Vatikan Membantah Paus Fransiskus Sebut Pembantaian Gaza sebagai Genosida
Reporter
Kamis, 23 November 2023 13:35 WIB
Bagikan
TEMPO.CO, Jakarta - Pertemuan Paus Fransiskus dengan warga Palestina yang keluarganya dibantai di Gaza oleh Israel berujung rumit. Warga Palestina dan pihak Vatikan berselisih mengenai apakah Paus Fransiskus menggunakan kata “genosida” untuk menggambarkan peristiwa di Gaza dalam pertemuan pada Rabu 22 November lalu.
Warga Palestina yang bertemu dengannya bersikeras bahwa Paus Fransiskus menyebut genosida, tapi Vatikan membantah.
Baca Juga:
Versi yang berlawanan muncul pada konferensi pers sore hari dengan 10 warga Palestina yang bertemu dengan Paus pada Rabu 22 November di kediamannya di Vatikan. Pertemuan itu menyusul pertemuan terpisah dengan kerabat sandera Israel di Gaza.
“Ketika kami berbagi cerita tentang keluarga-keluarga yang terbunuh (di Gaza) dia menyebutkan ‘Saya melihat genosida’,” kata Shireen Awwad Hilal, pengajar di Bethlehem Bible College.
“Sangat jelas, kata genosida tidak datang dari kami. Itu datang dari Yang Mulia Paus Fransiskus,” katanya.
Baca Juga:
Namun pernyataan yang dikirim juru bicara Vatikan Matteo Bruni, sebagai jawaban atas pertanyaan yang dikirim melalui SMS oleh seorang wartawan, menyatakan sebaliknya.
“Saya tidak sadar bahwa dia (Paus) menggunakan kata seperti itu. Dia menggunakan istilah-istilah yang dia ungkapkan dalam audiensi umum dan kata-kata yang mewakili situasi mengerikan yang sedang dialami di Gaza,” kata Bruni dalam pernyataannya.
Peserta konferensi pers Palestina lainnya sependapat bahwa mereka mendengar Paus menggunakan kata genosida.
“Kami semua ada di sana. Kami mendengarnya dan tidak ada yang mengalami masalah pendengaran,” kata Hilal saat didesak wartawan.
Para peserta mengatakan Paus sangat mengetahui situasi di Gaza dan kekurangan air, obat-obatan dan kebutuhan dasar.
Israel telah mengepung Gaza dan melakukan pemboman tanpa henti sejak pejuang Hamas menyerang kota-kota di Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang, meski hampir 400 orang diantaranya tewas oleh tembakan Helikopter Apache Israel. Hamas juga menyandera sekitar 240 orang, menurut penghitungan Israel.
Sejak itu, lebih dari 14.000 warga Gaza telah terbunuh, sekitar 40 persen di antaranya adalah anak-anak, menurut pejabat medis di wilayah yang dikuasai Hamas, angka dipercaya oleh PBB.
Warga Palestina pada konferensi persnya mengatakan Paus mengecam tindakan Hamas sebagai teror, dan lebih dari satu orang mengutip ucapan Paus dalam pertemuan tersebut yang mengatakan “teror tidak seharusnya membenarkan teror”.
Sebelumnya pada 22 November, dalam kata-kata tanpa naskah di hadapan audiensi umum, Paus Fransiskus mengatakan konflik tersebut telah melampaui perang.
“Inilah yang dilakukan perang. Namun di sini kita telah melampaui perang. Ini bukan perang. Ini terorisme,” katanya.
Ia memohon doa agar kedua belah pihak “tidak meneruskan hawa nafsu yang pada akhirnya membunuh semua orang”.
Duta Besar Israel untuk Vatikan Raphael Schutz mengatakan dia tidak ingin merujuk langsung pada apa yang dikatakan Paus tetapi menambahkan: “Ada perbedaan sederhana, satu pihak membunuh, memperkosa, dan tidak peduli dengan pihak mereka sendiri. Pihak lain terlibat dalam perang pertahanan diri.”
Schutz berbicara pada konferensi pers dengan keluarga-keluarga Israel yang telah bertemu dengan Paus. Sebagian besar mengatakan mereka tidak mengetahui komentar Paus karena hal itu terjadi sebelum pertemuan tersebut.
Selama audiensi umum, sekelompok warga Palestina di tengah kerumunan mengangkat gambar jenazah yang dibungkus kain putih dan sebuah plakat bertuliskan “Nakba berlanjut”.
Nakba adalah kata Arab untuk bencana dan mengacu pada pengungsian dan perampasan tanah warga Palestina dalam perang 1948 yang mengiringi berdirinya Israel.
Pertemuan dan komentar Paus terjadi beberapa jam setelah Israel dan Hamas menyetujui gencatan senjata di Gaza setidaknya selama empat hari. Kesepakatan ini untuk mengizinkan bantuan dan membebaskan sedikitnya 50 sandera yang ditangkap oleh militan dengan imbalan setidaknya 150 warga Palestina yang dipenjara di Israel.
REUTERS
Komentar
Posting Komentar