Israel Genting, PM Netanyahu Bakal Wajibkan Yahudi Ultra-Ortodoks Perang Lawan Hamas - inews

 Israel Genting, PM Netanyahu Bakal Wajibkan Yahudi Ultra-Ortodoks Perang Lawan Hamas

1:41 Estimated 355 Words ID Language

Israel Genting, PM Netanyahu Bakal Wajibkan Yahudi Ultra-Ortodoks Perang Lawan HamasBenjamin Netanyahu akan mengajukan RUU untuk mewajibkan warga Yahudi ultra-Ortodoks berperang melawan Hamas (Foto: Reuters)

TEL AVIV, iNews.id - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengajukan rancangan undang-undang (RUU) untuk mewajibkan warga Yahudi ultra-Ortodoks mengikuti wajib militer. Perekrutan warga Yahudi ultra-Ortodoks ke dalam militer sudah menjadi perdebatan sejak lama.

Israel menghadapi perang terpanjang sejak puluhan tahun menghadapi para pejuang Palestina di Jalur Gaza. Sebelumnya Israel telah memperketat aturan wajib militer. 

Kantor perdana menteri Israel, Rabu (15/5/2024), menyatakan Netanyahu berusaha menjembatani perpecahan sosial dan politik terkait kontroversi keterlibatan Yahudi ultra-Ortodoks di militer. Dia kembali meminta dukungan kepada semua pihak di parlemen yang sebelumnya telah mendukung RUU tersebut.

Keterlibatan Yahudi ultra-Ortodoks di militer semakin intensif dibahas tahun ini di tengah perang di Gaza serta front lain. Israel kehilangan lebih dari 600 tentara sejak perang melawan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan ribuan lainnya luka.

Sebagian besar tentara Zionis yang tewas merupakan kalangan sekuler yang mengikuti wajib militer.

Koalisi pemerintahan Netanyahu, termasuk dua partai ultra-Ortodoks, beralasan pengecualian kelompok ekstrem Yahudi itu dari kewajiban perang bertujuan untuk menjaga prinsip atau keyakinan. Mereka sengaja dijauhkan dari militer karena berpotensi bisa bersinggungan dengan pemahaman atau nilai-nilai konservatif. 

Masalah ini memicu protes di kalangan Yahudi ultra-Ortodoks yang populasinya 13 persen dari total 10 juta penduduk Israel. Warga ultra-Ortodoks diperkirakan terus bertambah mencapai 19 persen pada 2035. 

Penolakan mereka untuk ikut dalam perang telah memicu perpecahan berkepanjangan di kalangan masyarakat Israel.

Penghapusan wajib militer terhadap komunitas Yahudi ultra-Ortodoks menyebabkan mereka tak bisa mendapat pekerjaan. Oleh karena itu mereka hanya menjadi beban pemerintah dan pembayar pajak kelas menengah yang sekuler.

Selain Yahudi ultra-Ortodoks, warga keturunan Arab juga dikecualikan dari wajib militer. Populasi mereka di Israel mencapai 21 persen dari total penduduk.

Wajib militer diterapkan kepada pria dan wanita Israel yang sudah memasuki usia 18 tahun. Pria menjalani wajib militer selama 32 bulan, sementara wanita 24 bulan.

Copyright ©2024 iNews.id. All Rights Reserved

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya