Rumah Sakit di Gaza Kehabisan Obat Bius, Pasien Menjerit Kesakitan – Beritasatu – https://bit.ly/47qYFbx #Opsiin #Kopiminfo - https://ift.tt/4vlwS60 - Opsiin

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Rumah Sakit di Gaza Kehabisan Obat Bius, Pasien Menjerit Kesakitan – Beritasatu – https://bit.ly/47qYFbx #Opsiin #Kopiminfo - https://ift.tt/4vlwS60

Share This

Rumah Sakit di Gaza Kehabisan Obat Bius, Pasien Menjerit Kesakitan – Beritasatu November 10, 2023 at 10:15PM

Rumah Sakit di Gaza Kehabisan Obat Bius, Pasien Menjerit Kesakitan

Jumat, 10 November 2023 | 18:03 WIB
Penulis: Surya Lesmana | Editor: LES

URL berhasil di salin.
Kenzi al Madhoun, bocah berusia empat tahun yang terluka akibat pengeboman Israel terluka dan dirawat di Rumah Sakit Al Aqsa di Kota Deir al Balah, Jalur Gaza.Kenzi al Madhoun, bocah berusia empat tahun yang terluka akibat pengeboman Israel terluka dan dirawat di Rumah Sakit Al Aqsa di Kota Deir al Balah, Jalur Gaza. (AP / AP)

Gaza, Beritasatu.com –Seorang gadis cilik Palestina menangis dan berteriak kesakitan saat perawat menjahit luka di kepalanya tanpa pembiusan untuk meredam sakit. Kondisi ini terjadi di Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza yang kehabisan obat bius, dan peredam sakit.

ADVERTISEMENT

Situasi menyedihkan itu diungkapkan perawat Abu Emad Hazzanein yang menyatakan, obat pereda nyeri sudah langka sejak sebulan lalu di Gaza. Sementara itu, pihak rumah sakit tanpa henti menerima gelombang orang-orang yang terluka akibat serangan Israel.

"Kadang-kadang kami hanya memberi beberapa pasien kain kasa steril (untuk digigit) untuk mengurangi rasa sakitnya saat menjalani perawatan.

ADVERTISEMENT

Kami tahu bahwa rasa sakit yang mereka rasakan lebih dari yang dibayangkan orang, melebihi apa yang dialami orang seusia mereka," katanya merujuk pada anak-anak seperti gadis cilik yang mengalami luka di kepala.

Pasien lainnya, Nemer Abu Thair seorang pria paruh baya mengatakan, ia juga tak diberi obat bius saat luka-lukanya harus dijahit. "Saya terus membaca Al-Qur'an sampai selesai dijahit," ujarnya.

Perang di Gaza terjadi setelah serangan mendadak kelompok Hamas ke Israel selatan yang diklaim menewaskan 1.400 orang, dan 200-an lainnya disandera di Gaza. Sebagai balasan, Israel menggempur Gaza tanpa henti, dan telah menewaskan 10.800 orang, kebanyakan warga sipil, wanita dan anak-anak.

Direktur Rumah Sakit Al Shifa, Mohammad Abu Selmeyah mengatakan, ketika sejumlah besar orang yang terluka dibawa ke rumah sakit pada saat yang bersamaan, tidak ada pilihan selain merawat mereka di lantai, tanpa obat pereda nyeri yang memadai.

Dia mencontohkan kejadian sesaat setelah ledakan di Rumah Sakit Al Ahli Arab pada 17 Oktober 2023, ketika sekitar 250 orang yang terluka tiba di Al Shifa, yang hanya memiliki 12 ruang operasi.

"Jika kami menunggu untuk mengoperasi mereka satu per satu, kami akan kehilangan banyak korban luka. Kami terpaksa melakukan operasi tanpa anestesi, atau menggunakan anestesi sederhana atau obat penghilang rasa sakit biasa untuk menyelamatkan nyawa," kata Abu Selmeyah.

Prosedur yang dilakukan staf Al Shifa dalam keadaan seperti itu antara lain mengamputasi anggota badan dan jari, menjahit luka serius, dan mengobati luka bakar serius. "Ini menyakitkan bagi tim medis. Ini tidak sederhana. Namun, pilihannya adalah pasien menderita sakit atau kehilangan nyawanya," katanya.

Informasi Terkini, terpopuler serta pilihan dari berbagai sumber terpercaya di https://bit.ly/3GMnTDt dan https://bit.ly/3aagi7A



from Opsiin – Kopiminfo https://ift.tt/4vlwS60
via IFTTT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Pages