Indonesia hemat Rp7,7 triliun jika kardiovaskular berhasil ditekan
Rabu, 28 September 2022 18:53 WIB
Berdasarkan laporan Kemenkes dalam kurun 2017 hingga 2021, kardivaskular menempati peringkat pertama beban pembiayaan BPJS Kesehatan dengan jumlah pasien berkisar 9,4 juta orang per tahun
Jakarta (ANTARA) - Indonesia bisa menghemat anggaran hingga Rp7,7 triliun per tahun jika berhasil menekan beban biaya pelayanan kesehatan untuk penyakit kardiovaskular atau jantung kata seorang pejabat di Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
"Begitu besar biaya yang harus dikeluarkan BPJS Kesehatan karena katastropik ini, yang seharusnya bisa dihemat apabila bisa meminimalisasi faktor risikonya," kata Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes, dr Eva Susanti melalui konferensi pers Hari Jantung Sedunia 2022 yang diikuti dari YouTube di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan berdasarkan laporan Kemenkes dalam kurun 2017 hingga 2021, kardivaskular menempati peringkat pertama beban pembiayaan BPJS Kesehatan dengan jumlah pasien berkisar 9,4 juta orang per tahun.
Pada peringkat kedua ditempati pasien kanker mencapai rata-rata 3,5 juta pasien, stroke 2,5 juta pasien, gagal ginjal 2,3 juta pasien, thalassemia 500 ribu pasien, leukemia 355 ribu pasien, hepatitis 310 ribu pasien, dan hemofilia 443 ribu pasien.
"Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), dari 2013 hingga 2018, faktor risiko penyakit ini terjadi peningkatan," katanya.
Pasien stroke meningkat 19,4 persen, kardivaskular 14,4 persen dengan beban pembiayaan kesehatan tertinggi berkisar Rp7,7 triliun per tahun, disusul kanker 12,5 persen dengan beban biaya Rp3,1 triliun.
"Pembiayaan kesehatan lainnya yang juga termasuk besar adalah stroke Rp1,9 triliun dan gagal ginjal Rp1,6 triliun per tahun," katanya.
Ia mengatakan hanya tiga dari 10 penderita penyakit tidak menular yang terdeteksi, selebihnya mereka tidak tahu bahwa mereka sakit karena tidak ada gejala sampai terjadi komplikasi.
"Dari tiga penderita tersebut, hanya satu orang yang berobat secara teratur," katanya.
Faktor penyebab peningkatan kejadian kardiovaskuler, kata Eva, mulai dari hipertensi, obesitas, merokok, Diabetes, dan kurang aktivitas fisik.
Kemenkes menginformasikan 41 Juta penduduk dunia meninggal akibat PTM setiap tahunnya, di mana 17,9 juta disebabkan penyakit kardiovaskuler.
Kasus di Indonesia setiap tahunnya sebanyak 651.481 penduduk meninggal akibat kardiovaskular.
Peringatan Hari Jantung Sedunia (HJS) tahun 2022 mengangkat tema global Use Heart for Every Heart dengan tema nasional Jantung Sehat Untuk Semua.
Melalui tema HJS tahun ini, Kemenkes mengajak masyarakat untuk melakukan perubahan sederhana dalam aktivitas sehari-hari dengan menghidupkan perilaku cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin beraktivitas fisik, diet yang sehat dan seimbang, istirahat yang cukup dan kelola stres (CERDIK) agar mendapatkan jantung yang sehat, demikian Eva Susanti.
Baca juga: Kemenkes: Kelebihan konsumsi GGL sebabkan kardiovaskuler & stroke
Baca juga: Kurangi risiko penyakit kardiovaskuler dengan berhenti merokok
Baca juga: Praktisi nutrisi: Rutin konsumsi ikan kurangi risiko kardiovaskuler
Baca juga: 80 persen kematian dini akibat kardiovaskuler
"Begitu besar biaya yang harus dikeluarkan BPJS Kesehatan karena katastropik ini, yang seharusnya bisa dihemat apabila bisa meminimalisasi faktor risikonya," kata Direktur Pencegahan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kemenkes, dr Eva Susanti melalui konferensi pers Hari Jantung Sedunia 2022 yang diikuti dari YouTube di Jakarta, Rabu.
Ia menjelaskan berdasarkan laporan Kemenkes dalam kurun 2017 hingga 2021, kardivaskular menempati peringkat pertama beban pembiayaan BPJS Kesehatan dengan jumlah pasien berkisar 9,4 juta orang per tahun.
Pada peringkat kedua ditempati pasien kanker mencapai rata-rata 3,5 juta pasien, stroke 2,5 juta pasien, gagal ginjal 2,3 juta pasien, thalassemia 500 ribu pasien, leukemia 355 ribu pasien, hepatitis 310 ribu pasien, dan hemofilia 443 ribu pasien.
"Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), dari 2013 hingga 2018, faktor risiko penyakit ini terjadi peningkatan," katanya.
Pasien stroke meningkat 19,4 persen, kardivaskular 14,4 persen dengan beban pembiayaan kesehatan tertinggi berkisar Rp7,7 triliun per tahun, disusul kanker 12,5 persen dengan beban biaya Rp3,1 triliun.
"Pembiayaan kesehatan lainnya yang juga termasuk besar adalah stroke Rp1,9 triliun dan gagal ginjal Rp1,6 triliun per tahun," katanya.
Ia mengatakan hanya tiga dari 10 penderita penyakit tidak menular yang terdeteksi, selebihnya mereka tidak tahu bahwa mereka sakit karena tidak ada gejala sampai terjadi komplikasi.
"Dari tiga penderita tersebut, hanya satu orang yang berobat secara teratur," katanya.
Faktor penyebab peningkatan kejadian kardiovaskuler, kata Eva, mulai dari hipertensi, obesitas, merokok, Diabetes, dan kurang aktivitas fisik.
Kemenkes menginformasikan 41 Juta penduduk dunia meninggal akibat PTM setiap tahunnya, di mana 17,9 juta disebabkan penyakit kardiovaskuler.
Kasus di Indonesia setiap tahunnya sebanyak 651.481 penduduk meninggal akibat kardiovaskular.
Peringatan Hari Jantung Sedunia (HJS) tahun 2022 mengangkat tema global Use Heart for Every Heart dengan tema nasional Jantung Sehat Untuk Semua.
Melalui tema HJS tahun ini, Kemenkes mengajak masyarakat untuk melakukan perubahan sederhana dalam aktivitas sehari-hari dengan menghidupkan perilaku cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin beraktivitas fisik, diet yang sehat dan seimbang, istirahat yang cukup dan kelola stres (CERDIK) agar mendapatkan jantung yang sehat, demikian Eva Susanti.
Baca juga: Kemenkes: Kelebihan konsumsi GGL sebabkan kardiovaskuler & stroke
Baca juga: Kurangi risiko penyakit kardiovaskuler dengan berhenti merokok
Baca juga: Praktisi nutrisi: Rutin konsumsi ikan kurangi risiko kardiovaskuler
Baca juga: 80 persen kematian dini akibat kardiovaskuler
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Andi Jauhary
COPYRIGHT © ANTARA 2022
- Tag:
Komentar
Posting Komentar