Indonesia dan ADB Perkuat Kerja Sama Capai Ekonomi Berkelanjutan
Jakarta, Beritasatu.com- Pemerintah Indonesia dan Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) berkomitmen mencapai pertumbuhan ekonomi kuat dan berkelanjutan. Komitmen ini sejalan dalam upaya pemulihan dampak pandemi Covid-19 serta menghadapi tantangan global.
“Indonesia berhasil menangani pandemi secara efektif, lebih baik dari banyak negara. Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi di atas 5% selama enam kuartal berturut-turut. Selain itu, Indonesia mampu pulih lebih cepat di tahun 2021 di tengah berbagai tantangan yang masih ada, termasuk pandemi,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Febrio Nathan Kacaribu di Jakarta, Rabu (26/7/2023).
Dia mengatakan pemerintah secara konsisten melakukan upaya strategis untuk mencapai tujuan pembangunan jangka panjang, termasuk dengan melakukan reformasi melalui Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan, Undang-Undang Penguatan dan Pengembangan Sektor Keuangan, Undang-Undang Cipta Kerja, dan komitmen mitigasi perubahan iklim. "Pemerintah juga bertukar pikiran dengan negara mitra, maupun organisasi internasional seperti Bank Dunia, IMF, OECD, dan ADB," kata dia.
Indonesia merupakan pendiri sekaligus anggota dan pemegang saham terbesar keenam ADB. Dengan nilai saham signifikan, Indonesia berperan dalam menentukan arah kebijakan ADB ke depan. Sejak ADB berdiri tahun 1966, Indonesia telah bekerja sama dalam 996 proyek atau setara dengan US$ 46,6 miliar. Saat ini, kerja sama antara ADB dengan Indonesia yang masih berlangsung bernilai US$ 4,1 miliar.
“Kerja sama tersebut di antaranya pembiayaan dengan biaya pinjaman (cost of fund) di bawah tarif pasar, hibah, bantuan teknis, pinjaman dan investasi di sektor swasta, serta pembiayaan perdagangan dan penjaminan,” kata dia.
Sejak tahun 2020, Kemenkeu bersama ADB secara rutin menyelenggarakan forum diskusi strategis mengenai tujuan pembangunan prioritas Indonesia.
“ADB mengapresiasi upaya Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan global saat ini, seperti respons terhadap pandemi, berbagai reformasi untuk mencapai transformasi ekonomi, serta penanganan perubahan iklim, transisi energi, dan pertumbuhan hijau,” ujar Wakil Presiden ADB Ahmed M Saeed.
Di Indonesia, 80% dari bencana yang terjadi disebabkan oleh kerusakan alam akibat perubahan iklim. Sebanyak 60% populasi Indonesia hidup di dekat dan daerah pesisir atau di pulau-pulau kecil, di mana berbagai ancaman terhadap habitat dan ketahanan pangan daerah tersebut terus meningkat.
Untuk mengatasi ancaman perubahan iklim yang juga terjadi di tingkat global tersebut, dibutuhkan sebuah program pembiayaan campuran regional yang transformatif.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Komentar
Posting Komentar