Kemenkes: Penyakit kardiovaskular sebabkan kematian terbanyak di RI - ANTARA News

 

Kemenkes: Penyakit kardiovaskular sebabkan kematian terbanyak di RI

Senin, 25 September 2023 13:57 WIB

Kemenkes: Penyakit kardiovaskular sebabkan kematian terbanyak di RI
Tangkapan layar Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eva Susanti, dalam konferensi pers terkait Hari Jantung Sedunia 2023 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (25/9/2023). (ANTARA/Sean Muhamad)
Penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah penyakit stroke dengan 19,42 persen dan jantung iskemik (serangan jantung) dengan 14,38 persen
Jakarta (ANTARA) - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eva Susanti mengatakan penyakit kardiovaskular atau jantung menjadi penyebab kematian terbanyak di Indonesia.

"Penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah penyakit stroke dengan 19,42 persen dan jantung iskemik (serangan jantung) dengan 14,38 persen," katanya dalam konferensi pers terkait Hari Jantung Sedunia 2023 yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin.

Tidak hanya di Indonesia, Eva mengatakan kedua penyakit kardiovaskular tersebut juga menjadi perhatian dunia, karena penyakit jantung iskemik menyebabkan 16,17 persen kematian di dunia, sedangkan stroke menyebabkan 11,59 persen kematian di dunia.

Selain itu sejumlah faktor risiko yang menyebabkan penyakit kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, merokok, dan obesitas, menduduki lima besar faktor risiko yang menyebabkan beban penyakit di Indonesia.

Baca juga: Kemenkes: Terapkan pola hidup sehat untuk cegah stroke

Pada tahun 2022, ungkap dia, terdapat peningkatan jumlah pembiayaan penyakit katastropik menjadi Rp24,06 triliun.

"Kedua jenis penyakit kardiovaskular tersebut menjadi penyakit dengan pembiayaan terbesar Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan Rp15,37 triliun," ujar Eva.

Lebih dari itu ia mengungkapkan hanya tiga dari sepuluh penderita penyakit tidak menular yang terdeteksi. Sedangkan selebihnya tidak mengetahui bahwa dirinya sakit, karena penyakit tidak menular tidak memiliki gejala dan tanda sampai terjadinya komplikasi.

"Dari jumlah tiga dalam perbandingan penderita penyakit tidak menular tersebut, hanya satu yang berobat secara teratur," ucapnya.

Oleh karena itu dalam menyambut Hari Jantung Sedunia yang diperingati pada 29 September setiap tahunnya, pihaknya melakukan sejumlah strategi untuk meminimalisir angka kematian akibat penyakit kardiovaskular.

Baca juga: Pakar: Hari Jantung Sedunia ingatkan pentingnya deteksi dini

Beberapa strategi tersebut meliputi sejumlah aspek seperti edukasi dan promosi kesehatan, deteksi dini, penanganan kasus, serta rehabilitasi yang melibatkan lintas program dan sektor.

Selain itu pihaknya juga menggalakkan "CERDIK" sebagai salah satu promosi kesehatan untuk meminimalisir risiko penyakit tidak menular, yang merupakan singkatan dari Cek kesehatan secara rutin untuk menemukan faktor risiko dan penyakit tidak menular yang dimiliki, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet gizi seimbang, Istirahat cukup, dan Kelola stres.

"Keberhasilan edukasi, promosi, deteksi dini, penanganan kasus, dan rehabilitasi program pencegahan dan pengendalian penyakit jantung harus dilakukan secara komprehensif dan berkesinambungan melalui kerja sama lintas program, lintas sektor, pihak swasta, organisasi profesi, sivitas akademika, serta unsur lain yang terkait untuk mencapai Jantung Sehat Indonesia Kuat," tutur Eva Susanti

Peringatan Hari Jantung Sedunia kali ini mengambil tema "Use Heart, Know Heart", sedangkan secara nasional Kemenkes mengambil tema "Kenali Jantung Sehatmu, Sayangi Hidupmu".

Baca juga: Indonesia hemat Rp7,7 triliun jika kardiovaskular berhasil ditekan

Pewarta: Sean Muhamad
Editor: Risbiani Fardaniah
COPYRIGHT © ANTARA 2023

  • Tag:

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya