AS Bersiap Perang Baru Arab Pecah, 12 Kapal Perang-4.000 Marinir Siaga - CNBC Indonesia

 

AS Bersiap Perang Baru Arab Pecah, 12 Kapal Perang-4.000 Marinir Siaga

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketegangan yang terjadi di dunia Arab membuat Amerika Serikat (AS) mengambil langkah-langkah persiapan perang besar baru. Washington telah menyebar 12 armada perang laut di wilayah itu, termasuk salah satunya kapal induk USS Theodore Roosevelt.

Dalam sebuah keterangan kepada Al Arabiya, sejumlah pejabat AS menyebut kondisi Timur Tengah memanas. Ini setelah serangan ke Lebanon, yang menewaskan petinggi milisi Hizbullah Fuad Shukr, dan juga Iran, yang menewaskan pimpinan tertinggi kelompok Hamas Palestina, Ismail Haniyeh.

Hal ini diprediksi memicu respon balasan dari milisi Hizbullah, Teheran, serta proksi-proksinya yang tersebar di kawasan itu. Pejabat tersebut menyebut respon dari kelompok-kelompok ini juga akan berimbas pada aset dan kepentingan Washington di Timur Tengah, mengingat AS merupakan sekutu nomor satu bagi Israel.

"Kami tengah mempersiapkan semua skenario, kemungkinan evakuasi warga Amerika dari kawasan tersebut atau serangan terhadap pasukan kami," kata pejabat itu dikutip Jumat (2/8/2024).

Pentagon memerintahkan beberapa kapal perang dan aset militer lainnya ke Timur Tengah tak lama setelah serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap Israel. Alasan utamanya adalah untuk mencegah Iran atau kelompok lain yang didukungnya membuka front kedua.

Pejabat AS tersebut mengonfirmasi bahwa setidaknya ada 12 kapal perang Amerika di kawasan tersebut, termasuk kapal induk USS Theodore Roosevelt dan lebih dari 4.000 marinir dan pelaut. Washington Post adalah yang pertama melaporkan jumlah kapal dan personel militer tersebut.

Namun, aset tersebut, yang meliputi kapal perusak dan kapal amfibi, telah berada di kawasan tersebut selama berbulan-bulan. Sejauh ini, tidak melakukan kegiatan skenario tempur langsung.

"Belum ada perintah baru secara khusus, apakah itu evakuasi atau lainnya. Namun, kami jelas berada dalam posisi untuk melaksanakan, jika diperlukan, perintah apa pun yang diberikan," kata sumber lainnya.

Departemen Luar Negeri AS pada hari Rabu menyarankan warganya untuk tidak bepergian ke Lebanon atau Israel Utara karena meningkatnya ketegangan antara Hizbullah dan Israel. Beberapa maskapai penerbangan membatalkan penerbangan mereka ke kedua negara tersebut.

Walau begitu, belum ada keputusan yang dibuat untuk mengevakuasi warga negara atau pegawai pemerintah dari kedua negara tersebut.

Para pejabat AS mengatakan bahwa mereka diberi peringatan sesaat sebelum operasi Israel yang menewaskan Fuad Shukr dari Hizbullah tetapi membantah terlibat dalam serangan ini. Israel mengaku bertanggung jawab setelah serangan itu terjadi di jantung benteng Hizbullah di pinggiran selatan Beirut.

Israel mengatakan serangan itu merupakan respons terhadap roket yang menghantam lapangan sepak bola di Dataran Tinggi Golan yang diduduki dan menewaskan beberapa anak akhir pekan lalu. Para pejabat AS mengatakan Hizbullah tidak diragukan lagi yang menembakkan rudal tersebut.

Akan tetapi mereka yakin rudal itu secara keliru menargetkan lapangan sepak bola. Hizbullah, di sisi lain, terus membantah bahwa mereka meluncurkan roket tersebut.

Biden Tetap Bela Israel

Di sisi lain, Washington terus menekankan komitmennya untuk membela Israel bila Iran dan proksi-proksinya meluncurkan serangan ke Negeri Zionis itu. Hal ini dikatakan Menteri Pertahanan kabinet Presiden Joe Biden, Lloyd Austin.

"Kami tetap khawatir tentang potensi eskalasi ini menjadi pertikaian besar. Dan saya tidak yakin pertikaian itu tidak dapat dihindari," kata Austin.

"Jika Israel diserang, kami akan membantu Israel mempertahankan diri. Kami sudah menjelaskan hal itu sejak awal, tetapi sekali lagi, kami tidak ingin hal itu terjadi," ujarnya.

Menurutnya, Israel memiliki hak untuk melindungi diri sendiri dari berbagai serangan yang ada. Walau begitu, Austin menekankan bahwa pihaknya masih terus mendorong langkah-langkah diplomatik untuk menyelesaikan ketegangan ini.

"Saya kira Anda tahu, kami ingin melihat masalah ini diselesaikan dengan cara diplomatik, ucapnya.

"Israel akan melakukan apa pun yang diperlukan untuk mempertahankan diri. Dan itu telah dibuktikan berkali-kali. Tentu saja itu bukan skenario yang ingin kita lihat terjadi," tambahnya.

Biden sendiri menegaskan kembali komitmennya terhadap keamanan Israel. Ini terungkap dalam pembacaan Gedung Putih Kamis, seusai pembicaraan telepon dengan PM Israel Benjamin Netanyahu.

"Presiden membahas upaya untuk mendukung pertahanan Israel terhadap ancaman, termasuk terhadap rudal balistik dan pesawat tanpa awak, termasuk penempatan militer defensif AS yang baru," katanya.


(sef/sef)

Saksikan video di bawah ini:

Video: Awas!! Perang Arab Mau Pecah

Next Article Perang Baru di Arab Tinggal Sejengkal, Tanda Baru Diberi AS 

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya