Selesai! Tambang Emas di Banyumas Itu Kini Jadi Makam 8 Penambang
TRIBUNJATENG.COM, BANYUMAS - Selesai, tugas Tim SAR gabungan tujuh hari berupaya mengevakuasi delapan penambang emas yang terjebak di tambang ilegal Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah.
Operasi penyelamatan dihentikan, namun hasil nihil. Delapan penambang asal Bogor tak bisa diselamatkan.
Tambang ilegal itu kini jadi makam delapan penambang. Untuk menandai tragedi ini, akan dipasang prasasti di depan lubang Bogor lokasi penambangan.
Kepala Kantor SAR Cilacap, Adah Sudarsa mengatakan hingga hari ketujuh operasi SAR masih belum berhasil mengeluarkan saudara-saudara yang terjebak di lubang galian.
Adapun kendala yang Tim SAR Gabungan alami yaitu debit air yang masuk ke dalam lubang galian semakin besar.
"Pompa sudah kita operasionalkan selama 24 jam.
Tapi air bukannya berkurang malah bertambah naik terus.
Di dalam itu lubang semakin menyempit bisa letter S jadi tidak sesederhana seperti tangga," jelasnya kepada Tribunbanyumas.com.
Operasi SAR ditutup sekitar pukul 14.30 WIB dan ditandai dengan tabur bunga dan pemasangan prasasti di depan area lubang tambang.
Sebelumnya sempat dikabarkan permukaan air turun hingga 14 meter dari bibir lubang galian, hari ini air kembali naik menjadi 12 meter.
Ini berarti terdapat kenaikan muka air setinggi 2 meter.
Adapun alat yang dikerahkan hingga operasi SAR ini diantaranya pompa air, alat deteksi pencarian seperti xaver, scan sonar, live detector, alat-alat mauntainnering, SCBA, dan alat selam.
Sulit Bertahan Hidup
Ahli Forensik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), dr. M. Zaenuri Hidayat menuturkan ada sejumlah kondisi yang memungkinkan 8 penambang di Banyumas yang terjebak dapat saja bertahan hidup.
Ia menjelaskan kondisi tersebut bisa saja terjadi apabila ada celah untuk aliran oksigen dari luar, manusia masih dapat bertahan hidup hingga satu minggu.
Sementara itu potensi kematian yang terjadi adalah karena kelaparan.
"Apakah saat tertimbun masih ada celah yang cukup adanya aliran oksigen dari luar.
Tentunya kalau ini yang terjadi, kematian bukan karena kekurangan oksigen, tapi karena kelaparan.
Kalau ini yang terjadi, maksimal bertahan hidup sampai 1 minggu," ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (1/8/2023).
tambang emas Desa Pancurendang, Ajibarang, Banyumas, menjadi hari yang terakhir.
Memasuki hari terakhir, kondisi kedelapan penambang hingga hari ketujuh ini masih belum bisa dipastikan.
Zaenuri kemudian menyebutkan apabila tidak ada suplai oksigen, maka peluang bertahan hidup tergantung dari cadangan oksigen yang tersisa, serta luasan area tempat korban terjebak.
"Kalau tidak ada suplai oksigen dari luar, tentu semua tergantung cadangan oksigen yg tersisa di ruang tertutup tersebut," imbuhnya.
Selain itu luasan rongga tempat korban terjebak juga mempengaruhi kemungkinan mereka bertahan hidup.
Luasan rongga tempat korban terjebak menentukan sampai kapan bisa bertahan di dalam ruang tersebut.
"Kalau sangat sempit, apalagi dihuni 8 korban, dalam hitungan menit atau jam bisa saja menimbulkan kematian," katanya.
Fungsi blower yang digunakan para penambang tidak berfungsi untuk menambah oksigen, hanya menggerakkan udara saja.
Ia menjelaskan peluang bertahan hidup 8 penambang yang terjebak dalam lubang berisi air peluangnya minim.
Hal itu karena air menghambat aliran oksigen dari luar.
"Peluang bertahan kayaknya tidak mungkin kecuali air tidak menutup total saluran udara," jelasnya.
Operasi SAR yang telah berlangsung selama 7 hari untuk menyelamatkan delapan penambang yang terjebak akan dihentikan hari ini, Selasa (1/8/2023).
Tim SAR menutup pelaksanaan operasi SAR dengan melakukan tabur bunga dan memasang prasasti di lokasi serta doa bersama.
Sosok Rama Anak Kembar
Salah satu korban tambang emas di Banyumas ternyata punya kembaran, Inilah gelagat kakaknya menjadi firasat.
