Gus Yahya Singgung Pilpres Bukanlah Persaingan yang Mesti Dibela Mati-matian
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama () Yahya Cholil Staquf menyatakan, persaingan politik pada Pemilihan Presiden () 2024 bukanlah sesuatu yang mesti dibela dengan mati-matian.
Yahya mengatakan, Pilpres 2024 hanyalah sebuah prosedur yang digelar secara rutin untuk menentukan siapa yang bakal menjadi presiden dan wakil rakyat untuk lima tahun ke depan.
Baca juga: Ini Jawaban Luhut Saat Kuasa Hukum Haris-Fatia Tanya soal Rangkap 15 Jabatan"Ini cuma prosedur, ini bukan jihad fisabilillah, bukan Perang Badar, bukan soal hidup mati, ini cuma soal prosedur untuk menentukan pejabat pemerintah," kata Yahya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (9/6/2023).
Yahya menuturkan, sebagai sebuah prosedur, apa pun hasil Pilpres 2024 kelak harus diterima dan didukung oleh seluruh masyarakat sekaligus menyudahi perbedaan pendapat yang ada.
"Siapa pun yang menjadi pemerintah itu adalah pemerintah dari seluruh rakyat Indonesia. Harus didukung, harus ditaati dan kita tidak perlu menerus-neruskan antagonisme di antara pendukung," ujar dia.
Baca juga: Warga Baduy Minta Sinyal Internet Dihilangkan dari WilayahnyaBaca juga: Bertemu Jokowi di Istana, Ketum PBNU Sebut Tak Bicarakan Politik
Yahya mengatakan, akan berusaha sekuat tenaga untuk menjaga masyarakat tetap tentram dan harmonis serta mencegah permusuhan antarkelompok selama masa pelaksanaan Pilpres 2024.
Di samping itu, Yahya kembali menegaskan bahwa PBNU tidak akan memberikan dukungan kepada calon presiden maupun calon wakil presiden tertentu pada Pilpres 2024, meski mereka memiliki latar belakang NU.
Ia menekankan, PBNU tidak mungkin memberikan dukungan kepada capres tertentu karena PBNU bukanlah partai politik (parpol) yang bisa memberi dukungan politik.
Baca juga: Terungkap Pesan WhatsApp Haris Azhar ke Luhut, Isinya Minta Tolong soal Freeport"Ya dukungannya, dukungan apa? Wong NU ini bukan parpol. Saya tuh bolak balik sampai teriak-teriak soal ini, NU bukan parpol, NU tidak dalam posisi untuk memberikan dukungan politik," kata Yahya.
Yahya mempersilakan apabila ada kader-kader NU yang diincar oleh partai-partai politik untuk dijadikan sebagai calon presiden maupun wakil presiden.
Namun demikian, ia mengatakan bahwa PBNU sebagai lembaga tidak akan memberikan dukungan secara khusus terhadap tokoh tersebut.
Baca juga: Hilangnya Nyawa Pengamen di Tangan Prajurit TNI yang Mabuk..."Kami bukan partai politik, kami tidak dalam posisi untuk mengajukan calon. Silahkan dipikir sendiri oleh parpol-parpol itu," ujar Yahya.
Baca juga: PBNU Tak Akan Dukung Capres Tertentu, Gus Yahya: Wong NU Bukan Parpol
Untuk diketahui, ada sejumlah tokoh berlatar belakang NU yang disebut-sebut berpeluang menjadi calon presiden atau wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2024.
Mereka antara lain Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Menteri BUMN Erick Thohir, Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar, Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, hingga Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar