Pakar Setuju Bandara Internasional di RI Dikurangi, Ini Alasannya - detik

 

Pakar Setuju Bandara Internasional di RI Dikurangi, Ini Alasannya

Jakarta 

-

Pengamat kebijakan publik Agus Pambagio mendukung pemerintah Indonesia mengurangi jumlah bandara internasional. Alasannya, perawatan bandara internasional terbilang mahal.

"Ini termasuk saya yang mendorong untuk pengurangan bandara, kenapa? Karena bandara internasional itu perawatannya mahal. Maintenance bandara internasional itu mahal, karena ada persyaratan bandara internasional harus sekian-sekian, jadi mahal. Kalau itu tidak dikurangi cost-nya akan mahal," kata Agus kepada wartawan, Jumat (26/4/2024).

Agus menyinggung Amerika Serikat (AS) yang hanya memiliki 8 bandara internasional yang menjadi pintu masuk turis-turis asing ke AS. Dia menilai Indonesia juga seharusnya cukup punya maksimal 10 bandara yang berstandar internasional.

"Di Amerika saja betul ada ratusan bandara, tapi port of entry hanya 8. Jadi kita port of entry-nya ya tidak lebih dari 10, maksimum, 17 itu masih kebanyakan," ucapnya.

Lebih lanjut, dia tak menampik bahwa dorongan pengurangan ini akan memicu protes dari pemerintah daerah yang menginginkan adanya bandara internasional di wilayahnya. Tapi Agus menyebut daerah yang tidak menarik untuk turis asing tak efektif untuk dibangun bandara internasional.

"Ini tampaknya daerah-daerah yang biasanya marah 'oh ini nggak ada', ya nggak ada bandara internasional orang nggak ada juga orang yang terbang ke situ. Kalaupun ada tidak setiap hari, terus gimana?" ujar Agus.

Alasan kedua, Agus mengatakan banyaknya bandara internasional itu membunuh airlines lokal. Dia membantah anggapan semakin banyak dibangun bandara internasional akan menarik banyak turis asing ke daerah tersebut.

"Kalau kata Kementerian Pariwisata bahwa semakin banyak destinasi bandara internasional semakin banyak turis, nggak ada, sudah terbukti 10 tahun lebih saya teliti nggak ada kenaikan itu, yang ada orang lokalnya pergi ke luar negeri, ke Malaysia, ke Singapura langsung dari Pekanbaru, langsung dari Solo, orang kita. Jadi nggak ada pengaruhnya untuk turis, itu terbukti sudah," jelasnya.

Menurut Agus, Indonesia dibohongi oleh Singapura dan Malaysia. Karena ikut keinginan Singapura dan Malaysia, Indonesia bisa rugi.

"Kita tuh dibohongi Singapura sama Malaysia, karena mereka kan mau open sky, kalau dia tidak open sky ke Indonesia, dia nggak laku penerbangannya. Singapura kan cuma 1, Malaysia cuma berapa. Jadi yang mendorong open sky itu dua negara itu, kita yang rugi, itu yang harus dipahami oleh pemerintah daerah maupun pusat," imbuhnya.

(fas/dhn)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya