Kampung Ketupat Bogor Tetap Eksis Meski Bahan Buku Sudah Semakin Mahal - BeritaSatu

 

Kampung Ketupat Bogor Tetap Eksis Meski Bahan Buku Sudah Semakin Mahal

Selasa, 9 April 2024 | 04:17 WIB
Heru Yustanto / DIN

Di Kota Bogor, Jawa Barat, terdapat sebuah perkampungan yang dikenal sebagai kampung ketupat, pasalnya sekitar 90 persen dari penduduk kampung ini berprofesi sebagai produsen dan pedagang ketupat, baik cangkang ketupat maupun ketupat jadi siap santap, Senin, 8 April 2024. (Beritasatu.com/Heru Yustanto)

Bogor, Beritasatu.com - Lebaran seakan tidak bisa dipisahkan dengan yang namanya ketupat. Penganan ini bahkan menjadi simbol hari raya Idulfitri. Di Kota Bogor, Jawa Barat, terdapat sebuah perkampungan yang dikenal sebagai kampung ketupat, pasalnya sekitar 90 persen dari penduduk kampung ini berprofesi sebagai produsen dan pedagang ketupat, baik cangkang ketupat maupun ketupat jadi siap santap.

Kampung Bojong, sebuah perkampungan kecil di Kelurahan Cimahpar, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor ini lebih dikenal sebagai kampung ketupat. Sekitar 90 persen dari 70 keluarga penghuni kampung berprofesi sebagai pedagang ketupat yang memasok kebutuhan Kota Bogor, Kabupaten Bogor, hingga sebagian Jakarta Timur.

Kampung ketupat ini berada di pinggiran Kota Bogor yang tak jauh dari akses ruas jalan Tol Jagorawi. Jika memasuki kampung Bojong ini, tidak sulit untuk menemukan aktivitas pembuatan ketupat, baik pembuatan cangkang ketupat hingga aktivitas memasak ketupat jadi. Seperti yang terlihat di salah satu rumah warga, tampak laki dan perempuan, baik anak-anak maupun dewasa terlihat aktif membuat cangkang ketupat.

Baca Juga: Resep Sayur Ketupat Lebaran yang Tahan Basi

Saefullah (55 tahun) salah satu warga yang berprofesi sebagai pedagang ketupat harian mengungkapkan dirinya bersama anak, istri, maupun kerabatnya beraktivitas membuat ketupat untuk memenuhi kebutuhan Lebaran kali ini. Setiap harinya, Saefullah mampu membuat cangkang ketupat dari 1.000 hingga 3.000 buah sesuai permintaan pembeli.

"Kalau besok menjelang Lebaran, saya bikin lebih banyak lagi, yaitu sampai 3.000 cangkang," ungkap Saefullah.

Cangkang ketupat yang dibuatnya ini nantinya akan digunakan untuk memasok pasaran di empat pasar di Kota Bogor dan Cibinong. "Ada juga yang memasok ke Jakarta, Kebayoran begitu," lanjutnya.

Begitu terkenalnya daerah ini sebagai penghasil ketupat dengan kualitas bagus, maka Kelurahan Cimahpar ini dijuluki sebagai kampung ketupat.

Ketua RW 6 Nandang Suhendar yang juga salah satu pedagang ketupat mengungkapkan, warga pembuat ketupat berpusat di RT 2 dan 3, sementara untuk RT 1 tidak seluruhnya warga menjadi pembuat ketupat. Dari sekitar 70 keluarga, sebagian besar berprofesi sebagai pedagang ketupat, baik ketupat sayur, doclang, hingga ketupat. Umumnya mereka memiliki pasaran tersendiri di berbagai wilayah di Kota Bogor. Menjelang Idulfitri, warga pun membuat ketupat dalam jumlah lebih banyak lagi. Selain dijual di perkampungan, mereka juga memasok kebutuhan di Pasar Ciluar, Pasar Bojonggede, Citeureup, hingga sebagian di Jakarta Timur.

"Banyak, mereka memasok pasar di Bogor, ada juga yang ke Jakarta," ungkap Nandang.

Warga tetap bertahan sebagai pedagang ketupat meski di tahun ini mereka harus menghadapi dua masalah besar dalam penyediaan bahan baku. Untuk pembuatan cangkang ketupat, dahulu di wilayah ini warga masih bisa mengandalkan daun kelapa dari perkampungan di wilayah Bogor, tetapi seiring dengan semakin banyaknya perumahan, daun kelapa sulit didapat sehingga warga harus mengandalkan pasokan dari wilayah Sukabumi dan Banten.

Selain itu beras kualitas bagus yang menjadi bahan baku utama kini harganya melonjak tinggi sehingga warga pun harus menambah biaya untuk membeli beras.
"Tidak tahu ya, sekarang ini kan beras harganya naik terus. Padahal untuk pembuatan ketupat harus beras yang bagus," tambah Nandang.

Sementara itu, produksi ketupat dari Kampung Bojong ini sudah melegenda. Nandang mengaku dirinya merupakan generasi kedua sebagai penjual ketupat.

Generasi pertama adalah Suhadi (71 tahun), orang pertama yang menggeluti usaha ketupat.

Suhadi mengaku awalnya berdagang ketupat sekitar tahun 1972, karena banyaknya permintaan ketupat di hari-hari biasa.
Berawal dari permintaan itu, dirinya kemudian berjualan ketupat di Pasar Bogor.

"Awalnya saya di tahun 1972, jualan di Haur jaya terus ngider di warung jambu. Lamat-lamat banyak yang nurutan," ungkap Suhadi.

Seiring perkembangan zaman, warga pun tak hanya menjual aneka sayur, tetapi juga menjual cangkang ketupat.

Baca Juga

Komentar