleh rumah sakit, Imam meminta Dinas Kesehatan untuk melakukan audit terhadap Rumah Sakit Prasetya Husada. Keluarganya juga masih mempertimbangkan langkah hukum yang akan diambil terhadap rumah sakit.

"Saya berharap pihak terkait dari Dinas Kesehatan, baik pusat maupun kabupaten, untuk mengaudit rumah sakit ini (Rumah Sakit Prasetya Husada, Karangploso Kabupaten Malang) untuk memverifikasi dokter dan SOP agar lebih profesional. Kami masih memikirkan langkah hukum yang akan diambil," jelasnya.

Sementara itu, Dokter Spesialis Anak dari Rumah Sakit Prasetya Husada, Agung Prasetyo Wibowo, menjelaskan bahwa pasien anak tersebut datang ke rumah sakit dengan keluhan mual dan dalam kondisi lemas.

"Pasien tersebut kemudian didiagnosis mengalami dehidrasi berat sehingga diberikan cairan infus," katanya saat konferensi pers pada Kamis (22/6/2023).

Dia mengakui bahwa pihak rumah sakit menyuntikkan obat muntah dan obat lambung melalui infus. Namun, anak tersebut malah mengalami kejang.

Ia meminta agar dilakukan evaluasi ulang karena khawatir terjadi henti jantung. "Rumah sakit telah berusaha memberikan pertolongan agar detak jantungnya tetap stabil, namun pasien anak tersebut tidak berhasil diselamatkan," terang Agung.

Menurut Agung, persetujuan untuk pemberian obat adalah persetujuan umum. Semua tindakan yang dilakukan rumah sakit, kata dia, telah diketahui oleh keluarga.

"Kasus ini tidaklah mudah. Hanya ada waktu lima menit untuk memberikan pertolongan, dan rumah sakit sudah melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan karena ada indikasi yang mendukung," jelasnya.

Direktur Rumah Sakit Prasetya Husada, Prima Evita, menambahkan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh tim medis terhadap anak berusia enam tahun itu sesuai dengan prosedur.

"Dalam audit internal yang kami lakukan, tidak ditemukan pelanggaran SOP dalam penanganan pasien anak ini. Jadi, saya ingin menegaskan bahwa penanganan terhadap anak tersebut sudah sesuai prosedur dan SOP di rumah sakit," pungkasnya.

Saksikan live streaming program-program BTV di sini

Bagikan

BERITA TERKAIT

Kecelakaan Maut Tewaskan 4 Orang di Malang, Roda As Pikap Tidak Patah

Kecelakaan Maut Tewaskan 4 Orang di Malang, Roda As Pikap Tidak Patah

NUSANTARA
Kecelakaan Maut di Malang, Sopir Pikap Ditetapkan Tersangka dan Ditahan

Kecelakaan Maut di Malang, Sopir Pikap Ditetapkan Tersangka dan Ditahan

NUSANTARA
Kronologi Kecelakaan Maut di Malang: 4 Orang Tewas di Tempat, Sopir Pikap Diamankan

Kronologi Kecelakaan Maut di Malang: 4 Orang Tewas di Tempat, Sopir Pikap Diamankan

NUSANTARA
Viral, Mobil Diduga Milik Google Maps Tersesat di Kebun Tebu di Malang

Viral, Mobil Diduga Milik Google Maps Tersesat di Kebun Tebu di Malang

NUSANTARA
Nama 4 Korban Tewas dalam Kecelakaan Maut di Malang

Nama 4 Korban Tewas dalam Kecelakaan Maut di Malang

NUSANTARA
Pikap Tabrak 3 Sepeda Motor di Malang, 4 Tewas

Pikap Tabrak 3 Sepeda Motor di Malang, 4 Tewas

NUSANTARA
NUSANTARA 15 menit yang lalu
Pria Spanyol Pecahkan Rekor Dunia Lari 100 Meter dengan Sepatu Hak Tinggi

Pria Spanyol Pecahkan Rekor Dunia Lari 100 Meter dengan Sepatu Hak Tinggi

INTERNASIONAL 17 menit yang lalu
Jokowi Pesan Tiga Ekor Sapi Simental Berbobot 1 Ton untuk Kurban Iduladha

Jokowi Pesan Tiga Ekor Sapi Simental Berbobot 1 Ton untuk Kurban Iduladha

NASIONAL 24 menit yang lalu
Ini Line Up Musisi yang Tampil di Semesta Berpesta Edisi Bogor Hari Pertama

Ini Line Up Musisi yang Tampil di Semesta Berpesta Edisi Bogor Hari Pertama

LIFESTYLE 27 menit yang lalu
Pensiunan Kepala Sekolah Gelapkan Dana Rp 2,3 Miliar Milik Ratusan Guru SD di Surabaya

Pensiunan Kepala Sekolah Gelapkan Dana Rp 2,3 Miliar Milik Ratusan Guru SD di Surabaya

NUSANTARA 28 menit yang lalu
Bappenas Dorong Komitmen Pemda Tangani Permukiman Kumuh dan Layak Huni

Bappenas Dorong Komitmen Pemda Tangani Permukiman Kumuh dan Layak Huni

NASIONAL 34 menit yang lalu
Prabowo Kenang Perjuangan Bersama Desmond Mahesa Bangun Gerindra

Prabowo Kenang Perjuangan Bersama Desmond Mahesa Bangun Gerindra

MEGAPOLITAN 35 menit yang lalu
ARTIKEL TERPOPULER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages