Waspada, Inflasi Tahunan Mulai Meningkat By garudanews24 - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Waspada, Inflasi Tahunan Mulai Meningkat By garudanews24

Share This

 

Waspada, Inflasi Tahunan Mulai Meningkat

By Beranda
garudanews24.id
September 2, 2023

JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga barang dan jasa pada Agustus 2023 mengalami kenaikan atau inflasi jika dibandingkan Agustus tahun lalu (yoy). Dua kelompok utama penyebab inflasi tahunan adalah transportasi serta makanan, minuman, dan tembakau.

Tingkat inflasi Agustus tercatat sebesar 3,27 persen (yoy). Namun, secara bulanan, indeks harga konsumen (IHK) terjadi deflasi sebesar 0,02 persen.

Menilik data BPS, laju inflasi tahunan mulai bergerak naik setelah mengalami tren penurunan sejak Februari 2023. Adapun pada Juli, inflasi tahunan sebesar 3,08 persen.

“Dari 90 kota IHK, seluruhnya mengalami inflasi tahunan. Terdapat 49 kota yang tingkat inflasi tahunannya lebih tinggi daripada inflasi nasional,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Jumat (1/9/2023).

Pudji memerinci, kelompok transportasi menjadi penyumbang terbesar inflasi tahunan. Tingkat inflasi tahunan transportasi tercatat sebesar 9,65 persen dengan andil 1,18 persen. Adapun kelompok penyumbang terbesar kedua inflasi adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan tingkat inflasi 3,51 persen dan andil 0,92 persen.

“Untuk kelompok makanan, beras memiliki andil terbesar, yaitu 0,41 persen. Kemudian, yang juga menyumbang inflasi adalah rokok kretek, bawang putih, dan daging ayam ras,” katanya.

Meski demikian, makanan dan minuman juga menjadi penyumbang deflasi bulanan terbesar pada Agustus dengan tingkat deflasi 0,25 persen dan andil 0,07 persen.

Komoditas yang menyumbang deflasi bulanan pada Agustus, yakni daging ayam ras dengan andil deflasi 0,07 persen. Begitu juga dengan bawang merah yang memiliki andil 0,05 persen dan telur ayam ras deflasi 0,02 persen.

Dia menambahkan, deflasi juga terjadi pada ikan segar dan angkutan udara serta kacang panjang. Semua komoditas tersebut memiliki andil deflasi sebesar 0,1 persen.

Pudji mengungkapkan, dari 90 kota IHK, terdapat 46 kota yang mengalami deflasi. “Selain itu, terdapat 44 kota di antaranya mengalami deflasi lebih dalam dari deflasi nasional.

Harga beras melonjak

Pudji mengungkapkan, beras menjadi komoditas yang menyumbang andil inflasi terbesar. Meskipun secara umum terjadi deflasi di tingkat nasional pada Agustus 2023, beras tetap mengalami inflasi.

“Setelah sempat inggi pada Februari dan melandai pada Mei, Juni, dan Juli, pada Agustus ini inflasi beras kembali mengalami peningkatan,” kata Pudji.

Secara akumulatif hingga Agustus 2023, beras mengalami inflasi sebesar 7 persen. Harga beras eceran pada Agustus 2023 meningkat secara bulanan maupun secara tahunan. “Harga beras eceran meningkat sebesar 1,43 persen secara bulanan dan naik 13,76 persen secara tahunan,” ungkap Pudji.

Pudji mengungkapkan, selama delapan bulan terakhir atau year to date, beras mengalami inflasi 7,99 persen. Menurut dia, dari 90 kota yang dipantau, terdapat 86 kota mengalami inflasi beras selama delapan bulan terakhir.

Kenaikan harga beras tak terlepas dari meningkatnya harga gabah di tingkat petani. Gabah kering panen meningkat sebesar 3,62 persen secara bulanan. Lalu, secara tahunan, harga gabah kering panen meningkat 11,88 persen.

Gabah kering giling juga terpantau meningkat 5,82 persen secara bulanan dan sebesar 23,03 secara tahunan. “Kemudian harga beras di penggilingan pada Agustus 2023 meningkat sebesar 2,59 persen secara bulanan dan 20,27 persen secara tahunan,” ujar Pudji.

BPS juga mencatat, harga beras grosir pada Agustus 2023 meningkat sebesar 1,02 persen secara bulanan. Sementara secara tahunan juga meningkat 16,24 persen.

Pada Agustus 2023, rata-rata harga beras kualitas premium di penggilingan sebesar Rp 11.754 per kilogram atau naik sebesar 1,88 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan beras kualitas medium di penggilingan sebesar Rp 11.475 per kilogram atau naik sebesar 3,19 persen.

“Rata-rata harga beras luar kualitas di penggilingan sebesar Rp 10.525 per kilogram atau naik sebesar 2,16 persen,” ujar Pudji.

Dibandingkan dengan Agustus 2022, Pudji mengungkapkan rata-rata harga beras di penggilingan pada Agustus 2023 untuk kualitas premium, medium, dan luar kualitas masing-masing naik sebesar 18,72 persen, 22,62 persen, dan 16,05 persen.

Kenaikan harga beras yang terjadi telah menjadi perhatian Presiden Joko Widodo (Jokowi). Jokowi meminta seluruh pemimpin daerah agar mewaspadai dan mengatasi kenaikan harga beras.

Jokowi mengatakan, akibat terjadinya kekeringan ekstrem dan fenomena El Nino, sebanyak 19 negara telah membatasi ekspor pangannya, termasuk komoditas beras, daging, minyak, jagung, gula, dan tepung. Hal itu disampaikan Jokowi saat membuka Rakornas Pengendalian Inflasi Tahun 2023 dan pemberian Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Award di Istana Negara, Jakarta, Kamis (31/8/2023).

Jokowi menceritakan, dirinya telah bertemu dengan sejumlah kepala negara, seperti Sheikh Hasina dan PM India Narendra Modi.

“Bagaimana harga beras enggak naik? Mereka semuanya enggak ekspor, pegang untuk keamanan dalam negerinya. Sehingga perlu saya ingatkan, urusan beras tolong dilihat betul. Ini kebutuhan pokok kita. Dicek betul. Ada kenaikan, memang, saya lihat mungkin 5-6 persen, tapi tetap harus diwaspadai,” kata Jokowi.

Karena itu, dalam setiap kunjungannya ke daerah, Jokowi pun selalu menyempatkan untuk mengecek berbagai harga kebutuhan pangan, termasuk beras. Masalah beras, kata dia, perlu diwaspadai bersama karena adanya ancaman dari super El Nino.

“Dan saya senang stok di Bulog yang biasanya 1,2, ini sudah tadi saya tanya Pak Budi Waseso (dirut Bulog, Red) di gudang sudah ada 1,6 juta ton. Artinya, dari sisi stok, kita memiliki dan dalam perjalanan ada 400 ribu. Ini dipakai untuk mengendalikan harga,” ujar dia.

Dampak dari kekeringan ekstrem diprediksi berlangsung hingga awal 2024. Karena itu, Jokowi juga meminta kepala daerah agar memperhatikan produktivitas pertaniannya. Sebab, jika semua negara sudah menghentikan ekspor bahan pangan, Indonesia hanya bisa mengandalkan hasil produksi dalam negeri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages