Israel Terancam Guncang, Rabi Yahudi Serukan Umatnya Pindah Negara - Halaman all - Tribun-timur - Opsiin

Informasi Pilihanku

demo-image

Post Top Ad

demo-image

Israel Terancam Guncang, Rabi Yahudi Serukan Umatnya Pindah Negara - Halaman all - Tribun-timur

Share This
Responsive Ads Here

 

Israel Terancam Guncang, Rabi Yahudi Serukan Umatnya Pindah Negara - Halaman all - Tribun-timur

TRIBUN-TIMUR.COM - Diprediksi akan terjadi guncangan di Negara Israel pascapernyataan Rabi Yahudi yang meminta seluruh umatnya meninggalkan wilayah Israel.

Ancaman dikeluarkan Rabi Yahudi Yitzhak Yosef menyikapi sikap Israel yang secara terus-menerusan memaksakan warganya ikut wajib militer.

Konflik antara Israel dan Palestina memang belum juga meredah, setelah Tentara Israel terus melakukan invasi.

Di balik invasi itu, Israel kehilangan sejumlah pasukannya yang membuat Pemerintah setempat memberlakukan wajib militer.

Sayangnya, kebijakan wajib militer ini ditentang oleh warga Israel itu sendiri.

Terbaru Kepala pemuka agama Yahudi Ortodok Rabi Yitzhak Yosef, menyerukan umatnya yang sebagian besar komunitas Yahudi Haredi, eksodus massal atau pindah ke luar negeri, jika Pemerintah Israel memaksa mereka ikut wajib militer.

Pernyataan tersebut menuai kontroversi di saat IDF, pasukan pertahanan Israel, mengalami krisis tentara seiring perang yang berkecamuk di Gaza dan utara Israel.  

Baca juga: Di Balik Tewasnya 22 Ribu Warga Palestina di Gaza Ada 1600 Tentara Israel Menderita Stres Berat

Sejak 7 Oktober 2023 hingga saat ini, IDF melancarkan serangan untuk menghancurkan kekuatan militer Hamas di Gaza.

Sementara di utara Israel yang berbatasan dengan Lebanon Selatan, IDF menghadapi tekanan dari Hizbullah.

Rabi Yitzhak Yosef berpendapat bahwa Yeshiva, lembaga pendidikan Yahudi, adalah yang selama ini menopang dunia.

"Negara ada berdasarkan pembelajaran Taurat, dan tanpa Taurat, tentara tidak akan berhasil," serunya dalam pelajaran sebuah kelas di Yerusalem, seperti dikutip Jerusalem Post.

"Jika mereka memaksa kami untuk bergabung dengan tentara, kami semua akan pindah ke luar negeri,” demikian ancamannya.

Pernyataan Yitzhak Yosef tentu saja bisa memicu eksodus besar-besaran sehingga dapat mengguncang fondasi negara Israel mengingat komunitas Haredim merupakan salah satu yang terbesar di negara Yahudi tersebut.

Dia mengingat kembali pencapaian militer pada 7 Oktober, menghubungkannya dengan perlindungan ilahi yang diberikan melalui pembelajaran Taurat, bukan hanya karena kecakapan militer.

“Apa yang akan kita lakukan tanpa Yeshivas? Merekalah yang menopang dunia. Tidak ada yang mengatakan kepada saya bahwa ini semua berkat pilot, pemboman, atau pesawat,” terangnya menyoroti anggapan rendahnya penghargaan atas kontribusi spiritual terhadap keamanan nasional.

Tak hanya menyampaikan kritik, ia juga menebar ancaman tindakan kolektif

"Kami akan membeli tiket; tidak ada yang memaksa kami masuk militer. Negara mendukung hal ini,” tegasnya.

Komentar Yosef merupakan topik lama yang menjadi perdebatan di kalangan masyarakat Israel.

Diketahui, komunitas Yahudi Haredim berjumlah 13,5 persen dari 9,45 juta orang total populasi Israel saat ini.

Secara tradisional mereka menikmati pengecualian penuh dari wajib milter.

Pengecualian itu sudah diatur secara khusus sejak lama oleh Davin Ben Gurion, Perdana Menteri pertama sekaligus salah satu pendiri negara Israel.

Rabi Yitzhak Yosef dikritik habis-habisan

Pernyataan Yosef ditanggapi dengan kritik keras. Salah satunya datang dari Partai Religius Zionis.

Dalam sebuah postingan di X (sebelumnya Twitter) mereka mengatakan, "wajib militer menjadi tentara adalah sebuah mitzvah (semacam perintah Tuhan) yang hebat! Setelah dua ribu tahun pengasingan."

"Kami tidak akan pernah meninggalkan negara kami. Masyarakat yang bersedia untuk membayar dengan nyawanya karena Tanah Israel tidak akan menyerahkannya dalam kondisi apa pun.”

Rabbi David Stav, Ketua Organisasi Kerabian Tzohar, juga tak kalah keras menanggapi pernyataan Rabi Yosef.

“Selama masa penderitaan dan tragedi yang terus-menerus menimpa rakyat Israel, di mana hampir setiap hari kita menyaksikan semakin banyak anak-anak kita yang gugur dalam mempertahankan tanah ini, setiap fokus harus tertuju pada pertahanan dan dukungan militer kita."

"Pernyataan yang menganjurkan untuk menghindari dinas IDF adalah noda moral yang tercela dan aib nama Tuhan."

Ia juga menegaskan bahwa ancaman meninggalkan Israel khususnya untuk menghindari membela negara kita sangat tercela dan sepenuhnya bertentangan dengan semangat Halacha (hukum Yahudi).

“Orang mungkin berharap bahwa seseorang yang menduduki jabatan Kepala Rabbi Israel akan mendorong layanan IDF dibandingkan menghindari layanan hingga benar-benar meninggalkan negara tersebut," kata Stav menyindir Yosef.

Rabi Yahudi Desak Pembunuhan Anak di Gaza

Seorang rabi Israel mendesak pembunuhan terhadap perempuan dan anak-anak di Jalur Gaza. Dia menganggapnya hal itu sebagai respons terhadap ajaran halakha atau hukum Yahudi.

Ucapan tersebut disampaikan Rabbi Eliyahu Mali di hadapan murid-muridnya dan videonya beredar luas viral di media sosial.

“Dalam perang mitzvah, dalam situasi kami di Gaza, sesuai dengan hukum yang mengatakan, 'Tidak setiap jiwa akan hidup,' dan logikanya sangat jelas: jika Anda tidak membunuh mereka, mereka akan membunuh Anda,” kata Mali dalam video yang beredar, menutip Palestine Chronicle.

Bahkan, tanpa dasar Rabi Yahudi tersebut menyatakan bahwa para pejuang Palestina adalah ‘teroris’ yang dicetak oleh para perempuan Gaza.

"Siapapun yang datang untuk membunuhmu, bunuh dia dulu."

“Siapa pun yang datang untuk membunuh Anda dengan konsep ini tidak hanya mencakup pemuda berusia 16, 18, 20, atau 30 tahun yang kini menodongkan senjata kepada Anda, tetapi juga generasi mendatang (anak-anak Gaza), dan mereka yang memproduksinya (perempuan Gaza),” ungkapnya.

Diketahui, Mali mengepalai sekolah agama Shirat Moshe di Jaffa, di Israel tengah.

Rabi Yahudi tersebut memberikan doktrin pada generasi muda di Israel untuk melakukan genosida di Gaza.

Para siswa Mali bertugas di militer Israel.

Seruan untuk membunuh dan membersihkan etnis warga Palestina tidak hanya terbatas pada ekstremis agama, tapi juga disebarkan oleh pejabat tinggi Israel, menteri, dan tentara Israel.(*)

Comment Using!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Pages