Eks Intel AS Duga Serangan Hamas Ingin Ganggu Normalisasi Saudi-Israel
Eks anggota intelijen dan para pejabat militer Amerika Serikat meyakini serangan milisi Palestina, Hamas, menggempur Israel untuk mengganggu normalisasi Israel-Arab Saudi.
Pensiunan jenderal AS sekaligus mantan komandan NATO, James Starvidis, menduga kekecewaan Palestina meningkat usai AS, Israel, dan Saudi melakukan pembicaraan.
"Inilah rasa frustrasi yang nyata di kalangan warga Palestina saat melihat Saudi dan Israel semakin mendekatkan diri," kata Stavridis, dikutip NBC News, Minggu (8/10).
Isu normalisasi Israel dan Arab Saudi, yang dibantu AS, terus menjadi sorotan belakangan ini.
Perdana Menteri sekaligus Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS) mengatakan normalisasi kedua negara semakin dekat.
MbS juga mengatakan bahwa isu Palestina "sangat penting" bagi Saudi. Ia juga mengungkapkan pemerintah Riyadh perlu menyelesaikan bagian tersebut.
Di kesempatan terpisah, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga mengatakan persoalan normalisasi ada dalam jangkauan mereka. Ia menargetkan upaya ini akan selesai pada 2024.
Para diplomat juga mengatakan jika Saudi sepakat normalisasi dan otomatis mengakui Israel, maka negara Arab lain mengambil langkah serupa.
Di kesempatan itu, Starvidis juga menyinggung soal gejolak di internal Israel. Beberapa bulan lalu, warga di negara ini menggelar protes usai Netanyahu ingin mereformasi sistem pengadilan.
Sejumlah pihak menduga sistem tersebut untuk melemahkan kontrol terhadap pemerintah dan mempertahankan kekuasaan Netanyahu usai dituduh korupsi.
Hamas, kata Starvidis, memandang perpecahan yang mendalam di Israel sebagai peluang potensial untuk melakukan serangan.
"[Ada perasaan di kalangan musuh] bahwa Israel tak pernah menjadi lebih terpecah, tak pernah jadi lebih lemah, tak pernah jadi lebih terpecah-belah," ujar dia.
Pada Sabtu lalu, Hamas menggempur wilayah selatan Israel. Mereka mengklaim operasi ini untuk membebaskan Palestina dari pendudukan negara Zionis itu.
Israel lantas membalas serangan tersebut. Netanyahu bahkan mengatakan akan membalas dendam secara besar-besaran.
Komentar
Posting Komentar