2023-07-20 20:34:39
JawaPos.com - Sosiolog Kriminalitas purna Universitas Gadjah Mada (UGM) Soeprapto menduga kasus mutilasi hingga merebus anggota tubuh korban di Sleman lantaran pelaku dan korban berada dalam kelompok sadistik yang saling memiliki dan overposesif.
"Sangat mungkin bahwa dia termasuk orang yang di dalam kelompok itu saling memiliki over posesif," ujar Soeprapto saat dihubungi JawaPos.com, Kamis (20/7).
"Sehingga ketika ada ancaman bahwa dia akan menjauh atau si pelaku ini merasa tersaingi, maka kemudian dia bertindak, daripada saya tidak dapat, daripada saya kehilangan, lebih baik ya siapapun tidak mendapatkannya," imbuh Soeprapto.
Hal itulah yang menurutnya membuat pelaku kemudian awalnya melakukan penganiayaan hingga akhirnya membunuh korban. Namun, lantaran tak siap dengan resiko hukum yang akan ditempuh, para pelaku tega melakukan mutilasi.
"Dia kemudian berusaha meninggalkan jejak dengan melakukan mutilasi dan itu pun masih diikuti dengan membuang bagian-bagian tubuh korban di tempat yang berbeda," ungkapnya.
Baca Juga: Korban dan Pelaku Mutilasi di Sleman Tergabung Komunitas Tak Wajar, Kriminolog Duga Sadistik
"Jadi intinya adalah antara lain menurut saya bahwa motivasinya itu karena dia takut kehilangan, sehingga berusaha untuk dimulai dengan mengancam, lalu terjadi konflik, sampai akhirnya terjadi penganiayaan sampai menyebabkan kematian," pungkas Soeprapto.
Sebelumnya, Motif mutilasi mahasiswa UMY Redho Tri Agustian oleh Waliyin, 29, dan RD, 38, sedikit demi sedikit mulai terungkap. Meski masih belum sepenuhnya dibuka penyidik Diterskrimum Polda DIJ, tapi sudah mulai ada titik terang.
Dirreskrimum Polda DIY Kombes FX Endriadi mengungkap antara kedua pelaku dan korban sudah saling kenal. Perkenalan pelaku dengan korban disebut Endriadi terjadi karena ketiganya tergabung dalam sebuah komunitas. Komunitas itu sendiri juga disebut melakukan aktivitas yang tidak wajar.
Pertemuan antara Redho Tri Agustian dengan Waliyin dan RD terjadi setelah ketiganya melakukan komunikasi. Setelah bertemu, Endriadi menyebut ketiganya melakukan aktivitas yang tidak wajar. Hanya saja, Endriadi sama sekali tidak menjelaskan secara rinci 'aktivitas tidak wajar' yang dimaksudnya. Hanya saja dia menyebut bahwa aktivitas itu berhubungan dengan kekerasan.
"Nanti masih kami lakukan pendalaman selanjutnya akan disampaikan kembali," kata Endriadi.
Komentar
Posting Komentar