Santri di Probolinggo Sukses Kembangkan 3 Varietas Bawang Merah - Beritasatu
Santri di Probolinggo Sukses Kembangkan 3 Varietas Bawang Merah
Selasa, 14 November 2023 | 22:39 WIB

Probolinggo, Beritasatu.com – Santri Pondok Pesantren (Ponpes) Raudhatul Muta'allimien, di Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, Jawa Timur, berhasil mengembangkan tiga varietas tanaman bawang merah.
Tiga varietas tersebut meliputi, bawang merah super philips, batu ijo Nganjuk, dan batu lokal Probolinggo. Dalam uji coba tiga varietas tersebut, hasilnya cukup memuaskan tanpa adanya gangguan hama dan virus tanaman yang berbahaya.
Dari tiga varietas tersebut, jenis batu ijo Nganjuk memiliki kuantitas yang tinggi. Di lahan tanam satu hektare, jenis ini mampu menghasilkan 11 ton, seperti yang terungkap pada acara panen budi daya bawang merah dalam pilot project program kemandirian ekonomi pesantren, pada Selasa (14/11/2023).
BACA JUGA
Akibat Kekeringan, Puluhan Hektare Tanaman Cabai di Tulang Bawang Gagal Panen
Pengasuh Ponpes Raudlatul Muta'allimien, KH Abdul Aziz, menjelaskan bahwa sistem tanam bawang merah menggunakan dua cara berbeda, yakni konvensional seperti petani lokal dan penanaman kontemporer yang menggabungkan metode dan pengamatan langsung.
Tujuan pengembangan tiga varietas tanaman bawang merah tersebut, terang Aziz, adalah agar ponpes bisa menerapkan kemandirian ekonomi. Anggaran di pondok pesantren saat ini hanya berasal dari iuran santri.
"Harapannya, pesantren nantinya dapat ditopang dari kapasitas ekonomi santri dan wali santrinya. Salah satunya melalui pengembangan sektor pertanian," terang Aziz.
BACA JUGA
Kemarau Panjang, Warga Tulang Bawang Kesulitan Air Bersih Selama 2 Bulan
Sekda Kota Probolinggo, Ninik Ira Wibawati, mengapresiasi upaya Pesantren Raudlatul Muta'allimien dalam mengembangkan sektor pertanian. Keberhasilan pengembangan varietas bawang merah tersebut dapat menjadi replikasi untuk 33 pesantren di Kota Probolinggo.
“Jika sektor pertanian pesantren unggul, tentunya dapat membantu pemerintah dalam menekan angka inflasi, dari kenaikan harga komoditas pertanian. Semoga bisa ditiru oleh pesantren lainnya,” jelas Ninik.
Sementara itu, Asisten Direktur Departemen Ekonomi Keuangan Syari'ah Bank Indonesia (BI), Yason Taufik Akbar, mengatakan dalam menekan inflasi tidak hanya dari segi produksi saja, melainkan juga diamati apakah jenis varietas bawang tersebut diterima pasar atau tidak.
“Jika kebutuhan pasar menolak jenis bawang merah batu ijo Nganjuk, Bank Indonesia bersama Universitas Brawijaya Malang akan melakukan penelitian kembali. Apakah akan meningkatkan kuantitas bawang merah Batu Probolinggo atau mengembangkan kualitas bawang merah batu ijo Nganjuk,” papar Yason.
Itu dilakukan, lanjut Yason, agar varietas bawang yang dikembangkan tersebut sudah setara dengan kualitas kebutuhan pasar.
Sekadar informasi, pengembangan sektor pertanian tersebut merupakan program binaan Bank Indonesia dalam penguatan ekonomi dan menekan laju inflasi di Indonesia, juga bekerja sama dengan Universitas Brawijaya Malang sebagai tenaga ahli bidang pertanian yang mendampingi pesantren tersebut dalam mengelola pertanian varietas bawang merah.