Apa Itu Turbulensi Penerbangan, Berujung Maut di Singapore Airlines?
Internasional
News
Rabu, 22/05/2024 07:40 WIB
Jakarta, CNBC Indonesia - Pesawat Singapore Airlines SQ321 mengalami pendaratan darurat di Bangkok, Thailand, Selasa sore waktu setempat. Ini terjadi setelah turbulensi hebat melanda perjalanan pesawat tujuan London ke Singapura itu.
Dilaporkan sementara ini satu orang tewas akibat kejadian tersebut dan tujuh kritis. Ada 71 orang sebelumnya dilaporkan terluka.
Apa yang dimaksud dengan turbulensi dalam penerbangan? Mengapa bisa berakibat vatal dan berujung maut seperti Singapore Airlines?
Turbulensi Penerbangan
Mengutip AFP, merujuk para ahli, turbulensi pesawat yang menyebabkan kematian seorang penumpang dalam penerbangan Singapore Airlines pada hari Selasa, merupakan fenomena kompleks. Namun ini semakin umum terjadi akibat perubahan iklim.
Badai, cuaca dingin dan hangat, serta pergerakan udara di sekitar pegunungan dapat menyebabkan turbulensi di udara yang dilalui pesawat. Turbulensi juga dapat terjadi pada aliran jet yakni jalan raya, dengan angin kencang yang beredar di seluruh dunia pada garis lintang tertentu.
"Meskipun ahli meteorologi memiliki alat yang sangat baik untuk memperkirakan turbulensi, namun alat tersebut tidak sempurna," kata profesor di departemen penerbangan di Embry-Riddle Aeronautical University di Florida, Thomas Guinn, dikutip Rabu (22/5/2024).
Karenanya, ia menambahkan bahwa penumpang pesawat harus memastikan mereka mengenakan sabuk pengaman. Sehingga kemungkinan cedera jauh lebih kecil.
Turbulensi Jernih
Menurut laporan Singapore Airlines, penerbangan dengan jet Boeing 777-300ER itu mengalami turbulensi udara jernih. Merujuk Asosiasi Pramugari, turbulensi ini merupakan jenis turbulensi paling berbahaya.
Turbulensi udara jernih didefinisikan oleh badan penerbangan Amerika Serikat (AS) Federal Aviation Administration (FAA) sebagai turbulensi parah yang tiba-tiba terjadi di wilayah tak berawan yang menyebabkan hentakan pesawat yang hebat.
"Hal ini sangat menyusahkan karena sering ditemui secara tak terduga dan seringkali tanpa petunjuk visual untuk memperingatkan pilot akan bahaya tersebut," tambah FAA dalam sebuah dokumen di situsnya.
Badan tersebut mengatakan turbulensi udara jernih biasanya ditemukan di dekat aliran jet dan terkait dengan pergeseran angin (wind shear), merujuk perubahan kecepatan atau arah angin secara tiba-tiba.
"Turbulensi terus menjadi penyebab utama kecelakaan dan cedera meskipun tingkat kecelakaan penerbangan terus meningkat," kata Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS dalam laporan tahun 2021.
Kematian Akibat Turbulensi Parah & Perubahan Iklim
Sebenarnya para ahli yakin kematian akibat turbulensi pada penerbangan komersial sangat jarang terjadi. Ini setidaknya dikatakan Dr Paul Williams, profesor ilmu atmosfer di Universitas Reading.
"Sejauh yang saya ketahui, belum ada korban jiwa akibat turbulensi pada penerbangan komersial sejak 2009," kata Williams.
Namun Williams mengatakan perubahan iklim meningkatkan frekuensi turbulensi pesawat. Terutama di daerah tropis.
"Untuk turbulensi udara jernih, perubahan iklim meningkatkan perbedaan suhu di aliran jet antara kutub dingin dan daerah tropis hangat," katanya.
Saksikan video di bawah ini:
Video: Korban Tewas Kecelakaan Singapore Airlines Bertambah Jadi 2
(sef/sef)
Komentar
Posting Komentar