Adalah Romi Abdul Rohim adik dari Muhammad Rama Abdul Rohman yang merupakan korban yang terjebak lubang galian emas ilegal di Banyumas
Satu korban terjebak lubang tambang emas ilegal di Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah ternyata memiliki saudara kembar.
Sosok korban yang diduga tewas ini tak jauh berbeda dengan kembarannya yang berada di Desa Cisarua, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor.
Dia tersebut adalah Romi Abdul Rohim, yang merupakan adik kandung dari korban yang bernama Muhammad Rama Abdul Rohman (38).
Muhammad Rama Abdul Rohman merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara. Sedangkan Romi Abdul Rohim merupakan anak keempat.
Keduanya lahir pada hari yang sama dan hanya berbeda hitungan menit terlahir ke dunia.
Sebagai saudara kembar, biasanya memiliki ikatan batin yang sangat kuat antar keduanya.
Akan tetapi, Romi Abdul Rohman mengaku tidak demikian dengan kejadian kali ini.
Ia mengaku tak memiliki firasat apapun saat peristiwa itu terjadi.
"Kalau untuk hal-hal lain mah banyak, sering seperti itu, kalau dia lagi apa dimana kadang keinget cuma kemarin sama sekali engga," ujarnya kepada TribunnewsBogor.com, Jumat (28/7/2023).
Akan tetapi, ada satu hal yang baru ia sadari setelah peristiwa itu terjadi.
Romi Abdul Rohim mengatakan, tiga hari sebelum kabar tak sedap itu datang, sang kakak mengajaknya untuk foto bersama.
Baginya hal tersebut sesuatu yang jarang terjadi, namun ia tak berfikir aneh dan menganggapnya suatu hal yang wajar sebagai adik-kakak.
"Waktu hari Sabtu dia minta foto bareng pas ke Cianjur nganter anaknya ke pondok, baru nyadar setelah kejadian, apa ini firasat kata saya teh," katanya.
Lebih lanjut, ia pun sangat berharap keberadaan sang kakak dapat segera ditemukan oleh tim SAR gabungan.
"Pastinya tentu yang terbaik yah, pulang dengan selamat, karena datang juga membawa keselamatan," harapnya.
"Adapun nasib yang menentukan walaupun harus ada nasib yang pahit ataupun tidak sesuai harapan keluarga namun yang pasti harus pulang, bagaimanapun keadaannya," tambangnya.
Potret Lobang Dondong
Inilah potret lubang Dondong disebut awal mula tragedi akibatkan delapan penambang emas terjebak di lubang Bogor di Banyumas.
Sumber air yang menggenangi lubang Bogor diduga berawal dari lubang Dondong yang berjarak hanya 15 meter.
Penambang emas di Lubang Dondong tidak sengaja menggali tanah kedap air yang menjadi awal mula kebocoran.
Air lalu mengalir ke Lubang Bogor yang membuat delapan penambang terjebak.
Berikut potret lubang Dondong:
Setelah dianalisa lebih lanjut kesulitan evakuasi delapan penambang ternyata ada cekungan air tanah di kedalaman 30 meter.
Kapala Sub Seksi Operasi Basarnas Pos SAR Cilacap, Priyo Prayuda Utama mengatakan ada lapisan kedap sekitar 30 meter.
"Lapisan air ini harusnya tidak keluar.
Namun diduga tidak sengaja tergali dan suplai air dengan cepat," jelasnya, Kamis (27/7/2023).
Jalur tambang emas ilegal Banyumas (istimewa)
Oleh karena itu, Basarnas saat ini berlomba lomba mengalahkan dengan aliran air itu.
Dan saat ini air kembali naik.
"Supplai air besar dan air sudah tercampur tanah dan lingkungn sawah.
Otomatis akan larut dengan tanah," jelasnya.
Priyo menjelaskan ada dua lubang utama, yaitu lubang "Main Hole Bogor" dan "Main Hole Dondong".
Main Hole Bogor ini adalah lubang tambang yang dimasuki delapan penambang.
Sementara Main Hole Dondong saat itu bersamaan pula ada pekerja lain yang juga sedang menggali.
Para pekerja baik di Main Hole Bogor dan Dondong masuk ke lubang tambang secara bersamaan.
Para penambang di Main Hole Dondong bekerja di kedalaman sekitar 30 meter.
Sementara di Main Hole Bogor sudah meneruskan pekerjaan di kedalaman sekira 47 sampai 50 meter.
Apa yang terjadi adalah dugaan kebocoran di Main Hole Dondong dan para pekerja di sana sempat menyelamatkan diri dan naik sekira pukul 22.00 WIB.
"Pekerja yang berada di Main Hole Dondong sempat naik dan menginformasikan kepada yang di atas kepada petugas di Main Hole Dondong.
