Mahasiswa Bukittinggi Penolak Gubernur Sumbar Diteror - Garudanews24

 

Mahasiswa Bukittinggi Penolak Gubernur Sumbar Diteror

By Beranda
garudanews24.id
August 28, 2023

Oleh FEBRIAN FACHRI

BUKITTINGGI- Sikap Presiden Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi, Ahmad Zaki, menolak kehadiran Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi di kampusnya pekan lalu berbuntut panjang. Ia mengeklaim belakangan mendapat teror pembunuhan.

Ancaman tersebut, menurutnya, berasal dari nomor WA tidak dikenal. Ada ancaman saya dibunuh lewat pesan WhatsApp. Dalam pesan itu saya dikata-katai dengan kata kotor,” kata Zaki, Ahad (27/8/2023).

Nomor peneror Zaki tersebut mencoba menelpon Zaki berkali-kali. Namun Zaki tidak mengubris panggilan telepon masuk dari nomor tersebut. Dalam pesan dengan nada ancaman itu, peneror meminta Zaki menghormati Gubernur Mahyeldi. Bila bertemu, peneror mengancam akan membunuh Zaki.

Oi Zaki, Ang ndak bautak ang. Gubernur ang mode tu an. Woi angkek telfon den. Ang sobok jo den caliak lah den bunuah ang beko. Den cari ang bisuak (Oi Zaki, kamu tidak punya otak. Gubernur kamu begitukan. Angkat telepon saya. Kamu kalau ketemu saya, saya bunuh kamu. Saya cari kamu besok),” kata peneror tersebut.

Zaki menduga ancaman tersebut berkaitan dengan aksinya bersama teman-teman mahasiswa atas nama Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) UIN Bukittinggi Selasa pekan lalu.

Saat itu, Zaki berorasi menolak kedatangan Gubernur Mahyeldi di acara Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK). Zaki dan kawan-kawan menilai Gubernur Mahyeldi tidak pantas datang ke UIN karena belum menyelesaikan persoalan sengketa tanah di Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat.

Video penolakan itu kemudian beredar viral di media sosial. Dalam video tersebut, terlihat Mahyeldi sudah duduk di atas panggung di Student Center UIN Bukittinggi. Di gedung tersebut memang sudah ada ratusan mahasiswa baru yang terlihat memakai pakaian putih hitam. 

Lalu ada satu orang mahasiswa berorasi dan menolak kedatangan Mahyeldi. Selama mahasiswa tersebut berorasi, seluruh mahasiswa yang ada bersorak dan memberi tepuk tangan. Tidak terlalu jelas apa saja kalimat yang disampaikan orator di dalam video tersebut. 

Tapi di sisi lain, ada juga mahasiswa yang membentangkan spanduk bertuliskan “Tuntaskan Isu PSN Pak Gub” dan tulisan “Ham dilangkahi”. Pada bagian akhir video, terlihat beberapa orang yang diduga panitia acara memaksa mahasiswa yang berorasi itu turun dari panggung.

Ahmad Zaki menyebut kejadian itu terjadi pada Selasa (22/8/2023) sekitar pukul 15.00 WIB. Zaki mengatakan mereka menolak kehadiran gubernur sebagai sikap solidaritas terhadap masyarakat Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat yang terancam oleh rencana Proyek Strategis Nasional (PSN) yang diusulkan Gubernur Mahyeldi. “Sikap kami mahasiswa menolak keras kehadiran Gubernur karena sampai saat ini, masalah isu usulan PSN Air Bangis belum selesai. Kami menuntut cabut usulan itu kepada gubernur,” kata Ahmad Zaki, kepada Republika.

Mahyeldi sedianya tidak mempersoalkan insiden aksi oknum mahasiswa tersebut. Ia menilai kritikan yang disampaikan mahasiswa merupakan hal biasa. “Kritik secara langsung seperti itu hal biasa bagi kami sebagai penyelenggara pemerintahan. Saya melihat itu hanya wujud mahasiswa menegaskan eksistensi dan ekspresinya. Kami sudah terlebih dulu memaafkan” kata Mahyeldi, melalui siaran pers yang diterima Republika, Kamis (24/8/2023).

Aksi Air Bangis

Ribuan warga Jorong Pigogah, Nagari Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat sebelumnya melakukan aksi demonstrasi berhari-hari di depan Kantor Gubernur Sumatra Barat di Jalan Jenderal Sudirman No 51 Kota Padang. Mereka memulai aksi demo sejak hari Senin (31/7/2023) sampai Jumat (4/8/2023).

Masyarakat berdemo mengajak keluarga beserta anak-anaknya berdemo dan menginap di Kompleks Masjid Raya Sumatra Barat. Tidak jarang juga aksi demonstrasi yang mereka lakukan di bawah guyuran hujan lebat di Kota Padang. Akibat menginap di lantai masjid dan terkena hujan saat demo, ada beberapa anak pendemo yang dilarikan ke rumah sakit karena terkena demam. 

Demonstrasi ini juga mengakibatkan kemacetan di beberapa ruas jalan di Kota Padang. Karena jalan utama yakni Jalan Sudirman terpaksa harus diblokade polisi untuk mengawal massa aksi. Aspirasi yang disuarakan oleh warga Air Bangis ini adalah untuk meminta Gubernur Sumbar, Mahyeldi menyelesaikan konflik yang terjadi di tanah mereka.

Masyarakat Air Bangis yang tinggal di kawasan hutan dan menanam sawit tidak leluasa menjual hasil panen lantaran tanah mereka sudah menjadi Kawasan Hutan Produksi dan masuk ke dalam rencana Proyek Strategis Nasional (PSN). Mereka juga meminta Mahyeldi membebaskan masyarakat dari Koperasi KSU ABS HTR Sekunder. 

“Konflik di nagari kami sudah sangat lama terjadi. Sudah banyak masyarakat ditangkap polisi. Kami tinggal di kawasan hutan, kami perlu penyelesaian dari pemerintah supaya kami tidak perlu takut ditangkap saat beraktivitas,” kata Koordinator Lapangan aksi Masyarakat Air Bangis, Haris Ritonga. 

Haris menyebut konflik agraria di Air Bangis sudah berlangsung sejak tahun 2016. Di mana sudah ada puluhan masyarakat ditahan karena melakukan aktivitas di hutan tempat mereka tinggal. 

Warga Air Bangis melakukan aksi berhari-hari karena merasa aspirasi mereka tidak tersampaikan kepada Gubernur Mahyeldi. Sejak hari pertama sampai hari ketiga, Mahyeldi hanya diwakili beberapa anak buahnya menemui massa aksi. Mahyeldi baru menemui warga Air Bangis pada Kamis (3/8/2023) subuh

Dalam kesempatan tersebut, mereka berdialog dan saling menyampaikan aspirasi masing-masing. Ada beberapa fakta terungkap saat dialog tersebut. Salah satunya adalah masyarakat merasa terancam sehingga takut untuk pulang sebelum tuntutan mereka dipenuhi, bahkan salah seorang diantara mereka ada yang meminta Gubernur untuk memberikan perlindungan dan menuangkannya secara tertulis.

“Sebelum ada hasil kami enggak pulang Pak. kami bisa terancam,” ucap salah seorang pengunjuk rasa kepada Gubernur. Menyikapi informasi tersebut, Gubernur menegaskan tidak boleh ada ancam mengancam. Mahyeldi kemudian menanyakan kepada para pengunjuk rasa yang hadir, siapa yang mengancam dan atas dasar apa ancaman itu dilakukan. Namun pertanyaan Gubernur tersebut tidak dijawab secara jelas oleh masyarakat.

Kemudian Gubernur menegaskan kembali kepada para pengunjuk rasa, ia akan menjamin keamanan semua masyarakat, baik selama berada di Padang ataupun saat akan kembali ke daerah asal. Jika perlu, ia mengatakan akan berkoordinasi dengan pihak kepolisian agar masyarakat dapat dikawal sampai ke kampung halamannya nanti. 

“Bapak/Ibu diancam terkait apa? jika terkait hasil panen nanti itu bisa dijual ke koperasi. Tapi jika terkait jiwa, kita akan minta pengawalan dari polisi, kita kawal sampai ke sana, Insya Allah Bapak/Ibu akan aman,” ucap Mahyeldi. 

Mahyeldi juga mengajak para pengunjuk rasa untuk lebih bijak dalam bersikap karena tanah yang mereka tinggali adalah aset negara yang sebaiknya tidak diolah secara ilegal. Menurut Mahyeldi tidak ada kebijakan negara yang niatnya untuk menzalimi masyarakat, tapi sebaliknya semua untuk mensejahterakan masyarakat.

 “Tidak ada satu pihak pun di negara ini yang berniat untuk mengusir masyarakat dari sana, apalagi yang sudah ditinggali selama puluhan tahun, tidak ada itu, saya yang menjamin,” ujar Mahyeldi.

Kedatangan Mahyeldi pada Kamis subuh tersebut ternyata belum dapat memuaskan keinginan warga pendemo dari Air Bangis. Mereka masih ngotot melakukan aksi demo sampai keesokan harinya, Jumat (4/8/2023). Sampailah pada Sabtu (5/8/2023) masyarakat Air Bangis yang menginap di Masjid Raya Sumbar dipulangkan secara paksa oleh aparat dari Birmob Polda Sumbar. Pengusiran yang diwarnai masuknya aparat ke area masjid dengan sepatu itu kemudian membuat isu Air Bangis jadi perhatian nasional dan akhirnya memicu aksi para mahasiswa di UIN Sjech M Djamil Djambek.

Baca Juga

Komentar