Gawat, Kim Jong-un Akan Terus Bikin Bom Nuklir Korut Tanpa Batas | Halaman Lengkap
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menyatakan jumlah senjata nuklir negaranya akan terus ditingkatkan tanpa ada batasan. Foto/KCNA
- Pemimpin
Korea Utara(Korut)
Kim Jong-untelah berjanji bahwa negaranya tidak akan menetapkan batasan pada jumlah
senjata nukliryang dibuatnya.
Dia mengatakan Korut akan terus maju dengan apa yang dia katakan sebagai peningkatan eksponensial dalam jumlah bom nuklir yang dimilikinya.
Kim Jong-un menyampaikan hal itu dalam pidatonya pada hari Senin yang menandai ulang tahun ke-76 berdirinya Korea Utara.
Menurutnya, kebijakan tersebut merupakan respons terhadap ancaman serius yang ditimbulkan oleh blok militer berbasis nuklir pimpinan Amerika Serikat (AS) yang semakin meluas di sekitar negaranya.
"Kami sekarang menjalankan kebijakan untuk membangun angkatan bersenjata nuklir dengan sempurna dengan meningkatkan jumlah senjata nuklir secara bertahap," kata Kim Jong-un, seperti dikutip dari KCNA, Selasa (10/9/2024).
"Korea Utara akan terus memperkuat kekuatan nuklirnya...dan menggandakan langkah-langkah dan upayanya untuk membuat semua angkatan bersenjata negara tersebut, termasuk kekuatan nuklir, sepenuhnya siap untuk bertempur," lanjut dia.
"Kekuatan militer DPRK akan berkembang dengan cepat dan berkelanjutan ...dan kami tidak akan menetapkan batas untuk pencapaiannya," lanjut Kim Jong-un, menggunakan singkatan untuk nama resmi Korea Utara, Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK).
Korea Utara diyakini telah memproduksi cukup bahan fisil untuk memproduksi hingga 90 hulu ledak nuklir, tetapi diperkirakan telah merakit lebih sedikit, mungkin hingga 50 hulu ledak nuklir, menurut perkiraan bulan Juni oleh Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI).
Pada tahun 2021, Kim Jong-un meluncurkan rencana lima tahun untuk memperluas persenjataan atomnya, membangun hulu ledak taktis dan superbesar yang lebih kecil, serta kemampuan serangan pencegahan dan balasan yang akan memungkinkan bom nuklir Korea Utara untuk menyerang dan memusnahkan target sejauh 15.000 kilometer.
Tiga tahun kemudian, negara itu menetapkan kebijakan untuk memperkuat kekuatan nuklirnya dalam konstitusinya dan menguji rudal yang dikatakannya dapat mengirimkan beberapa hulu ledak nuklir ke target.
Langkah-langkah itu dilakukan saat hubungannya dengan AS, Korea Selatan, dan Jepang memburuk sementara hubungan trilateral dan hubungan bilateral antara Seoul dan Tokyo membaik secara dramatis.
Kim Jong-un telah mengutip situasi ini sebagai pembenaran atas uji coba senjata yang dilakukannya, dengan mengeklaim bahwa hubungan antara tiga negara itu telah berkembang secara efektif menjadi "NATO versi Asia".
Retorika keras pemimpin Korea Utara itu semakin berkembang karena dia telah mendapatkan dukungan materiil dari Rusia dan perlindungan politik dari China.
Namun, dengan pemilihan presiden AS pada bulan November mendatang, Kim Jong-un juga tampaknya sedikit membuka pintu diplomasi, melindungi pernyataannya yang berapi-api dengan pernyataan bahwa Pyongyang adalah negara yang bertanggung jawab atas senjata nuklir.
"Pasukan tempur nuklir Republik dioperasikan di bawah sistem komando dan kendali yang ketat," kata Kim Jong-un, menurut laporan KCNA.
"Kami terus-menerus terpapar pada ancaman nuklir yang serius," imbuh dia.
"Senjata nuklir kami untuk mempertahankan diri tidak menimbulkan ancaman bagi siapa pun."
Kim Jong-un mungkin mengincar kembali perundingan nuklir dengan Amerika Serikat, terutama jika mantan Presiden Donald Trump—yang ditemui pemimpin Korea Utara tiga kali—terpilih kembali pada bulan November.
Perundingan tersebut gagal pada tahun 2019 karena masalah keringanan sanksi.
Lihat Juga: AS Tuntut Rp1,5 Triliun Pemilik Kapal yang Hancurkan Jembatan Baltimore
(mas)
Komentar
Posting Komentar