Jasa Penukaran Uang, Bisnis Musiman di Bulan Ramadan Sambut Lebaran - CNN Indonesia

 

Jasa Penukaran Uang, Bisnis Musiman di Bulan Ramadan Sambut Lebaran

Jumat, 05 Apr 2024 10:45 WIB

Jasa tukar uang menjamur jelang lebaran 2024 di wilayah Jakarta Selatan. (CNN Indonesia/ Rachel Tesalonika)

Jakarta, CNN Indonesia 

--

Puasa Ramadan menjadi bulan yang mendatangkan berkah bagi umat Islam, termasuk bagi para pemilik bisnis musiman seperti pedagang busana muslim, kartu ucapan hari raya, hingga jasa penukaran uang.

Momentum lebaran satu tahun sekali ini juga menjadi ajang silaturahmi antar keluarga dekat maupun jauh. Dalam acara silaturahmi, belum lengkap rasanya jika tidak membagikan rezeki yang sudah kita peroleh dalam bentuk Tunjangan Hari Raya (THR) kepada sanak saudara.

Untuk membagikan THR, warga yang merayakan lebaran biasanya menyiapkan pecahan uang baru agar lebih enak dibagikan. Sebetulnya bank-bank juga telah menyediakan jasa penukaran uang, namun karena permintaan yang melebihi pasokan, banyak warga yang tidak kebagian.

Hal ini pun dimanfaatkan oleh sejumlah warga yang menawarkan jasa penukaran uang di luar bank dengan komisi tambahan di luar jumlah uang yang ditukarkan.

Jasa tersebut biasanya ditemukan di pinggir-pinggir jalan besar, seperti yang ditemukan CNNIndonesia.com di sepanjang Jalan Raya Bintaro Utama, tepatnya di seberang Masjid Jami Bintaro Jaya, Jakarta Selatan, Rabu (3/4).

Sekitar enam penjual yang duduk berjarak 100 meter tiap orangnya, duduk di kursi plastik sambil menjajakan uangnya dan menawarkannya kepada para pengendara yang lewat.

Salah satunya adalah Inang (55). Wanita paruh baya yang merupakan warga asli Bintaro ini telah menekuni bisnis ini selama 9 tahun. Ia mengaku diajak oleh temannya dan merasa bahwa bisnis musiman ini 'lumayan' untuk mengisi waktu luangnya.

Inang telah memulai kegiatannya ini sejak awal bulan Ramadan, dan dari pukul 10.00 WIB hingga pukul 15.00 atau menjelang solat ashar.

Bersama keempat temannya yang lain, ia menjajakan uang pecahan 2 ribu, 5 ribu dan 10 ribu. Ia mengaku, uang tukaran yang laku setiap harinya tidak menentu banyaknya.

Jika pengunjung ramai, Ia bisa menukarkan hingga 10 paket uang. Namun tak jarang juga Ia pulang dengan tangan kosong. Ia juga menambahkan, pecahan uang 5 ribuan menjadi yang paling laris dari pecahan nominal lain.

"Susah ditebak Kak, kalau lagi rame bisa nyampe 10 lebih, kalau lagi sepi bisa di bawah itu. Yang paling laku 5 ribu," jelasnya kepada CNNIndonesia.com.


Walaupun jasa penukaran uang di pinggir jalan ini mengharuskan pembeli untuk membayar lebih banyak dari nominal uang yang ditukarkan, banyak pembeli yang mengaku 'mau tidak mau' menukarkannya karena sudah kehabisan di bank-bank besar.

Seperti, Imin (29), warga Bintaro yang hendak menukarkan uang pecahan 5 ribu, harus membayar sejumlah Rp580.000 untuk menukarkan uang sebesar 500 ribu rupiah. Ia mengaku tidak sempat mendapat antrean penukaran uang di bank-bank besar

"Eh kemarin kan ada syaratnya ya, saya belum kebagian sih," tuturnya.

Pedagang tukar uang: Kita cuma anak buah, ada atasannya

Sementara itu, para pedagang yang ramai jelang lebaran 2024 atau Hari Raya Idul Fitri 1445 Hijriah tersebut mengaku bahwa mereka hanya sebagai anak buah yang disuruh bos-bos mereka untuk bekerja menawarkan uang baru.

Inang dan para penukar uang lainnya juga menjelaskan keuntungan yang mereka dapatkan bukan langsung dihitung berdasarkan hasil penjualan mereka, namun dengan sistem gaji yang mereka dapatkan dari 'bandar'

"Bosnya dibalik layar, Mbak. Pokoknya ada bos-bosnya lagi, ada big boss nya lagi. Ya ditawarin, daripada nganggur, pas lebaran doang," ujarnya.

Jasa Penukaran Uang Pinggir Jalan, Bintaro, Tangerang Selatan, Rabu (3/4). (CNN Indonesia/ Rachel Tesalonika)

Ia juga mengaku untuk keuntungan dan sistem penjualan jasa ini berdasarkan arahan 'bandar' nya. Ia melebihkan komisi sebesar 10% dari nominal uang yang ditukarkan pembeli.

"Ini mah enggak ada sistem untung Mbak, digaji Bos, sesuai setoran." jelas Inang

Penjual lainnya, Siska (56) juga mengatakan bahwa ia hanyalah anak buah dan tidak memahami bagaimana sistem pembagian keuntungan dari hasil penukaran uang yang dilakukannya.

"Saya bukan penjual, anak buah saya, ada atasannya," tukasnya.

(rts/DAL)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya