Rusia Minta Bantuan RI Cs Runtuhkan Dominasi AS, Ini Caranya - CNBC Indonesia

 

Rusia Minta Bantuan RI Cs Runtuhkan Dominasi AS, Ini Caranya

Romys Binekasri & Tommy Patrio Sorongan, CNBC Indonesia
News
Minggu, 16/07/2023 07:00 WIB
Foto: Menteri Luar Negeri (Menlu) Indonesia Retno Marsudi dan Menlu Rusia Sergey Lavrov di sela-sela Rangkaian Sidang ke-77 Majelis Umum PBB di New York, Kamis (22/9/2022). (Dok: Kedubes Federasi Rusia)

Jakarta, CNBC Indonesia - Moskow mulai mengajak negara-negara ASEAN untuk tidak lagi menggunakan mata uang dolar alias dedolarisasi sebagai alat tukar pembayaran. Mengutip Russia Today, Kremlin berencana membahas peralihan mata uang dalam perdagangan dengan negara-negara di Asia Tenggara.

Langkah tersebut dilakukan saat pemerintah Presiden Vladimir Putin mendapatkan sanksi Barat di mana akses keuangan diblokir akibat perang di Ukraina.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan akibat sanksi Barat, perdagangan antara Rusia dan RI Cs, menurun sebesar 4,4% pada tahun 2022. Karenanya, perlu ada mata uang baru untuk mengatasi hal ini.

"Untuk memperbaiki situasi, Rusia sedang berupaya meluncurkan konsultasi untuk memperkenalkan mata uang nasional dalam penyelesaian bersama," kata Kementerian Luar Negeri Rusia yang mengutip pernyataan Lavrov di sela-sela pertemuan ASEAN, Rabu (12/7/2023).

Dalam pertemuan tersebut, Rusia menjadi salah satu tamu yang diundang, termasuk AS dan China.

Sayangnya belum ada komentar dari pemerintah ASEAN soal dedolarisasi ini. Namun khusus Indonesia, Bank Indonesia memang telah mengurangi ketergantungan akan dolar sejak 2018 melalui local currency settlement (LCS) dalam transaksi perdagangan bilateral Indonesia dengan negara mitra.

Sebenarnya, Rusia telah menggemakan wacana dedolarisasi dalam aliansi BRICS. Aliansi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (Afsel) ini merupakan 50% produsen gandum dan beras dunia dan pemilik 15% cadangan emas planet ini.

Untuk memuluskan ini, Moskow mengusulkan mata uang baru yang akan berbasis pada emas. Nantinya, kesepakatan ini akan disahkan pada pertemuan BRICS 22 Agustus mendatang.

Langkah ini kemudian diikuti oleh data Bank Sentral China yang menambahkan 23 ton cadangan emas pada bulan Juni. Dengan penambahan tersebut, People's Bank of China saat ini memiliki cadangan hingga 2.330 ton emas.

Seorang mantan penasihat CIA dan dan bankir investasi James Rickards mengatakan bahwa ada fakta menarik terkait tanggal pertemuan BRICS yang rencananya diadakan 22 Agustus mendatang. Ia menyebut tanggal yang sama pada tahun 1971 juga merupakan hari di mana AS menjatuhkan standar emas.

"Ini melibatkan peluncuran mata uang utama baru yang dapat melemahkan peran dolar dalam pembayaran global dan pada akhirnya menggantikan dolar AS sebagai mata uang pembayaran dan mata uang cadangan utama," katanya.

Sementara itu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen juga buka suara soal dedolarisasi. Menurutnya, meski beberapa negara yang mengambil manuver ini, pihaknya masih berharap dolar tetap akan menjadi mata uang yang mendominasi dalam skema perdagangan global.

"Kami berharap dolar tetap menjadi mata uang dominan dalam transaksi internasional," paparnya dikutip Reuters awal pekan ini.

Perlu diketahui, sejarawan terkenal AS, Alfred McCoy pernah memprediksi "kekaisaran" Amerika akan runtuh di 2017. Hal ini pun terkait dolar AS.

"Pada tahun 2030, dolar AS akan kehilangan statusnya sebagai mata uang cadangan dominan dunia, menandai hilangnya pengaruh kekaisaran," kata penulis buku "The Politics of Heroin" tersebut dimuat Big Think.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya