Permintaan Minyak Sawit Tinggi, Cisadane Sawit Raya Rogoh Kocek Bangun Pabrik Baru Rp 160 Miliar - Beritasatu
Permintaan Minyak Sawit Tinggi, Cisadane Sawit Raya Rogoh Kocek Bangun Pabrik Baru Rp 160 Miliar
Jakarta, Beritasatu.com - PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) diproyeksikan mampu produksi minyak sawit hingga kucurkan investasi hingga Rp 160 miliar untuk bangun pabrik kelapa sawit (PKS) yang ketiga di Banyu Asin, Sumatera Selatan dengan kapasitas produksi per jam sebesar 30 ton per jam.
Adapun PKS ketiga yang dibangun pada lahan seluas 2,700 hektare ini ditargetkan selesai seusai Lebaran 2025 mendatang atau pada paling lambat pada kuartal III 2025. Sumber dana berasal campuran kas internal perseroan dan sisanya dari perbankan.
Direktur Utama Cisadane Sawit Raya Gita Sapta Adi mengatakan, PKS ketiga ini akan melengkapi PKS pertama yang berada di Tapanuli Selatan sebesar 45 ton per jam, kemudian PKS kedua di Prapat, Labuhan Batu sebesar 30 ton per jam.
Dengan demikian, total produksi per jam dari CSRA mampu mencapai 120 ton per jam dan per tahun mencapai 648.000
“Untuk PKS ketiga ini diperkirakan memakan biaya sekitar Rp 168 miliar jauh lebih rendah dari biaya pembangunan PKS kedua karena kami kerjakan sendiri,” jelasnya usai peresmian dan peletakan batu pertama di Palembang, Senin (8/1/24).
Dia menambahkan meski jumlah produksi pada 2024 meningkat signifikan pihaknya tidak berencana melakukan ekspor minyak sawit, lantaran permintaan alias demand dari domestik masih besar. “Belum berencana ekspor, kadang kami kewalahan memenuhi permintaan dalam negeri,” ujar dia.
Pernyataan itu sejalan dengan prospek bisnis yang dikatakan oleh Sekretaris Perusahaan CSRA Iqbal Prastowo yang menyatakan bahwa perseroan optimistis bahwa permintaan minyak sawit masih tinggi pada tahun ini sejalan dengan adanya disrupsi distribusi dari minyak sawit olahan biji bunga matahari dan juga jagung yang rata-rata diproduksi negara-negara yang sedang berkonflik.
Sehingga minyak hasil sawit akan mendapatkan peningkatan permintaan salah satunya dari Indonesia dan membuat harga stabil. “Selain itu, curah hujan selama El-Nino juga mendukung produktivitas tandan buah segar (TBS),” kata dia.
Selain fokus pada penyelesaian PKS terbaru ini, fokus lain dari perseroan yakni mekanisasi panen, penanaman landbank di region sumsel serta pembukaan konsesi baru di kabupaten musi banyuasin.
Sementara itu, soal target pendapatan Rp 900 miliar dan laba sebesar Rp 170 miliar. Iqbal mengatakan, dengan adanya kontribusi peningkatan CPO dari PKS kedua yang sebelumnya disebutkan, pihaknya optimis target itu akan tercapai.
Sebelumnya, analis Mirae Asset Sekuritas Rizkia Darmawan mengungkapkan, produksi CPO diharapkan kembali membaik seiring dengan normalnya cuaca. Meski secara teknis industri sawit di Indonesia pada awal 2023 masih terkendala curah hujan yang tinggi yang berujung pada menurunnya produksi.
Industri sawit, kata Rizkia, juga dipengaruhi harga sawit yang tahun ini kemungkinan besar akan ternormalisasi. Soalnya, tekanan dari sisi pasokan minyak makan global akibat konflik Rusia dan Ukraina sudah membaik. "Di sisi lain, harga pupuk juga sudah ternormalisasi, sehingga biaya produksi tidak signifikan seperti sebelumnya," tutur dia.
Namun, menurut Rizkia Darmawan, pelemahan ini bukan pertanda bahwa industri minyak sawit akan terus melemah sepanjang tahun ini. Minyak sawit masih menjadi komoditas dengan permintaan tinggi di dunia. Apalagi pemerintah juga turut menggenjot penanaman kembali (replanting) sawit karena usia perkebunan sawit di Indonesia sudah cenderung tua.
"Jadi, pelaku usaha dan pemerintah harus secara bersamaan mengedepankan program ini," pungkasnya.
Simak berita dan artikel lainnya di Google News
Ikuti terus berita terhangat dari Beritasatu.com via whatsapp
Komentar
Posting Komentar