BUMN Pengelola Mandalika Terjerat Utang, Ujung-ujungnya Minta APBN Halaman all
KOMPAS.com - Mega proyek pengembangan kawasan , Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), rupanya meninggalkan setumpuk . yang ditugasi pemerintah mengelola kawasan itu pun kesulitan membayar cicilan pinjaman yang segera jatuh tempo.
Sebagai informasi saja, pengembang kawasan Mandalika adalah PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (), perusahaan ini merupakan anggota holding BUMN PT Aviasi Pariwisata Indonesia (Persero) atau InJourney.
Selain itu, karena kurang cermatnya perhitungan, penyelenggaraan balapan seperti World Superbike (WSBK) hingga MotoGP justru mengakibatkan kerugian finansial bagi ITDC.
Baca juga: Perputaran Uang Indonesia vs Argentina Diperkirakan Capai Rp 965 MiliarDirektur Utama InJouney, Dony Oskaria, mengatakan akibat langsung dari penugasan pemerintah untuk pengembangan Mandalika, ITDC kini harus menanggung utang sebesar Rp 4,6 triliun.
Baca juga: BUMN Tercekik Utang Rp 4,6 Triliun Gara-gara Bangun Mandalika
Rinciannya, utang jangka pandek (short term liabilities) sebesar Rp 1,2 triliun dan utang jangka panjang (long term liabilities) Rp 3,4 triliun.
"Itu waktu kita mengambil alih Mandalika itu posisinya adalah mereka mempunyai short term liabilities Rp 1,2 triliun. Mereka mempunyai long term liabilities Rp 3,4 triliun," kata Dony saat rapat bersama Komisi VI DPR RI, yang disiarkan dari kanal Youtube Komisi VI DPR RI, dikutip pada Jumat (16/6/2023).
Minta duit APBN
Dony bilang, dari hitungan-hitungan paling realistis dari aset lancar yang dimiliki, ITDC saat ini bisa dikatakan belum sanggup membayar utang jangka pendek yang akan segera jatuh tempo.
Baca juga: Penasaran Berapa Gaji Diplomat PNS di Kemenlu?Ibarat subsidi silang, arus kas ITDC yang tekor di Mandalika sebenarnya bisa sedikit ditopang dari pemasukan pengelolaan kawasan Nusa Dua di Bali.
Baca juga: Balapan MotoGP di Mandalika Malah Bikin BUMN Rugi
Namun demikian, seluruh sumber pendapatan perseroan saat sekarang dinilai kurang mencukupi untuk bisa membayar utang jangka pendek plus bunganya ke sejumlah perbankan.
"Dengan sumber implement capacity hanya dari Nusa Dua. Terus terang saya tidak bisa menyelesaikan yang short term liabilities ini, di mana isi di dalamnya adalah pembangunan Grand Stand, VIP village, sama kebutuhan modal kerja waktu penyelenggaraan event, yaitu Rp 1,2 triliun," beber Dony.
Atas dasar fakta-fakta di atas, Dony mewakili InJouney meminta pemerintah dan DPR mengucurkan duit APBN melalui Penyertaan Modal Negara (PMN) agar kelangsungan bisnis ITDC tetap terjaga.
Baca juga: Ironi Indonesia, Warganya Penggila Tempe, tapi Kedelainya ImporTotal PMN yang diminta InJourney adalah sebesar Rp 1,2 triliun. Jika disetujui, uang dari pajak rakyat tersebut akan dipakai untuk pembayaran utang dan pembangunan beberapa fasilitas tambahan di Mandalika.
Baca juga: Ternyata Balapan di Sirkuit Mandalika Justru Bikin BUMN Rugi
"Di antaranya untuk bayar pembangunan Grand Stand, VIP Vilage dan kebutuhan modal kerja penyelenggaraan event," kata Dony.
Sementara untuk penyelesaian utang jangka panjang yang jatuh temponya lebih lama, perusahaan juga terus berupaya menggenjot pendapatan dari lini bisnis lainnya dan memaksimalkan potensi pemasukan dari Mandalika.
Kerugian dari balapan
Dony juga mengatakan kerugian terbesar Sirkuit Mandalika berasal dari penyelenggaraan Superbike WSBK. Ajang ini tidak menarik bagi investor untuk masuk menjadi sponsor.
Baca juga: Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian, dari 0,5 Gram hingga 1 Kg"WSBK ini menunjukkan kerugian, sehingga apa yang kami lakukan adalah kami akan bernegosiasi untuk menghilangkan WSBK ini," kata Dony.
Baca juga: Berapa Jumlah BUMN di China dan Mengapa Mereka Begitu Perkasa?
Menurut dia, dengan dihilangkannya WSBK dari kalender balapan di Sirkuit Mandalika, diharapkan bisa mengurangi kerugian perseroan. Terlebih, sejauh ini balapan WSBK tidak banyak mendatangkan sponsor.
"Nanti WSBK ini akan turun, akan kita hilangkan, sehingga tidak muncul biaya di dalam penyelenggaraan WSBK yang itu sebetulnya event-nya tidak menarik secara sponsorship," papar mantan petinggi CT Corps ini.
Selain WSBK, balap motor sekelas MotoGP juga masih mendatangkan kerugian bagi ITDC selaku pemilik sirkuit. Namun kerugiannya relatif lebih rendah dibanding kerugian dari balapan Superbike.
"MotoGP itu sudah kita hitung dan kita punya gap sekitar Rp 50 miliar. Ini yang sedang kita carikan cara bagaimana kita mendapatkan tambahan sponsorship untuk menutupi gap ini, sehingga kita bisa melokalisir problemnya di Mandalika ini," beber Dony.
Baca juga: Bagaimana Sirkuit Mandalika Bisa Balik Modal? Ini Kata Sandiaga Uno
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Komentar
Posting Komentar