Jarak antara Main Hole Dondong dan Bogor sekira 15 meter.
Karena saat itu kesulitan naik, para pekerja di Main Hole Dondong pukul 11.00 WIB baru sampai atas.
"Tapi ternyata air di Main Hole Bogor sudah berada di kedalaman 15 meter dari permukaan yang secara logika otomatis menutupi hingga ke bawah," terangnya.
Para pekerja sempat berupaya menyelamatkan mandiri yaitu pukul 04.00 WIB sudah menyedot dan tidak berkurang.
Korban Ajat Sudrajat
Salah seorang penambang yang terjebak di lubang galian di Pancurendang, Ajibarang, Banyumas bernama Ajat Sudrajat (29).
Sebelumnya ia merupakan penjual mi ayam.
Siapa sangka, upayanya beralih pekerjaan demi mencoba menggapai lebih banyak rezeki justru berakhir tragis.
Ajat merupakan warga Bogor salah satu korban yang terjebak di lubang tambang Banyumas dan nasibnya masih belum diketahui.
Karena sudah hampir sepekan korban terjebak dan keberadaannya belum diketahui, pihak keluarga pun ikhlas dan menggelar tahlilan di rumah di Kampung Gunung Leutik, Desa Kiarasari, Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor.
Pak Ahad (54), orang tua korban menceritakan bahwa putranya itu sebelumnya merupakan pedagang mie ayam.
"Sebelumnya jualan mie ayam, pakai gerobak dorong," kata Ahad kepada TribunnewsBogor.com.
Dia sudah bertahun-tahun menjadi pedagang mie ayam, namun pendapatannya tidak mengalami peningkatan.
Sedangkan di kampungnya tak ada lapangan pekerjaan lain yang lebih baik selain merantau.
"Di sini pekerjaan susah, bertani ada batasnya kan. Di sini banyak yang merantau ada yang ke Jakarta, Bogor, Jambi, Lampung, tersebar," tambah Pak Enen (55), kerabat korban.
Hal ini pun turut dirasakan korban Ajat Sudrajat.
Kesulitan ekonomi membuat dia memilih mengadu nasib dengan ikut bersama kerabatnya.
Yakni menjadi menjadi penambang di Banyumas demi menafkahi istri dan dua anaknya di kampung.
Bahkan pekerjaan penambangan emas ini pun baru korban lakoni tiga pekan sebelum musibah terjadi.
"Baru dia kerja jadi penambang, baru tiga minggu. Awalnya dia ikut kerabatnya, kalau kerabatnya (korban lain) mah sudah biasa," kata Pak Enen.
Enen menceritakan bahwa korban ini juga dikenal memiliki hobi bermain sepak bola.
Sudah banyak piala penghargaan yang dia juarai dalam sepak bola ini.
"Dia juga suka ngelatih sepak bola untuk anak-anak kecil," kata Pak Enen.
Atas musibah yang terjadi, keluarga mengaku ikhlas atas kejadian terjebaknya korban Ajat bersama kerabatnya yang lain di lubang tambang Banyumas ini.
"Jadi di sini mah udah menerima, udah pasrah, udah nasib lah," ungkapnya.
Diketahui, delapan penambang emas terjebak di lubang galian di Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Delapan penambang itu dilaporkan terjebak di dalam lubang tambang sejak Selasa (25/7/2023) malam lalu karena tiba-tiba datang air yang menggenangi area pertambangan.
Delapan penambang yang terjebak itu diketahui terdiri atas naman Cecep Suriyana (29 tahun), Rama Abd Rohman (38), Ajat (29), Mad Kholis (32), Marmumin (32), Muhidin (44), Jumadi (33), serta Mulyadi (40) yang mana seluruhnya berasal dari Kabupaten Bogor.
Kecil Kemungkinan Bertahan
Ahli Forensik Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), dr. M. Zaenuri Hidayat menuturkan ada sejumlah kondisi yang memungkinkan 8 penambang di Banyumas yang terjebak dapat saja bertahan hidup.
Ia menjelaskan kondisi tersebut bisa saja terjadi apabila ada celah untuk aliran oksigen dari luar, manusia masih dapat bertahan hidup hingga satu minggu.
Sementara itu potensi kematian yang terjadi adalah karena kelaparan.
"Apakah saat tertimbun masih ada celah yang cukup adanya aliran oksigen dari luar.
Tentunya kalau ini yang terjadi, kematian bukan karena kekurangan oksigen, tapi karena kelaparan.
Kalau ini yang terjadi, maksimal bertahan hidup sampai 1 minggu," ujarnya dalam keterangan tertulis kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (1/8/2023).
Hari ini, Selasa (1/8/2023) Operasi SAR menyelamatkan delapan penambang yang terjebak di lubang tambang emas Desa Pancurendang, Ajibarang, Banyumas, menjadi hari yang terakhir.
