Pilihan

Trump Sebut Israel Kehilangan Dukungan Dunia, Harus Akhiri Perang Gaza!- detik

 

Trump Sebut Israel Kehilangan Dukungan Dunia, Harus Akhiri Perang Gaza!

Washington DC 

-

Kandidat presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik, Donald Trump, menyebut Israel telah kehilangan dukungan internasional dan harus mengakhiri perang melawan Hamas di Jalur Gaza.

Kendati demikian, seperti dilansir Reuters, Selasa (26/3/2024), Trump yang juga mantan Presiden AS ini, mengatakan bahwa dirinya akan bereaksi dengan cara yang sama seperti yang dilakukan Israel setelah serangan mematikan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, yang memicu perang di Jalur Gaza.

Pernyataan itu disampaikan Trump dalam wawancara terbaru dengan surat kabar Israel, Hayom, yang diterbitkan pada Senin (25/3) waktu setempat. Video wawancara itu diposting pada situs surat kabar tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Disebutkan Trump dalam wawancara itu bahwa serangan Hamas di Israel bagian selatan merupakan "salah satu hal paling menyedihkan yang pernah saya lihat".

"Meski begitu, Anda harus menyelesaikan perang Anda. Anda harus menyelesaikannya, Anda harus menuntaskannya," ucap Trump merujuk pada perang Israel melawan Hamas yang berkecamuk di Jalur Gaza selama lima bulan terakhir.

"Dan saya akan mengatakan, Israel harus sangat berhati-hati karena Anda telah kehilangan banyak dukungan dunia. Anda harus menyelesaikannya. Anda harus menyelesaikan pekerjaan Anda," ujarnya dalam wawancara tersebut.

Simak berita selengkapnya di halaman berikutnya.

Saksikan juga 'Trump soal Sidang Kasus Suap Bintang Porno: Ini Campur Tangan Pemilu!':

Trump, dalam wawancara itu, juga ditanya soal bagaimana reaksinya jika keluarganya turut menjadi korban serangan Hamas.

"Menurut saya, saya akan bertindak sama seperti Anda. Anda pasti sudah gila untuk tidak melakukannya. Hanya orang bodoh yang tidak mau melakukan hal itu. Itu adalah serangan yang mengerikan," kata Trump.

"Saya sangat terganggu ketika melihat orang-orang tidak lagi membicarakan soal 7 Oktober, mereka berbicara soal betapa agresifnya Israel," imbuhnya.

Serangan Hamas pada awal Oktober lalu menewaskan sekitar 1.200 orang di Israel dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera Hamas di Jalur Gaza.

Sementara sedikitnya 32.333 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, tewas akibat rentetan serangan Israel terhadap Jalur Gaza untuk membalas serangan Hamas.

Dengan banyaknya kehancuran dan kematian, Israel bersikeras menegaskan serangannya akan berlanjut hingga Hamas dihancurkan dan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza dibebaskan.

Niat Israel memperluas operasi darat ke Rafah, Jalur Gaza bagian selatan, memicu keretakan dengan pemerintahan Presiden AS Joe Biden yang menilai rencana Tel Aviv itu sebagai sebuah kesalahan. Rafah diketahui juga menjadi tempat berlindung bagi lebih dari satu juta pengungsi Palestina yang menghindari perang.

Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu membatalkan rencana kunjungan delegasi tingkat tinggi ke Washington untuk membahas rencana operasi darat di Rafah, setelah AS memutuskan abstain dan tidak menggunakan hak veto terhadap resolusi terbaru Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera di Jalur Gaza.

Netanyahu yang menyebut kegagalan AS memveto resolusi tersebut merupakan "kemunduran yang jelas" dari posisi sebelumnya, dan akan merugikan upaya perang Israel serta upaya untuk membebaskan lebih dari 130 sandera yang masih ditahan Hamas.

Namun AS menyangkal bahwa suara abstain untuk resolusi Dewan Keamanan PBB itu mencerminkan perubahan dalam kebijakannya.

(nvc/ita)

Komentar

Baca Juga

Opsi Media Informasi Group

Arenanews

Antaranews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Liputan Informasi 9

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsitek