Dihuni 500 Pedagang, Begini Awal Mula Adanya Kampung Starling di Jakarta

Di jalan Prapatan Baru, Kwitang, Jakarta Pusat, terdapat sebuah permukiman padat penduduk yang banyak dikenal sebagai 'Kampung Starling'. Nama ini disematkan karena mayoritas warga yang tinggal di kawasan tersebut merupakan pedagang kopi keliling alias Starling.
Berdasarkan pantauan detikcom di lokasi, di gang ini terdapat sederet rumah yang disulap menjadi toko-toko semi agen yang bertindak sebagai penyetok dagangan penjual starling. Bangunan-bangunan itu sebagian besar bertingkat, di mana pada lantai atas banyak digunakan sebagai tempat tinggal para pedagang starling.
Di sekitar kawasan ini juga banyak terparkir sepeda-sepeda starling, lengkap dengan keranjang pada bagian depan dan box kayu pada bagian belakang sepeda. Sejumlah sepeda terlihat sudah terisi penuh dengan rentengan kopi instan dan termos serta tempat es batu, namun ada juga yang masih belum terisi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Beberapa orang juga nampak sibuk tengah menata sachet-sachet kopi instan di sepeda starling. Kondisi ini membuat kawasan permukiman para pedagang kopi ini terlihat sangat hidup meski nyempil di tengah padatnya kota Jakarta. Lantas bagaimana awal mula kawasan ini bisa menjadi kampung starling?
Seorang agen kopi starling Nia membenarkan bahwa kawasan ini disebut sebagai kampung starling karena banyaknya pedagang kopi keliling yang tinggal di kawasan ini. Sebagian besar para pedagang ini merupakan perantauan dari Pulau Madura, Jawa Timur.
Ia bercerita sedari awal kawasan ini memang sudah banyak ditinggali para pedagang. Para pedagang ini sebagian besar merupakan perantauan dari Madura yang ingin mengadu nasib di ibu kota. Namun siapa sangka usaha kecil-kecilan para perantau ini ternyata cukup membuahkan hasil.
Akhirnya banyak di antara para perantau ini yang kemudian mengajak kerabat, teman, atau kenalannya dari kampung untuk ikut merantau dan buka usaha di Jakarta. Karena banyak di antara mereka yang datang karena diajak keluarga atau kenalan, alhasil banyak perantau dari Madura ini berkumpul tinggal di kawasan yang sama atau berkumpul di satu titik, termasuk di kawasan Kwitang ini.
"Karena dari dulu ya dari pulau Madura itu ada yang bawa saudaranya pindah ke rantauan (Jakarta) jadi pedagang. Dagangnya cuma kecil-kecilan, ternyata besar kaya pesat (pertumbuhan usahanya) gitu lho, jadi ya makin besar makin besar bawa kenalan lagi dari kampung ngumpul semua di sini," terang Nia kepada detikcom, ditulis Minggu (10/12/2023).
"Ada yang saudara, ada yang (kenalan) beda kampung, tapi ya satu daerah sih cuma beda desa. Dari tahun 2000an kali ya, bawa satu dua orang, makin pesat makin pesat (bawa kenalan lain), jadi makanya pesat di sini, banyakan di sini (penjual) kopi starlingnya," tambahnya.
Karena hal inilah kawasan tersebut jadi dipadati para pedagang kopi keliling selama bertahun-tahun. Kesan banyaknya pedagang starling yang tinggal di gang tersebut terbawa hingga sekarang dan membuat kawasan ini banyak dikenal sebagai kampung starling
Senada dengan Nia, Ketua RT setempat bernama Iwan mengatakan kawasan ini memang secara tidak sengaja dikenal sebagai kampung starling karena banyaknya pedagang kopi keliling yang tinggal di kawasan ini. Menurutnya jumlah penjual kopi keliling di kampung starling memang terus bertambah karena banyak dari mereka yang membawa serta atau mengajak saudara dan kenalan dari kampung untuk ikut merantau.
"Jadi kalau ini orang-orang Sampang (salah satu Kabupaten di Pulau Madura) semua. Jadi antara kita aja, misalnya abang mengajak saudara 'oh lumayan nih hasilnya jualan kopi keliling' dari pada saudara-saudara (di kampung) menganggur kan 'ayo dagang kopi aja di Jakarta yuk ikut saya' umpanya," kata Iwan.
Kondisi ini membuat gang kecil di Kwitang ini secara tidak sengaja menjadi 'sentra' atau pusat para pedagang kopi keliling di Jakarta Pusat. Kemudian atas inisiatif suatu perusahaan kopi instan ternama, dibuatlah sebuah gapura bertuliskan "Selamat Datang di Kawasan Pedagang Kopi Keliling" yang membuat kawasan ini semakin dikenal sebagai kampung starling.
"Gapura depan tuh dari Kapal Api (brand kopi instan), mereka kan minta tuh 'pak RT boleh nggak pasang ini (gapura)?','oh silahkan aja aku bilang kan'," ucap Iwan.
Menurut Iwan saat ini kawasan permukiman para pedagang kopi ini ditinggali sekitar 10 agen, dengan masing-masing agen setidaknya membawahi 50 pedagang starling. Adapun semua agen dan para pedagang ini tinggal di kampung tersebut.
Artinya di gang kecil ini ditinggali oleh sekitar 500 orang, belum termasuk para anggota keluarga dari para agen dan sejumlah pedagang. "Ada sepuluh agen di sini, satu agen kurang lebih (membawahi) 50an orang pedagang (starling). Agen kan cuma menyiapkan fasilitas aja, kaya tempat tidur mereka (pedagang starling), kamar mandi, gitu aja," ungkapnya.
(aid/das)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar