Mahfud Tegaskan Asap Karhutla RI Tak Pernah Lagi ke Malaysia-Singapura
Menko Polhukam Mahfud MD menegaskan jika asap dari kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Indonesia tidak ada yang melintas ke negara lain, terutama ke Singapura dan Malaysia.
Dia memastikan karhutla kali ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang penyebaran asapnya hingga ke negara tetangga.
"Tidak ada kiriman asap ke negara tetangga seperti yang disampaikan beberapa pihak. Atau seperti yang sering terjadi setiap tahun di masa lalu. Sekarang tidak ada lagi," kata Mahfud di kantor Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jakarta Pusat, Senin (9/10).
Mahfud mengakui memang ada peningkatan jumlah titik panas (hotspot) karhutla pada tahun ini. Namun, kata Mahfud, peningkatan itu tak lebih parah jika dibandingkan dengan tahun 2015 dan 2019.
"Pada tahun 2023 ini masih lebih kecil dan lebih terkendali," ujarnya.
Mahfud memastikan pemerintah pusat dan daerah terus berkoordinasi dalam rangka siaga darurat karhutla. Dia menyebut sejumlah pihak, mulai dari kepolisian, LSM hingga swasta, melakukan patroli monitoring di kawasan rawan karhutla.
"Selanjutnya, operasi darat akan diutamakan dan dimaksimalkan. Karena operasi udara pesawat kita itu terbatas," kata Mahfud.
"Teknologi modifikasi cuaca atau TMC juga terus dilakukan di bawah koordinasi BNPB. dengan jumlah yang sudah ratusan yang sudah kita water bombing dan lain sebagainya," lanjutnya.
Sebelumnya, Singapura dan Malaysia menyinggung asap dari karhutla di Indonesia sebagai penyebab penurunan kualitas udara.
Badan Lingkungan Hidup Nasional (National Environment Agency/NEA) Singapura menyebut kualitas udara di Negeri Singa bisa memasuki angka tidak sehat pada akhir pekan jika karhutla terus terjadi di Indonesia.
NEA mencatat adanya "peningkatan signifikan" dalam jumlah titik panas (hotspot) di Sumatera. Pada Jumat (6/10), NEA mengatakan ada 212 hotspot yang terdeteksi, naik dari 65 hotspot pada Kamis (5/10), dan 15 hotspot sehari sebelumnya.
Malaysia pun mengirim surat ke pemerintah Indonesia sebagai salah satu upaya mengatasi kabut asap lintas batas akibat kebakaran hutan (karhutla) yang belakangan 'membekap' sejumlah wilayah negara itu.
Menteri Sumber Daya Alam, Lingkungan, dan Perubahan Iklim (NRECC) Malaysia Nik Nazmi Nik Ahmad mengatakan telah mengirim surat itu ke Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia (LHK) Siti Nurbaya Bakar.
Merespons protes itu, Siti Nurbaya membantah asap karhutla di Indonesia melintas hingga ke luar negeri seperti Malaysia (transboundary haze).
"Kita terus mengikuti perkembangan dan tidak ada transboundary haze ke Malaysia," klaimnya dalam keterangan tertulis, Jumat (6/10).
Komentar
Posting Komentar