Hampir 70 Persen Satuan Pendidikan Sudah Menerapkan Kurikulum Merdeka | Garuda News 24
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengungkapkan, saat ini sudah hampir 70 persen satuan pendidikan di seluruh Indonesia yang menerapkan Kurikulum Merdeka. Sementara 30 persen satuan pendidikan sisanya dirasa masih belum yakin untuk menerapkan kurikulum tersebut.
“Jadi sekolah-sekolah yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka mungkin karena belum yakin,” ujar Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran (Puskurjar) Kemendikbudristek, Zulfikri Anas, dalam siaran pers, Selasa (29/8/2023).
Dia menerangkan, berdasarkan data Puskurjar Kemendikbudristek, saat ini sudah hampir 70 persen satuan pendidikan di seluruh Indonesia telah menerapkan Kurikulum Merdeka. Para satuan pendidikan itu menerapkan Kurikulum Merdeka melalui Program Sekolah Penggerak, SMK Pusat Keunggulan, dan Implementasi Kurikulum Merdeka Jalur Mandiri.
“Sekitar 30 persen sekolah yang belum mengimplementasikan Kurikulum Merdeka sebenarnya sudah mendapatkan informasi mengenai Kurikulum Merdeka melalui program Guru Berbagi atau komunitas-komunitas belajar. Informasinya sudah sampai lewat Platform Merdeka Mengajar (PMM), webinar, komunitas belajar, dan sebagainya,” kata dia.
Zulfikri mengatakan, Kemendikbudristek telah merancang kurikulum sesederhana mungkin sehingga dapat diterapkan secara fleksibel dalam situasi apapun. Menurut dia, prinsip utama dalam Kurikulum Merdeka adalah materinya sederhana, esensial, fleksibel, dan kontekstual serta relevan dengan kebutuhan peserta didik dan kebutuhan di daerahnya masing-masing.
Kurikulum Merdeka juga fokus pada penguatan karakter sehingga memberikan keleluasaan kepada guru untuk berkreasi dalam kondisi apapun. “Yang penting meningkatkan kualitas hubungan antara guru dengan murid. Supaya murid punya keinginan belajar, cinta belajar, dan semangat belajar sepanjang hayat,” ujar dia.
Dia menuturkan, sesuai dengan kodrat dan fitrahnya sebagai manusia, tiap anak memiliki potensi yang berbeda satu sama lain. Sebab itu, potensi yang berbeda-beda tersbeut perlu difasilitasi agar anak-anak bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara, yakni kemerdekaan berpikir hendaknya diberikan kepada anak agar memiliki rasa percaya diri.
“Hal itu sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang merangsang anak agar bisa menerapkan olah hati, olah pikir, olah rasa, olah karsa, dan olah raga. Dalam situasi apapun, yang penting adalah mindset gurunya yang tidak lagi mengejar ketuntasan materi kurikulum, tapi membantu anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi fitrahnya,” kata dia.
Sementara itu, anggota komisi….
Komentar
Posting Komentar