Minggu, 7 April 2024 | 12:05 WIB
Agung Dharma Putra / AD
Pemudik ke arah Pulau Madura yang memilih menyebrang melewati Jembatan Suramadu, Minggu 7 April 2024. (Beritasatu.com/Agung Dharma)
Surabaya, Beritasatu.com - H-3 jelang Lebaran 2024 pada Minggu (7/4/2024), Jembatan Suramadu dari arah Surabaya mulai dipadati pemudik yang hendak ke arah Madura. Ironisnya, masih banyak ditemui pemudik yang melanggar lalu lintas di Jembatan Suramadu.
Jembatan Suramadu masih menjadi primadona bagi para pemudik yang akan menujuh ke Madura. Selain tak dikenakan biaya alias gratis, lewat Jembatan Suramadu ini juga bisa memangkas waktu perjalanan.
Berbeda halnya dengan naik kapal dari pelabuhan di Surabaya ke Palabuhan Kamal, Bangkalan yang dikenai tiket berbayar. Maka dari itu, banyak pemudik ke arah Madura yang memilih melintas lewat Jembatan Suramadu.
Baca juga Dunia Internasional, Pesawat Mata-mata Militer AS Berkeliaran di 'Depan Pintu' China | Halaman Lengkap logo-apps-sindo Makin mudah baca berita nasional dan internasional. Kanal MNC Portal Live TV MNC Networks Muhaimin Jum'at, 08 Agustus 2025 - 09:41 WIB Pesawat Mata-mata Militer... Pesawat mata-mata militer AS Combat Sent berkeliaran di depan pintu China di Laut China Selatan. Foto/US Air Force BEIJING - Sebuah pesawat mata-mata militer Amerika Serikat (AS) telah terdeteksi terbang jauh ke wilayah sengketa di Laut China Selatan, yang oleh media Amerika gambarkan sebagai "depan pintu" China. Data pelacakan penerbangan menunjukkan pesawat itu muncul di wilayah tersebut pada hari Selasa lalu. Pentagon biasanya tidak mengungkapkan secara spesifik tentang operasi militernya, tetapi lembar fakta Angkatan Udara AS menyebutkan bahwa pesawat mata-mata Combat Sent mengumpulkan informasi pengintaian elektronik strategis untuk para pengambil keputusan dalam rantai komando militer AS. "Menemukan dan mengidentifikasi sinyal radar darat, laut, dan udara militer asing, Combat Sent mengumpulkan dan memeriksa setiap sistem secara mendetail, memberikan analisis strategis bagi para prajurit," ujar Angkatan Udara AS, dalam penjelasan tentang peran platform tersebut dalam mengembangkan tindakan penanggulangan anti-radar yang efektif seperti jamming (pengacauan), sebagaimana dikutip dari Newsweek, Jumat (8/8/2025). Baca Juga: China Bangun Armada di Tengah Laut, Nelayan atau Mata-Mata? Menurut geodata yang dilaporkan situs web Flightradar24, Comba Sent yang juga dikenal sebagai RC-135U menyelidiki perairan di sekitar Kepulauan Spratly dan Paracel yang disengketakan di Laut China Selatan dalam penerbangan 10 jam dari pusat militer utama di Jepang barat daya. Penerbangan pada 6 Agustus tersebut pertama kali terdeteksi oleh analis intelijen sumber terbuka MeNMyRC1, mantan anggota kru RC-135 dan spesialis platform intelijen sinyal. Mereka mengatakan bahwa jarang sekali penerbangan mata-mata AS terlihat begitu jauh di selatan Laut China Selatan, sekaligus mencatat bahwa wilayah tersebut seringkali kekurangan penerima darat yang cukup untuk menangkap jejak pesawat. Combat Sent, yang dikerahkan pada akhir Juni dari daratan Amerika Serikat ke Pangkalan Udara Kadena di Pulau Okinawa, Jepang, melakukan penerbangan terakhirnya tepat setelah pukul 06.00 pagi waktu terkoordinasi universal atau UTC, menurut Flightradar24. Pesawat itu baru mendarat setelah pukul 16.00 sore UTC di hari yang sama. Catatan penerbangan menunjukkan bahwa Combat Sent telah dikerahkan dalam penerbangan yang diduga untuk pengumpulan intelijen elektronik setidaknya 11 kali sejak 1 Juli, menyelidiki wilayah yang disengketakan, termasuk di selatan perbatasan Korea Utara serta di dekat provinsi paling selatan China; Hainan, yang merupakan lokasi salah satu kapal induk Angkatan Laut China yang ditempatkan di Laut China Selatan. Angkatan Udara menyatakan bahwa awak pesawat Combat Sent mencakup minimal 10 perwira perang elektronik dan enam atau lebih spesialis area misi. Pesawat ini memiliki jangkauan bahan bakar lebih dari 4.500 mil dan ketinggian operasional lebih dari 35.000 kaki. Militer AS mengoperasikan dua platform Combat Sent. Kedua platform tersebut pertama kali terbang pada pertengahan 1960-an dan diperkirakan akan tetap beroperasi hingga tahun 2040-an. Lembaga think tank yang berbasis di Beijing, South China Sea Strategic Situation Probing Initiative, menulis di X bahwa mereka telah melacak 48 serangan mendadak oleh pesawat mata-mata AS di Laut China Selatan pada bulan Juli saja, empat di antaranya adalah RC-135. China mengeklaim kedaulatan atas Kepulauan Spratly di lepas pantai barat Filipina dan telah menguasai gugusan Paracel di sebelah timur Vietnam sejak pertengahan 1970-an. Di kedua gugus pulau yang disengketakan tersebut, China telah memperluas beting dan mereklamasi terumbu karang secara artifisial untuk membangun pangkalan militer besar yang menampung radar, barak, dan lapangan terbang. China belum berkomentar atas kehadian pesawat mata-mata AS tersebut. Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, mengatakan kepada wartawan pada 9 Februari: "Pesawat dan kapal perang AS sering melakukan pengintaian jarak dekat di sekitar China, yang secara serius mengancam keamanan nasional China dan merusak perdamaian serta stabilitas regional." (mas) wa-channel Follow WhatsApp Channel SINDOnews untuk Berita Terbaru Setiap Hari Follow Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga! Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya Infografis J-36 China Diklaim Bisa... J-36 China Diklaim Bisa Pecundangi Pesawat Pengebom B-21 AS - SINDOnews
Seperti yang terpantau pada H-3 jelang Lebaran, Jembatan Suramadu dari arah Surabaya mulai dari pagi hari sudah terlihat dipadati pemudik yang hendak mudik ke arah Pulau Madura seperti ke Bangkalan, Sumenep, Pamekasan, dan Sampang.
Di pintu masuk Jembatan Suramadu dari sisi arah Surabaya, terlihat penumpukan kendaraan bermotor roda dua yang hendak menyeberang Jembatan Suramadu untuk ke Madura
Para pemudik membawa istri dan anak dengan mengendarai sepeda motor dan lengkap dengan bawaan tas besar dan tak sedikit banyak pula yang berangkat mudik sendirian.
Namun, masih banyak ditemui pemudik yang melintas Jembatan Suramadu tidak tertib lalu lintas dan sengaja melanggar peraturan. Banyak pengenda sepeda motor yang tak menggunakan helm dan nekat melintas di perlintasan khusus mobil.
Bahkan ada pula pemudik kendaraan bermotor yang terlihat tertidur pulas akibat kelelahan di perjalanan di samping jalan pintu masuk Jembatan Suramadu.
Baca juga Indonesia Masih Nego Tarif Trump, Minta Komoditas Kopi hingga Nikel Bebas Tarif ke AS - SINDOnews
Salah satu pemudik yang hendak mudik ke Sampang, Figo mengatakan ia sengaja memilih mudik dengan menggunakan motor dan lewat Jembatan Suramadu karena bisa menghemat ongkos dan lebih cepat dalam perjalanan.
"Ini mau mudik ke Sampang, Madura. Biasa lewat Jembatan Suramadu karena gratis dan bisa cepat perjalanan mudiknya," ungkap Figo, Minggu (7/4/2024).
Hal serupa juga dikatakan pemudik lainnya, Umam mengatakan ia akan pulang ke Madura dari Surabaya. Menurutnya, mudik lewat Jembatan Suramadu lebih enak dan hemat ketimbang lewat jalur laut dan naik kapal yang kena biaya.
"Ini mudik bareng-bareng sama teman. Mudik lewat Jembatan Suramadu lebih hemat dan gratis daripada lewat naik kapal," ujar Umam.
Diprediksi pemudik yang melintasi Jembatan Suramadu akan ramai dan membludak ketika H-2 ataupun H-1 jelang Lebaran.
Pemudik yang melintasi Jembatan Suramadu diimbau untuk selalu menaati peraturan lalu lintas dan tak berhenti di tengah Jembatan Suramadu untuk berfoto, karena akan membahayakan pengendara lain.
Simak berita dan artikel lainnya di
Google News
Ikuti terus berita terhangat dari Beritasatu.com via whatsapp
Bagikan