5 Negara Benua Amerika yang Berpotensi Gabung BRICS | Sindo news

 

5 Negara Benua Amerika yang Berpotensi Gabung BRICS | Halaman Lengkap

Sejumlah negara yang berasal dari benua Amerika juga tertarik bergabung bersama BRICS, usai tidak terpengaruh oleh tekanan Barat. Foto/Dok

JAKARTA 

- Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-15

BRICS 

tahun lalu, disebutkan ada 40 negara yang mempertimbangkan masuk jadi bagian kelompok negara-negara berkembang utama. Di antaranya berasal dari

benua Amerika 

, meski BRICS digadang menjadi bentuk aliansi baru menghadang Barat.

Baca Juga

3 Efek Jika Iran Gabung BRICS, Koalisi Anti Barat Semakin Menguat?

Pada tahun lalu, Menteri Luar Negeri Afrika Selatan, Naledi Pandor mengatakan, 40 negara menyatakan minat menjadi anggota BRICS. Setidaknya 23 dari 40 negara itu sangat serius untuk mendaftar dan bergabung dengan geng yang dipimpin Rusia-China itu.

Namun, Pandor menekankan, BRICS tidak diarahkan untuk menjadi kumpulan negara anti-Barat. Organisasi itu menarik karena dianggap bisa menjadi salah satu perangkat diplomasi negara-negara berkembang. Kini perluasan keanggotaan terus menjadi salah satu agenda KTT BRICS, bahkan setelah mendapatkan member baru di awal tahun 2024 lalu.

Baca Juga

BRICS Bukan Bahaya! IMF Mendukung Ekspansi Geng Rusia-China

Perluasananggota BRICS menjadi salah satu hasil utama dari KTT ke-15 di Afrika Selatan. Negara-negara tersebut adalah Argentina, Ethiopia, Iran, Arab Saudi, Mesir, dan Uni Emirat Arab. Namun belakangan Argentina menolak bergabung dengan BRICS usai lebih condong ke Barat.

Tidak terpengaruh oleh tekanan Barat, sejumlah negara yang berasal dari benua Amerika juga tertarik bergabung. Dengan meningkatnya minat pada Bank Pembangunan Baru (NDB) dan klub politik BRICS, lebih banyak negara bertaruh pada kemungkinan peta kekuatan global yang lebih merata.


Daftar 5 Negara Benua Amerika yang Berpotensi Gabung BRICS

1. Bolivia

Presiden Bolivia, Luis Arce sempat menyatakan minatnya pada keanggotaan BRICS pada akhir tahun lalu. Pemerintahnya mengatakan pada bulan Juli bahwa pihaknya bertekad untuk mengekang ketergantungan pada dolar AS untuk perdagangan luar negeri.

Alih-alih beralih ke yuan China, hal itu sejalan dengan tujuan yang dinyatakan oleh para pemimpin BRICS untuk mengurangi ketergantungan pada mata uang AS. Negara asal Amerika Selatan itu melihat BRICS sebagai organisasi yang memberikan peluang ekspansif kepada negara-negara anggotanya untuk tumbuh secara ekonomi.

"BRICS adalah ruang di mana peluang besar terbuka, dalam perdagangan, akses ke sumber daya keuangan dan mempercepat pembangunan ekonomi dan sosial kita, membawa kita ke perbatasan baru," kata pemimpin Bolivia itu seperti dikutip dari TV Telesur.

"Sangat penting untuk melanjutkan jalan menuju dunia yang berdaulat, anti-hegemonik dan multipolar," tambahnya.

Pada Juli 2023, Arce mengumumkan keinginan negaranya untuk bergabung dengan BRICS. Keinginan tersebut disambut pihak Rusia yang berulang kali mengatakan, bahwa rekomendasi khusus tentang negara-negara mitra BRICS potensial akan disiapkan oleh KTT di Kazan yang akan berlangsung pada bulan Oktober.

Menteri Luar Negeri Rusia sebelumnya mengatakan, bahwa sebagai ketua bergilir integrasi pada tahun 2024, pihak Rusia bermaksud untuk membantu Bolivia lebih terlibat dalam BRICS.


2. Venezuela

Venezuela termasuk di antara negara-negara yang berusaha menjadi anggota BRICS, akan tetapi keinginan itu masih tertunda. Pada tanggal 2 Agustus, Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengumumkan, bahwa negaranya sudah mengajukan permohonan resmi untuk bergabung dengan BRICS setelah menerima dukungan dari Lula da Silva selama pertemuan bilateral pada bulan Mei.

Meskipun tidak terintegrasi ke dalam kelompok tersebut, negara Karibia tersebut diundang ke pertemuan puncak di Johannesburg, yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Yván Gil. Dalam pesan video di akhir pertemuan puncak BRICS, Presiden Maduro merayakan "pertemuan bersejarah" untuk memperluas blok tersebut dan menegaskan kembali keinginan Venezuela untuk bergabung dan membantu memajukan dunia multipolar.

“Kami yakin bahwa tatanan dunia baru ini sudah menjadi kenyataan […] dan BRICS meletakkan fondasi yang sangat kokoh bagi pembangunan sistem dunia baru yang bebas, inklusif, adil, dan saling mendukung, di mana prinsip-prinsip hukum internasional, yang terancam oleh sistem hegemoni kekaisaran lama, dipulihkan,” kata mandatori tersebut.

Maduro juga menekankan, bahwa Venezuela akan memberikan kontribusi berharga bagi blok BRICS karena negara tersebut menikmati posisi geografis istimewa di bagian Amerika Selatan. Venezuela memiliki cadangan minyak bersertifikat terbesar di dunia serta lebih dari 20% deposit besi, tembaga, dan emas dunia.

Presiden Venezuela juga mendorong dedolarisasi untuk mengatasi "penggunaan mata uang AS secara sembarangan sebagai mekanisme perang ekonomi melawan masyarakat bebas di dunia." Ia menyatakan, bahwa Caracas sudah mengumpulkan pengetahuan dalam perang melawan sanksi AS.


3. Kuba

Ketertarikan Kuba untuk memperluas hubungan dengan BRICS, dilontarkan oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov setelah melakukan pembicaraan dengan mitranya dari Kuba, Bruno Rodriguez Parrilla.

"Kami mencatat minat teman-teman Kuba kami, dan bahkan tertarik untuk bekerja sama dengan BRICS. Sebagai ketua kelompok saat ini, Rusia akan mendukung sikap ini. Saya yakin bahwa negara-negara anggota lain akan bereaksi positif terhadap pengajuan Kuba untuk status di BRICS," kata Lavrov.

"Bidang kemanusiaan, budaya, dan pendidikan adalah bidang kerja sama yang sangat penting dengan sejarah panjang," kata diplomat tersebut.

Lavrov menekankan, bahwa selama negosiasi, Rusia dan Kuba sangat menghargai koordinasi kedua negara di panggung internasional. "Kami berbagi posisi yang sama dalam mendukung penghormatan terhadap Piagam PBB dalam semua kedalaman dan keterkaitan dari semua prinsipnya," ungkapnya.

"Kami sepenuhnya setuju tentang perlunya membangun tatanan dunia yang lebih adil dan lebih demokratis berdasarkan prinsip kesetaraan kedaulatan negara, yang diabadikan dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1945, akan tetapi telah diabaikan oleh Barat dalam hampir semua situasi yang muncul di panggung internasional sejak pembentukan PBB," ungkap Lavrov menekankan.


4. Uruguay

Bank Pembangunan Baru (NDB) – yang didirikan oleh BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) pada tahun 2015 – telah menerima Uruguay sebagai anggota baru. Dewan Gubernur NDB memberi wewenang kepada Bank untuk melakukan negosiasi formal dengan calon anggota pada akhir tahun 2021.

Uruguay menjadi negara Amerika Latin pertama yang bergabung dengan NDB. “Uruguay melihat NDB sebagai peluang besar untuk memanfaatkan kerja sama dengan negara-negara anggotanya, dengan tujuan mencapai integrasi internasional yang lebih kuat dalam perdagangan dan arus investasi lintas batas," kata HE Azucena Arbeleche, Menteri Ekonomi dan Keuangan Uruguay saat itu.

Sebagai informasi NDB didirikan oleh Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan untuk memobilisasi sumber daya bagi proyek infrastruktur dan pembangunan berkelanjutan di BRICS dan negara-negara berkembang lainnya, melengkapi upaya lembaga keuangan multilateral dan regional yang ada untuk pertumbuhan dan pembangunan global.

Sementara itu terkait dengan keanggotaan BRICS, negara asal benua Amerika ini disebut-sebut juga berminat untuk menjadi satu bersama alinasi negara-negara berkembang. Meski begitu belum ada pernyataan resmi dari pihak Uruguay.


5. Argentina

Rusia sangat menyayangkan keputusan Argentina yang tidak ingin bergabung dengan blok ekonomi BRICS dan lebih memilih Amerika Serikat (AS). Untuk itu Moskow pun berharap Buenos Aires untuk mempertimbangkan kembali rencana penolakan menjadi anggota blok tersebut pada awal tahun 2024 ini.

Argentina sebenarnya telah mendapatkan lampu hijau untuk gabung bersama BRICS pada Januari, lalu. Namun Argentina tidak termasuk dalam 5 negara yakni Arab Saudi, Mesir, Uni Emirat Arab, Iran, dan Ethiopia yang mulai 1 Januar resmi menjadi anggota BRICS.

Calon anggota baru BRICS sebelumnya meliputi enam negara, antara lain Argentina, Iran, UEA, Arab Saudi, Ethiopia, dan Mesir. Namun Argentina menarik diri setelah presiden terpilih Javier Milei mencabut rencana keanggotaan negaranya di blok tersebut seperti yang dijanjikannya dalam kampanye pada pemilihan presiden.

Negara di Amerika bagian selatan itu secara resmi menarik diri dari rencana keanggotaan BRICS. Dalam korespondensi dengan Presiden Brazil sebelumnya, Luiz Inacio Lula da Silva, Milei menyatakan bahwa saat ini bukanlah "waktu yang tepat" bagi Argentina untuk menjadi anggota penuh.

Namun tidak menutup kemungkinan, jika Argentina ke depannya berpotensi untuk bergabung bersama BRICS. Diketahui sebelum Argentina harus berjuang menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak depresi tahun 1998 hingga 2002, ketika pengangguran meningkat di atas 20% dan lebih dari separuh penduduk jatuh di bawah garis kemiskinan.

Sebelumnya BRICS diharapkan dapat menjadi batu loncatan bagi Argentina untuk memperkuat ekonomi negara. BRICS diyakini akan menjadi peluang besar untuk memperkuat perekonomian di tengah krisis yang semakin parah di Amerika Selatan.

Menurut Fernandez saat masih menjabat Presiden, dengan bergabung bersama BRICS, Argentina akan bertindak sebagai mitra bicara yang penting dan perantara potensial untuk mencapai konsensus dengan negara-negara lain. Meski begitu, bergabung dengan BRICS juga memicu kritik dari oposisi di dalam negeri Argentina.

Hingga akhirnya Presiden Alberto Fernandez dari koalisi kiri-tengah Frente de Todos mengumumkan bahwa ia tidak akan mencalonkan diri untuk masa jabatan kedua. Sedangkan wakil presidennya, Cristina Fernandez de Kirchner, telah menolak untuk mencalonkan diri setelah dijatuhi hukuman penipuan yang kontroversial.

Usai pemilu presiden digelar, Milei yang resmi menjadi pemimpin baru Argentina ternyata lebih condong ke Barat, hingga membuyarkan keinginan bergabung bersama BRICS.

Lihat Juga: The Fed Pangkas Suku Bunga, Sri Mulyani : Beri Dampak Ekonomi ke Negara Berkembang

(akr)

Baca Juga

Komentar