Kisah Pangeran Diponegoro, Tolak Menyerah pada Belanda meski Terjepit dan Menderita Malaria - inews

 

Kisah Pangeran Diponegoro, Tolak Menyerah pada Belanda meski Terjepit dan Menderita Malaria

jatim.inews.id
August 2, 2023
Lukisan Pangeran Diponegoro.
Lukisan Pangeran Diponegoro.

SURABAYA, iNews.id - Pangeran Diponegoro dibuat kerepotan ketika melawan pasukan Belanda dalam upayanya membebaskan Indonesia dari penjajahan. Meninggalnya beberapa pasukan andalan dan strategi pembangunan benteng-benteng darurat di membuat kekuatan Pangeran Diponegoro terdesak.

Apalagi, Belanda melipatgandakan kekuatan pasukan gerak cepat dan telah mengurung Diponegoro di lembah sempit antara Kali Progo dan Kali Bogowonto. Pada posisi terdesak ini Sentot membuka perundingan dengan Belanda untuk menyerah.

Sementara ibu Pangeran Diponegoro Raden Ayu Mangkorowati dan putri Pangeran, Raden Ayu Gusti, sudah ditahan Belanda pada akhir bulan. Kondisi ini membuat Pangeran Diponegoro nyaris tertangkap pada 11 November.

Berdasarkan catatan buku "Takdir Riwayat Pangeran Diponegoro 1785-1855), selama tiga bulan Pangeran Diponegoro berjuang nyaris seorang diri. Penderitaan ditambah oleh serangan malaria tropika yang parah saat ia bersembunyi di hutan-hutan Bagelen barat.

Kekalahan peperangan di Siluk pada 17 September 1829 membuat pasukan Pangeran Diponegoro terpaksa mundur menyeberangi Kali Progo. Hal ini ditambah dengan tewasnya Pangeran Ngabehi sang paman sekaligus panglima perang pasukan kepercayaan Pangeran Diponegoro.

Bahkan, mayoritas komandan tentaranya telah menyerah karena frustasi dan kelelahan. Sementara militer Belanda terus membangun kekuatan. Mereka juga menggelar sayembara penangkapan Pangeran Diponegoro dengan imbalan 20.000 gulden.

Editor : Ihya Ulumuddin

Follow Berita iNewsJatim di Google News

Situasi itu membuat Pangeran Diponegoro tidak berkutik, sehingga cepat atau lambat Pangeran Diponegoro akan dipaksa oleh keadaan untuk merundingkan penyerahan dirinya. Tetapi tekad perjuangan Pangeran Diponegoro masih tinggi. Dengan pengawalan 50 prajurit, sang pangeran terus memasuki wilayah Bagelen Timur.

Basah Hasan Munadi, seorang Arab-Jawa pemimpin Barjumungah, resimen agamis pengawal pribadi Diponegoro, menyarankan agar Pangeran Diponegoro pergi ke daerah pegunungan Remo, antara Bagelen dan Banyumas, kabupaten asal keluarga Danurejan. Di tempat itu, komandan prajuritnya yang masih muda belia, Basah Ngabdulmahmud Gondokusumo, masih memegang kendali di situ.

Sang pangeran menceritakan kepada Basah Hasan Munadi bahwa ia tidak akan membiarkan dirinya menyerah karena akan merasa sangat malu. Sementara jika ditunjuk menjadi Sultan Yogya, maka semua perjuangan dan pengorbanannya akan terasa sia-sia.

Maka tak heran bila sayembara yang dibuat Belanda tak membuat Pangeran Diponegoro dengan mudah ditangkap. Apalagi, selama ini Pangeran Diponegoro memiliki pendukung yang tak mungkin berkhianat kepadanya.

Editor : Ihya Ulumuddin

Follow Berita iNewsJatim di Google News

Baca Juga

Komentar