Wabah Antraks Melanda 5 Negara di Afrika, 20 Orang Tewas
Selasa, 12 Desember 2023 | 07:42 WIB
Cape Town, Beritasatu.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Senin (11/12/2023) menyatakan, lima negara di Afrika Timur dan Selatan tengah dilanda wabah penyakit antraks. Tercatat, lebih dari 1.100 kasus dengan 20 kematian terjadi pada tahun ini.
Sebanyak 1.166 kasus antraks telah dilaporkan di Kenya, Malawi, Uganda, Zambia dan Zimbabwe. Sebanyak 37 kasus telah dikonfirmasi melalui tes laboratorium. Dikatakan WHO, kelima negara tersebut mengalami wabah musiman setiap tahunnya, tetapi Zambia mengalami wabah terburuk sejak tahun 2011 dan Malawi melaporkan kasus pertama pada manusia pada tahun ini. Sedangkan Uganda telah melaporkan 13 kematian.
BACA JUGA
Antraks Merebak, Distribusi Sapi ke Kabupaten Cirebon Diperketat
Antraks biasanya menyerang hewan ternak seperti sapi, domba dan kambing, serta herbivora liar. Manusia dapat tertular jika terpapar dengan hewan atau produk hewani yang terkontaminasi. Menurut WHO, antraks umumnya tidak dianggap menular antarmanusia.
Antraks disebabkan oleh bakteri pembentuk spora dan kadang-kadang dikaitkan dengan versi senjata yang digunakan dalam serangan tahun 2001 di Amerika Serikat, ketika lima orang meninggal dan 17 lainnya jatuh sakit setelah terkena spora antraks dalam surat yang dikirim melalui pos.
Bakteri antraks juga terdapat secara alami di dalam tanah.
Dalam laporan terpisah terhadap wabah Zambia, WHO mengatakan bahwa 684 kasus yang diduga telah dilaporkan di negara Afrika bagian selatan itu pada 20 November, terjadi empat kematian. Kasus antraks pada manusia telah dilaporkan di sembilan dari 10 provinsi di Zambia. Dalam satu kasus, 26 orang diduga tertular penyakit ini karena memakan daging kuda nil yang terkontaminasi.
BACA JUGA
Belum Ditemukan Kasus Antraks, Pemkab Sleman Tetap Perketat Pengawasan Ternak
WHO mengatakan, ada risiko tinggi wabah Zambia akan menyebar ke negara tetangga.
Wabah di kelima negara tersebut kemungkinan besar didorong oleh berbagai faktor, termasuk guncangan iklim, kerawanan pangan, persepsi risiko rendah, dan paparan penyakit melalui penanganan daging hewan yang terinfeksi,” kata WHO.
Komentar
Posting Komentar