Penjelasan Ahlulbait Indonesia soal Viral Ritual Syiah di Bandung - detik

 

Penjelasan Ahlulbait Indonesia soal Viral Ritual Syiah di Bandung


Tangkapan layar ritual keagamaan Syiah tampak dari luar
Tangkapan layar ritual keagamaan Syiah di Kota Bandung tampak dari luar (Foto: istimewa)


Bandung - Warga Kota Bandung dihebohkan dengan potongan video berisi narasi ritual keagamaan yang terasa awam untuk dilakukan. Belakangan diketahui, peristiwa tersebut erat hubungan dengan kegiatan yang dilakukan jemaah Syiah.

DPD Ahlulbait Indonesia (ABI) Kota Bandung pun memberi penjelasan mengenai hebohnya video tersebut. Mereka membenarkan ritual keagamaan jemaah Syiah itu dilakukan di wilayah Gegerkalong, Kota Bandung.

Namun menurut Ketua DPD ABI Kota Bandung Rustana Adhi, video yang viral memang diambil seorang warga di lokasi Husainiyah atau majelis taklimnya Syiah. Tapi kemudian, semua rangkaian acara tersebut berlangsung kondusif dan tidak menimbulkan pertentangan dari pihak manapun.

"Di Husainiyah itu seperti biasa memperingati Bulan Muharram. Malam kesatu sampai malam ke-10 itu lancar, kami koordinasi juga dengan kepolisian. Hanya di malam ke-10, kepolisian meminta supaya kegiatannya dipercepat," kata Adhi kepada detikJabar, Senin (31/7/2023).

Keesokan harinya, tepatnya pada Jumat (28/7/2023), DPD ABI Kota Bandung sudah tidak melaksanakan kegiatan apapun berkaitan dengan Bulan Muharram. Lalu kemudian, pihak dari kelompok paguyuban kebudayaan dekat kantor DPD ABI Kota Bandung turut menggelar acara serupa di sana.

Acara dari kelompok kebudayaan ini yang kemudian mengundang penolakan dari sejumlah orang. Orang-orang sampai datang ke lokasi karena menolak masjid setempat digunakan untuk tempat dilaksanakannya ritual keagamaan.

"Kalau yang ramai acaranya didatangi banyak orang itu acara kabuyutan, bukan acara kami. Acara kami sudah beres di malam Jumat, itu enggak ada masalah. Cuma akhirnya, video yang viral itu dihubungkan acara kabuyutan yang sampai didatangi banyak orang. Padahal itu acara yang berbeda, sudah diklarifikasi juga itu acaranya," ucap Adhi.

"Jadi yang ditolaknya karena menurut mereka ada sesajen. Kalau acara tawasul dan doanya mah enggak masalah di masjid. Padahal itu bukan sajen, cuma makanan yang kami suguhkan untuk tamu terus didoakan. Jadi bukan sajen untuk makhluk lain, kita didoakan supaya bisa diambil berkahnya," tuturnya menambahkan.

Mengenai video viral tentang ritual keagamaan jemaah Syiah, Adhi pun menyayangkan narasi yang berkembang malah tentang kegiatan yang menjurus kesesatan. Padahal bagi keyakinannya, acara tersebut rutin digelar sebagai bentuk kedukaan atas syahidnya Imam Husain bin Ali bin Abi Thalib.

"Dan video itu bukan digelar di masjid seperti yang disebutin di beberapa video yang viral, tapi di gedung Husainiyah. Itu acaranya namanya Maktam, memang lampunya kami gelapkan lampunya untuk lebih khusuk ibadahnya, terus pakai lampu merah, dan ada gerakan tepuk-tepuk dada. Jadi bukan seperti yang dinarasi viral nari-nari, itu Maktam namanya, tepuk-tepuk dada sambil baca syair kedukaan untuk Imam Husain," terangnya.

Adhi dan beberapa kelompoknya pun sempat mencari orang pertama yang merekam video itu. Lokasinya sudah ia dapatkan, namun ketika ditanya ke orangnya langsung, yang bersangkutan membantah telah merekam video itu.

"Sebetulnya ketika ini viral, kami rembukan dan kami sepakat enggak perlu ini diramaikan kembali. Tadi kami juga mendatangi yang diperkirakan si perekamnya, sudut pandangnya soalnya sama dari kos-kosan seberang Husainiyah," kata Adhi.

"Kami hanya ingin sampaikan ini bukan ibadah tari menari, kami ingin menjelaskan ini Maktam, hari dukanya Imam Husain memperingati asyura, terus ada doa, diakhiri dengan ziarah, ingin menjelaskan itu. Tapi tadi dia enggak mengaku, enggak berbuat katanya. Tapi pas dilihat, sudut pandangnya sama," ucapnya.

Pihaknya pun berharap publik tidak langsung menyimpulkan mengenai ritual keagamaan jemaah Syiah tersebut. Apalagi, sampai disebar ke media sosial hingga menimbulkan persepsi berbeda dari orang lain.

"Karena memang enggak ada yang namanya sampai penyanderaan, semuanya aman. Itu bagi kita hoaks. Dan yang viral itu namanya Maktam. Kalau di negara lain itu memang sampai berdarah-darah, sampai melukai diri sendiri. Tapi di kami, itu diharamkan oleh ulama-ulama kami," pungkasnya.

(ral/iqk)


Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya 

Artikel populer - Google Berita