BRICS Bukan Bahaya! IMF Mendukung Ekspansi Geng Rusia-China | Sindonews

 

BRICS Bukan Bahaya! IMF Mendukung Ekspansi Geng Rusia-China | Halaman Lengkap

Ekspansi BRICS yang kerap digadang-gadang bakal menjadi penantang serius pengaruh Barat, mendapat dukungan dari IMF. Foto/Dok

JAKARTA 

- Dana Moneter Internasional (

IMF 

) menilai ekspansi

BRICS 

sudah seharusnya mendapatkan dukungan, lantaran berdampak positif terhadap perekonomian global. Pernyataan IMF merespons keinginan Turki yang tertarik bergabung dengan kelompok negara-negara berkembang di dalam BRICS.

Baca Juga

3 Negara Asia Tenggara yang Berpotensi Besar Gabung BRICS

Turki menjadi negara terbaru yang secara resmi mengajukan keanggotaan BRICS pada awal September. Pertama kali didirikan pada tahun 2009 oleh Rusia, China, India dan Brazil, BRICS hanya butuh satu tahun untuk memperluas keanggotaan dengan bergabungnya Afrika Selatan.

Ekspansi BRICS berlanjut di tahun 2024, ketika group ini berkembang semakin jauh dengan merapatnya beberapa negara berkembang utama mencakup Mesir, Iran, Uni Emirat Arab (UEA), dan Ethiopia.

Sebelumnya Presiden Rusia, Vladimir Putin mencatat, bahwa ada 34 negara telah menyatakan minat pada BRICS, dan diskusi terus berlangsung tentang kemitraan potensial.

Baca Juga

Rusia Ungkap Alasan Banyak Negara Gabung BRICS: Mereka Lelah dengan AS

Ditanya apakah IMF melihat BRICS sebagai sesuatu yang berbahaya, Kozack menjawab, "pandangan kami bahwa peningkatan dan perluasan kerja sama internasional serta memperdalam hubungan perdagangan dan investasi di antara kelompok negara harus disambut dan didorong," ungkapnya.

Terutama jika ditujukan untuk "mengurangi fragmentasi dan menurunkan biaya perdagangan dan investasi" di antara negara-negara yang berpartisipasi. Dia juga menambahkan, bahwa "keputusan untuk bergabung dengan inisiatif semacam itu adalah keputusan berdaulat dari masing-masing negara anggota."

Ankara sebelumnya telah menegaskan haknya untuk menjalin hubungan dengan negara atau organisasi internasional manapun yang dipilihnya. Turki menyatakan, bahwa keterlibatannya dengan BRICS atau Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) tidak mengganggu komitmen yang lain, termasuk NATO.

"Kami tidak menganggap BRICS sebagai alternatif untuk struktur lain. Kami menganggap semua struktur dan aliansi ini memiliki fungsi yang berbeda," kata Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan sebelumnya.

Erdogan menambahkan, bahwa Ankara berusaha untuk menjadi "mitra yang dapat diandalkan" untuk semua organisasi dimana Turki menjadi bagian di dalamnya.

"Sebagai anggota NATO, kami tidak melihatnya sebagai masalah untuk berinteraksi dengan negara-negara di SCO, BRICS, Uni Eropa, atau Organisasi Negara-negara Turki. Kami percaya hubungan ini berkontribusi pada perdamaian dunia," katanya.

Dilaporkan oleh Bloomberg pada awal September, bahwa keanggotaan Turkim bakal dibahas pada KTT BRICS mendatang di Kazan, Rusia di akhir Oktober, mendatang. Erdogan juga telah diundang ke pertemuan itu.

Pembantu presiden Rusia, Yury Ushakov mengkonfirmasi bahwa Ankara secara resmi mengajukan keanggotaan dan mengatakan organisasi itu akan mempertimbangkannya.

Lihat Juga: BRICS Pay Siap Diluncurkan di Kazan Rusia, Tantang Hegemoni Dolar AS

(akr)

Baca Juga

Komentar