Menguak Jejak Bangunan Tua Peninggalan Belanda di Semarang, Kini Hilang Tak Berbekas - merdeka
Keberadaan bangunan tua itu tersembunyi di balik keriuhan pertokoan di kawasan Kranggan.
Keberadaan bangunan tua itu tersembunyi di balik keriuhan pertokoan di kawasan Kranggan.
Menguak Jejak Bangunan Tua Peninggalan Belanda di Semarang, Kini Hilang Tak Berbekas
Dalam postingan Instagram @semarang.heritage, tampak sebuah bangunan tua dua lantai kondisinya begitu memprihatinkan. Cat temboknya banyak yang telah mengelupas.
Kenapa bangunan tua di Semarang itu terbengkalai? Saat ini, gedung tersebut digunakan sebagai gedung inventaris perusahaan daerah Jawa Tengah dan dikosongkan karena daerah sekitarnya sering terjadi banjir.
Apa yang menarik dari rumah terbengkalai di Semarang? Ruang tamu, pekarangan, hingga sejumlah ruangan di dalamnya nampak begitu luas. Sayangnya, bangunan tersebut kini mulai termakan usia dan tak terawat.
Dimana rumah terbengkalai di Semarang itu berada? Bangunan tersebut diketahui berlokasi di area Gajahmungkur, Semarang.
Apa yang ditemukan di Kota Lama Semarang? Dari ekskavasi itu, tim peneliti tidak hanya menemukan struktur bata yang diduga merupakan bagian dari benteng Kota Lama. Namun juga ditemukan artefak berupa fragmen keramik, botol, kaca, tembikar, serta ekofak berupa gigi, tulang, tanduk hewan, dan fragmen Batubara yang jumlahnya mencapai 9.191 fragmen.
Apa tujuan dibangunnya rumah potong hewan di Semarang? Idenya berawal dari keprihatinannya akan kurangnya pasokan daging yang bersih dan sehat.
Di mana Gedung Cerutu terletak di Kota Tua Surabaya? Mengutip Liputan6.com, ada dua bangunan cagar budaya di Kota Tua Surabaya kawasan Jalan Rajawali.Pertama, Gedung Cerutu.
Dijelaskan dalam postingan itu bahwa keberadaan bangunan tua itu tersembunyi di balik keriuhan pertokoan di kawasan Kranggan.
Ternyata postingan itu merupakan foto lama. Kini bangunan itu telah lenyap tanpa jejak.
Menurut penjelasan dalam postingan tersebut, bangunan tua itu kini telah menjadi gerai warung makan ayam goreng. Yang tersisa saat ini hanyalah paviliun pelengkap bangunan utama.
Seperti diketahui dari postingan itu, rumah besar tersebut dulunya adalah milik pengusaha sandal merek “Orie” berdarah Tionghoa, Ong Ing Yip. Desain rumahnya bergaya Indische Woonhuizen atau Indische Empire Style. Pada abad ke-19, bangunan model seperti itu menjadi sebuah tren.
Arsitektur itu menunjukkan sebuah kelas sosial di mana waktu itu kaum borjuis Tionghoa meninggalkan gaya tradisional mereka karena ingin terlihat sejajar dengan Belanda melalui bangunan gaya barat.
Peninggalan Rumah Besar
Pada foto terlihat, di beranda muka, tiang-tiang besi berlanggam korintian menopang atap. Langit-langit rumah terbuat dari kayu jati. Sementara lantai marmer dinginnya berasal dari Italia.
Paviliun yang berada di samping bangunan utama diperuntukkan bagi anak-anak dan juga tamu keluarga. Dua bangunan itu dihubungkan dengan gerbang sebagai pembatas antara area umum dan privat.
Bila diperhatikan, ornament dekor pada tembok tersebut merupakan tinggalan rumah besar. Ada pula konsul dan angin-angin berbahan besi tebal, serta keramik kotak kecil-kecil yang warnanya sudah tak lagi sama antara satu sama lain karena saking uzurnya.
Telah Hancur
Kini, bangunan megah sebagai rumah utama telah dihancurkan. Kini berdiri sebuah resto yang mengusung konsep heritage di bekas bangunan tua itu. Bekas lokasi berdirinya rumah tua itu kini telah berubah menjadi tempat parkir.
Restoran yang kini berdiri menawarkan estetika rumah jadul. Dilansir dari akun Instagram @semarang.heritage, interior ruangan dibuat lebar dengan dekor sketsa ikon bangunan-bangunan tua di Indonesia. Ada Museum Fatahillah Kota Tua Jakarta, Villa Isolasi UPI Bandung, Sekolah Dokter Jawa/STOVIA, dan sebagainya.
Sayang pihak restoran sendiri tidak memberikan narasi sejarah mengenai rumah jadul tersebut. Mereka tidak bisa menjelaskan di antara bangunan itu mana yang masih terjaga keasliannya.
Dugaan sementara, salah satu elemen yang masih terjaga keasliannya adalah sebuah ornament yang tertempel di dinding luar restoran itu. Di sana tertempel keramik kubus 10 x 10 cm beserta list bermotif. Di atasnya terdapat konsul dan angin-angin bermaterai besi lawas.
Editor Alieza Nurulita Dewi
Wilayah tersebut identik dengan bangunan-bangunan arsitektur kuno peninggalan Belanda.
Puting beliung menerjang wilayah Kabupaten Bandung dan Sumedang, Rabu (21/2). Sejumlah rumah rusak serta belasan warga terluka akibat bencana ini.
Bangunan ini dulunya sempat miring karena tertiup angin, namun bisa tegak kembali karena tertiup angin dari arah yang berbeda
Polres Cimahi tengah mencocokkan tulisan yang ada di dinding tembok rumah dengan tulisan yang dibuat sehari-hari
Saat masa penjajahan Belanda, lokasi kampung itu digunakan sebagai tempat para tentara Belanda melakukan kekerasan terhadap warga pribumi.
Akibat banjir, masyarakat beraktivitas menggunakan paruh karena akses jalan tidak bisa dilalui.
Saat ini jejak keberadaan makam Belanda di Kampung Recosari hampir hilang tak bersisa
Komentar
Posting Komentar