Memasuki hari terakhir, kondisi kedelapan penambang hingga hari ketujuh ini masih belum bisa dipastikan.
Zaenuri kemudian menyebutkan apabila tidak ada suplai oksigen, maka peluang bertahan hidup tergantung dari cadangan oksigen yang tersisa, serta luasan area tempat korban terjebak.
"Kalau tidak ada suplai oksigen dari luar, tentu semua tergantung cadangan oksigen yg tersisa di ruang tertutup tersebut," imbuhnya.
Selain itu luasan rongga tempat korban terjebak juga mempengaruhi kemungkinan mereka bertahan hidup.
Luasan rongga tempat korban terjebak menentukan sampai kapan bisa bertahan di dalam ruang tersebut.
"Kalau sangat sempit, apalagi dihuni 8 korban, dalam hitungan menit atau jam bisa saja menimbulkan kematian," katanya.
Fungsi blower yang digunakan para penambang tidak berfungsi untuk menambah oksigen, hanya menggerakkan udara saja.
Ia menjelaskan peluang bertahan hidup 8 penambang yang terjebak dalam lubang berisi air peluangnya minim.
Hal itu karena air menghambat aliran oksigen dari luar.
"Peluang bertahan kayaknya tidak mungkin kecuali air tidak menutup total saluran udara," jelasnya.
Operasi SAR yang telah berlangsung selama 7 hari untuk menyelamatkan delapan penambang yang terjebak akan dihentikan hari ini, Selasa (1/8/2023).
Tim SAR menutup pelaksanaan operasi SAR dengan melakukan tabur bunga dan memasang prasasti di lokasi serta doa bersama.
Upaya penyelamatan atau evakuasi 8 penambang emas di Banyumas hingga Hari ketujuh belum membuahkan hasil.
Hari ini operasi penyelamatan akan dihentikan dan korban masih berada di lubang penambangan.
Untuk menandai tragedi ini, akan dipasang prasasti di depan lubang Bogor lokasi penambangan.
Operasi SAR evakuasi 8 penambang emas yang masih terjebak di lubang galian tambang rakyat Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, memasuki hari terakhir, Selasa (1/8/2023).
Di hari ketujuh ini upaya evakuasi masih belum juga membuahkan hasil.
Kepala Kantor SAR Cilacap, Adah Sudarsa mengatakan hingga hari ketujuh operasi SAR masih belum berhasil mengeluarkan saudara-saudara yang terjebak di lubang galian.
Adapun kendala yang Tim SAR Gabungan alami yaitu debit air yang masuk ke dalam lubang galian semakin besar.
"Pompa sudah kita operasionalkan selama 24 jam.
Tapi air bukannya berkurang malah bertambah naik terus.
Di dalam itu lubang semakin menyempit bisa letter S jadi tidak sesederhana seperti tangga," jelasnya kepada Tribunbanyumas.com.
Operasi SAR akan ditutup sekitar pukul 14.30 WIB dan ditandai dengan tabur bunga dan pemasangan prasasti di depan area lubang tambang.
Sebelumnya sempat dikabarkan permukaan air turun hingga 14 meter dari bibir lubang galian, hari ini air kembali naik menjadi 12 meter.
Ini berarti terdapat kenaikan muka air setinggi 2 meter.
Adapun alat yang dikerahkan hingga operasi SAR ini diantaranya pompa air, alat deteksi pencarian seperti xaver, scan sonar, live detector, alat-alat mauntainnering, SCBA, dan alat selam.
Kades Pncurendang Minta Dicarikan Alternatif Solusi Pekerjaan Warga
Banyak warga di Desa Pancurendang, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas mempertanyakan bagaimana nasib mereka yang menggantungkan ekonomi pada sektor pertambangan.
Kades Pancurendeng, Narisun mengatakan sampai sejauh ini memang belum tahu bagaimana nasib warganya yang menggantungkan dari sektor pertambangan.
"Ini adalah PR bagi pemerintah agar memberikan solusi bagaimana nasib ekonomi masyarakat.
Jelas akan semakin susah, awal dulu ada sekitar 500 warga lokal dan sekitarnya di pertambangan.
Setelah itu semakin kesini memang semakin berkurang," jelasnya kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (1/8/2023).
Sebelum adanya pertambangan daerah tersebut adalah lahan sawah biasa yang ditanami padi.
"Terkait pencemaran memang pernah ada pemeriksaan mercuri tapi tetap beroperasi juga
Sebelum menambang warga ada yang menjadi kuli genteng, petani, kuli panggul juga," terangnya.
(jti)
Komentar
Posting Komentar