Harga Telur Tembus Rp 33.000 per Kg di Tangerang, Omzet Pedang Melorot 50 Persen - Beritasatu

 

Harga Telur Tembus Rp 33.000 per Kg di Tangerang, Omzet Pedang Melorot 50 Persen

Fino, pedagang telur di Pasar Gudang Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten.
Fino, pedagang telur di Pasar Gudang Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten.

Tangerang, Beritasatu.com - Harga telur ayam di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Tangerang, Banten masih terpantau tinggi dan cenderung terus mengalami kenaikan yang signifikan.

Di pasar Gudang Tigaraksa, harga telur yang sebelumnya berada di kisaran Rp 30.000 per kilogram kini tembus menjadi Rp 33.000 per kilogram.

Selain dikeluhkan konsumen, omzet pedagang telur juga turun hingga 50%.

Pedagang telur, Fino mengatakan kenaikan harga telur ayam sudah terjadi sejak satu bulan terakhir. Kenaikan terjadi secara bertahap sebesar Rp 1.000 hingga Rp 1.500 pascahari hari raya Iduladha sampai saat ini.

"Naik lagi sekarang jadi Rp 33.000, sebelumnya di kisaran Rp 30.000 hingga Rp 32.000. Harga telur itu sekarang normalnya Rp 30.000 kalau di bawah harga itu sudah sulit sekarang. Kalau harga sebelumnya memang paling Rp 26.000 hingga Rp 28.000 per kilogram,"ujarnya, Sabtu (22/07/23) siang.

Fino menyebutkan, ia tidak mengetahui pasti penyebab harga telur tidak kunjung turun dan cenderung terus mengalami kenaikan. Namun dia menduga harga pakan ayam yang naik menjadi salah satu faktor tingginya harga telur di pasaran.

"Saya dapat informasi itu karena harga pakan naik, dari jagungnya itu mahal. Jadi otomatis kalau harga pakan ayam naik, harga telur di sejumlah pasar tradisional juga sudah pasti mengalami kenaikan,"katanya.

Fino juga mengaku omzetnya turun hingga 50% sejak harga telur tinggi.

Penyebabnya, selain konsumen yang terus berkurang, para pelanggannya juga mulai mengurangi jumlah pembelian dari biasanya.

"Omzet berkurang 50%. Banyak keluhan juga dari konsumen, telur mahal tapi kualitasnya kurang bagus, ukuran telur gede-gede, biasanya kan kalau tukang nasi goreng nyarinya yang kecil-kecil biar dapat banyak,"jelasnya.

Tidak hanya pedagang, tingginya harga telur juga mulai meresahkan konsumen terutama pedagang makanan seperti Sumiyati pedagang nasi goreng yang mulai kelimpungan mengatur uang modal untuk berbelanja.

"Berat susah ngaturnya juga, apalagi buat saya tiap hari belanja buat jual nasi goreng pakai telur. Mau menaikan harga jual nasi goreng enggak bisa karena pelanggan bisa kabur nantinya,"ungkapnya.

Sumiyati mengaku sejak harga telur tinggi keuntungan yang didapatkan dari menjual nasi goreng semakin menipis. Sumiyati menyebut keuntungannya berkurang hingga 40% jika dibandingkan sebelumnya.

"Kalau rugi sih enggak, cuma untungnya menipis. Jadi menyiasatinya pilih telur ukuran kecil jadi beli sekilo itu telurnya bisa 20 atau 22 butir. Walau harga telur tinggi kalau telurnya dapat banyak kan lumayan. Tapi kalau bisa telurnya diturunkan lagi, udah berbulan-bulan ini tinggi terus,"harapnya.

Berbeda dengan Sariman, pemilik warteg yang terpaksa harus mengurangi jumlah pembelian telur setiap harinya agar bisa membeli bahan-bahan pokok lainnya yang harganya juga mengalami kenaikan.

"Yah gimana, meski mahal tetap harus beli kita, untuk sedikit enggak apa-apa. Saya kan punya warteg, paling menyiasatinya dikurangi pembelian telur dari biasanya 3 kilo sekarang paling 2 kilo aja,"ucapnya.

Pedagang dan konsumen di pasar Gudang Tigaraksa berharap, pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) segera turun tangan untuk menstabilkan harga telur di pasaran agar daya beli masyarakat kembali naik.

Saksikan live streaming program-program BTV di sini


Baca Juga

Komentar