Tetap Tertutup Soal Prajurit AS yang Membelot, Korea Utara Malah Jajal Rudal ke Laut
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fimg2.beritasatu.com%2Fcache%2Fberitasatu%2F960x620-3%2F2023%2F07%2F1690016390-1753x1144.webp)
Seoul, Beritasatu.com – Korea Utara pada Sabtu (22/7/2023) pagi menembakkan beberapa rudal jelajah ke arah laut baratnya, kata militer Korea Selatan. Aksi ini menandai sikap protes negara komunis itu atas berlabuhnya kapal selam AS yang bersenjata nuklir di Korea Selatan.
Selain menambah ketegangan di Semenanjung Korea, pihak Pyongyang juga masih tertutup soal nasib prajurit AS yang berlari melintas masuk Korea Utara, lima hari yang lalu.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan, peluncuran rudal terdeteksi mulai sekitar pukul 4 pagi tetapi tidak segera melaporkan berapa banyak rudal yang ditembakkan atau seberapa jauh mereka terbang. Dikatakan, militer Amerika Serikat dan Korea Selatan menganalisis dengan cermat peluncuran tersebut.
Korea Utara dalam beberapa tahun terakhir telah menguji rudal jelajah yang baru dikembangkan, dan digambarkannya sebagai senjata "strategis". Ini menyiratkan niat negara itu untuk mempersenjatai rudal mereka dengan senjata nuklir.
Pada hari Rabu lalu, Korea Utara juga menembakkan dua rudal balistik jarak pendek dari daerah dekat ibu kotanya, Pyongyang. Rudal itu terbang sekitar 550 kilometer sebelum mendarat di perairan timur Semenanjung Korea.
Jarak penerbangan rudal itu kira-kira sama dengan jarak antara Pyongyang ke kota pelabuhan Korea Selatan Busan, di mana kapal selam bersenjata nuklir USS Kentucky pada Selasa melakukan kunjungan pertama ke Korea Selatan sejak tahun 1980-an.
Pada hari yang sama itu, Prajurit Angkatan Darat AS Travis King berlari melintasi perbatasan ke Korea Utara saat melakukan tur ke desa gencatan senjata antar-Korea.
Media pemerintah Korea Utara belum mengomentari nasib Travis King dan negara tersebut belum menanggapi permintaan AS untuk mengklarifikasi di mana dia ditahan dan bagaimana kondisinya.
Pejabat AS telah menyatakan keprihatinan tentang kondisi Travis King, mengingat perlakuan kasar Korea Utara sebelumnya terhadap beberapa tahanan Amerika.
Bisa jadi berminggu-minggu, atau bahkan berbulan-bulan, sebelum Korea Utara merilis informasi yang berarti tentang Travis King, kata para analis.
Analis meyakini, Korea Utara dapat menahan lebih lama Travis King untuk memaksimalkan pengaruh dan menambah urgensi upaya AS untuk mengamankan pembebasannya.
Beberapa ahli mengatakan Korea Utara mungkin mencoba menggunakan Travis King untuk propaganda atau sebagai alat tawar-menawar untuk membujuk konsesi politik dan keamanan dari Washington, kemungkinan menahan pembebasannya dengan tujuan, agar Amerika Serikat mengurangi aktivitas militernya dengan Korea Selatan.
“Dengan begitu banyak bagian yang bergerak, penting untuk tidak menganggap sebab-akibat hanya sebagai korelasi peristiwa. Tapi provokasi rudal Korea Utara tidak menandakan negosiasi yang mudah untuk mengamankan pembebasan Travis King,” kata Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha Korea Selatan.
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar