U-Turn Ditutup Akibat Rekayasa Jalur Mudik, Warga Indramayu Bangun Jalan Darurat di Kolong Jembatan - BeritaSatu

 

U-Turn Ditutup Akibat Rekayasa Jalur Mudik, Warga Indramayu Bangun Jalan Darurat di Kolong Jembatan

Minggu, 7 April 2024 | 11:55 WIB
Candra Kurnia / DIN

Sejumlah warga melintasi jalan darurat yang berada di kolong Jembatan Maja, Desa Larangan, Kecamatan Lohbener, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Minggu, 7 April 2024. (Beritasatu.com/Candra Kurnia)

Indramayu, Beritasatu.com - Selama masa mudik Lebaran, berbagai rekayasa lalu lintas dilakukan oleh petugas kepolisian di berbagai daerah, untuk melancarkan arus lalu lintas selama mudik Lebaran.

Rekayasa lalu lintas itu mulai dari contra flowone way, sistem manual di persimpangan, hingga menutup seluruh u-turn.

Akibat dari adanya rekayasa lalu lintas tersebut, tidak sedikit warga lokal terdampak pada aktivitas sehari-hari. Seperti di Indramayu, Jawa Barat, warga yang berada di sekitar Jalur Arteri tidak bisa beraktivitas menggunakan kendaraan roda dua, seperti hari biasanya, akibat banyaknya u-turn yang ditutup oleh petugas kepolisian.

Untuk menyiasatinya, sejumlah warga membangun jalan darurat di bawah kolong jembatan, agar bisa melintas dan berpindah jalur saat berada di Jalur Arteri.

Seperti di Jembatan Maja, Desa Larangan, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, setiap musim mudik Lebaran, warga lokal yang akan beraktivitas menggunakan kendaraan roda dua, harus melewati jalan setapak yang terbuat dari bambu.

Bahkan saat melintas di jalan darurat tersebut harus sedikit menundukan kepala karena ketinggian jalan darurat itu hanya berkisar 1,5 meter hingga 2 meter.

Yus Rusmana, salah satu penjaga jalan darurat mengungkapkan, jalan itu dibangun hanya saat mudik Lebaran untuk memudahkan warga menyeberang jalan.

"Jembatan kolong ini sudah lama, cuman menjelang Lebaran saja difungsikan saat menjelang hari raya, pas arus mudik warga susah untuk menyeberang, soalnya pintu-pintu penyeberangan (u-turn) banyak yang ditutup, jadi buat membantu warga yang lewat," ungkapnya kepada Beritasatu.com, Minggu (7/4/2024).

Yus mengatakan, jembatan yang dibangun dari swadaya masyarakat itu tidak dipatok tarif. Biasanya warga yang akan melintas, memberikan uang seikhlasnya.

"Untuk yang lewat enggak ada tarif, seikhlasnya yang mau lewat, ini swadaya masyarakat. Hasil uangnya dibagi ke masyarakat yang ikut membantu penyeberangan. Buat mendorong atau ada beban terlalu berat itu diperbantukan," katanya.

Dalam satu hari, Yus menjelaskan, biasanya warga yang berjaga di jalan darurat itu mendapatkan penghasilan sekitar Rp 15.000 per orang.

"Sehari itu kira-kira penghasilannya enggak tentu, terkadang pembagiannya ada yang Rp 15.000 per orang karena yang ikut menjaga di sini banyak, kadang-kadang 20 orang, kadang-kadang lebih," jelasnya.

Simak berita dan artikel lainnya di
Google News

Ikuti terus berita terhangat dari Beritasatu.com via whatsapp

Bagikan

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya